Bagian 8

118 26 0
                                    

"Ton, gue mohon lepasin gue!" Kata Meli memohon.
"Lepasin Lo? Denger ya, sebelum Raka mati, gue nggak akan lepasin Lo!" Kata Anton semakin marah.
"Tolong jangan bunuh Raka, Ton! Hiks. Hiks., dia temen Lo," Tangis Meli memohon.

Gue semakin tidak tahan dengan perilaku Anton ke Meli. Anton yang selama ini gue kenal baik, Anton yang selama ini gue kenal ramah. Ternyata hanya gambaran wajah saja. Dia seorang pembunuh, psikopat yang membunuh teman-temannya sendiri.

"Lo jahat, ton. Gue yang selama ini kenal Lo baik. Gue yang selama ini kenal Lo ramah. Ternyata itu hanya topeng yang menutupi muka lo!" Ucap Meli.

"Diam!" Bentak Anton ke Meli.

Meli hanya terdiam, karena takut Anton akan melakukan sesuatu yang buruk.
Anton seperti sedang memperlihatkan video ke Meli.

"Kalo Lo pengen tau gimana proses temen-temen Lo mati. Gue punya videonya, Haha!!" Kata Anton.

Di pintu kayu ini ada sebuah lubang kecil, sehingga gue bisa melihat video itu.
Gue kaget bukan kepalang, melihat bagaimana Anton membunuh Ajeng dan Febi. Saat itu Ajeng, Febi, dan Rangga berpencar ke tiga arah.

Pertama yang dilumpuhkan Anton adalah Rangga, Anton menusukkan pisau ke perut Rangga sehingga membuatnya jatuh tak berdaya.

Lalu Febi, Anton menikamnya berkali-kali membuat Febi kehilangan banyak darah. Tanpa tega, Anton menggantung Febi diatas pohon.

Lalu Anton bertemu Ajeng saat itu, saat Ajeng sedang berbalik arah ingin memanggil Rangga dan Febi, Anton meraih tangan Ajeng.

Ditariknya Ajeng hingga terjatuh, tiba-tiba Anton langsung menusuk dada Ajeng dan menyayat leher Ajeng dengan pisau itu. Saat itu Ajeng tewas dengan mata terbuka. Tidak hanya itu, Anton juga mengikat Ajeng di pohon.

Air mata gue seakan menetes, melihat teman-teman gue dibunuh oleh salah satu teman gue sendiri. Gue seperti bermimpi, 3 hari yang lalu gue masih bisa berkumpul dengan teman-teman gue. Bersenda gurau melepas tawa, tapi tidak untuk kedepannya.

"Kenapa ton! Kenapa Lo lakuin semua ini?!!" Meli menangis tak henti.
"Mereka semua temen-temen Lo! Kenapa Lo harus lakuin ini!" Tambah Meli.

"Gue bosen temenan sama kalian! Kalian payah, bermain saja kalah! Ciih!" Kata Anton meremehkan.

Gue sudah sangat marah dengan perilaku Anton, gue langsung ambil balok kayu yang ada di samping gue. Gue langsung dobrak pintu itu, dan memukul Anton dengan keras tiada henti.

Brukk.. brukk..

"Dasar pembunuh!! Awas kamu Anton! Haaaaah!" Emosi gue sudah tidak bisa dikendalikan.
"Hah Raka, tolong ka. Tolongin gue." Kata Meli kaget melihat kedatangan gue.

Anton tidak sadarkan diri setelah gue pukul berkali-kali. Gue langsung bergegas melepaskan ikatan Meli.

"Kita harus segera keluar dari sini Mel." Kata gue sembari melepaskan ikatan itu.
"Iya Ka. Makasih Lo udah datang buat nyelametin gue." Jawab Meli.
"Sudah kewajiban gue Mel." Jawab gue.

Tiba-tiba dari arah belakang.
"Raka awas!!" Seru Meli mendorongku kesamping.
"Hekk! Raak.. kaa!" Kata Meli.
Gue tidak sadar kalau Anton sadar dari pingsannya. Saat Anton akan menikam gue. Gue didorong oleh Meli, dan Meli tertusuk pisau itu.

"Meli!!" Teriak gue.
"Manusia biadab!! Anton!!" Gue langsung mendorong Anton hingga terjatuh, gue langsung ambil balok kayu tadi dan memukul Anton berkali-kali hingga kepalanya berdarah. Anton kembali tidak sadarkan diri.

Gue langsung gendong Meli keluar dari rumah itu. Gue berlari sekuat tenaga agar bisa keluar dari hutan itu.
Ditengah saat gue berlari, Meli mengatakan sesuatu sebelum dia tidak sadarkan diri.

"Ka.. gu.. ee.. minta maaf sama Lo," kata Meli tersenyum dan akhirnya tidak sadarkan diri.

Tiba-tiba sekitar sepuluh meter dibelakang gue. Anton berlari mengejar gue membawa pisau untuk membunuh gue. Gue terus berlari sekuat tenaga gue, mengharap ada bantuan disini. Hanya tanah basah yang bisa gue rasakan. Gue seperti ingin menyerah.

Nggak,, gue nggak boleh berenti berlari. Gue dan Meli harus selamat dari pembunuh itu.

Kata hati yang mengingatkan bahwa gue harus terus berlari. Gue lihat ke arah belakang, Anton sudah tidak mengejar gue.

Tapi tiba-tiba
"Eiiit, mau kemana Lo?!" Anton menyeringai.
"Hah Anton,! Gue mohon lepasin gue sama Meli. Gue harus selametin dia," Kata gue memohon.

"Tidak semudah itu! Lo harus mati! Serahin Meli!" Kata Anton.
"Gue nggak akan serahin Meli ke pembunuh kaya Lo!" Kata gue sangat marah.

Gue mencoba berlari menabrak Anton yang ada di depan gue. Tapi Anton berhasil menusukkan pisau ke punggung gue.
"Aaarrgh!" Gue menggeram menahan sakit tangan gue.

Gue tidak peduli itu, gue harus bisa sampai ke pintu masuk hutan.
"Kalian tidak akan bisa lari dari gue!!" Seru Anton dari arah belakang.

Dor..!

Anton terjatuh karena tembakan dari polisi yang bersembunyi dibalik pohon. Gue akhirnya sampai di pintu masuk hutan ini. Sudah ada beberapa polisi dan ibu gue.

"Astaghfirullah Raka! kamu nggak papa nak?" Kata ibu gue panik.
"Raka nggak papa Bu. Meli Bu, Meli harus segera dibawa ke rumah sakit," Kata gue seraya air mata gue keluar.

Meli langsung segera dibawa ke rumah sakit terdekat di daerah itu. Polisi sudah menangkap Anton yang lumpuh karena tembakan. Polisi juga sudah membawa jasad teman-teman gue yang dibunuh.

Saat sampai di rumah sakit.

Meli sudah ditangani oleh dokter di rumah sakit itu. Luka gue yang ada di punggung gue juga sudah diobati.
Gue menceritakan kejadian ini kepada ibu gue, polisi, dan ibu angkat Anton. Ternyata benar, kalau rumah yang ada di hutan itu adalah rumah milik orang tua kandung Anton. Orang tua Anton tewas dalam kecelakaan maut. Anton menjadi pendiam dan agresif kala itu. Anton sering meminum obat penenang.

Gue tidak menyangka, akan terjadi kejadian seperti ini. Gue yang seharusnya masih merasakan kebahagiaan bersama teman-teman gue, hari ini mereka telah pergi meninggalkan gue. Gue harap mereka tenang di sana. Meli masih belum sadarkan diri.

***

T A M A T ..

Terimakasih telah meluangkan waktu untuk membaca, jangan lupa selalu tinggalkan bintang⭐
.
.
.
#hutanmatitheend

Hutan Mati [Completed]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang