7. Kelebihan = Kekurangan

12 4 6
                                    

Setelah menyebrangi danau, dengan menapaki batu-batu yang tersusun apik. Dan, udara segar yang berbeda dibanding sebelumnya. Kami sampai di tengah. Di bawah naungan pohon yang tumbuh di atas batu, tepat di tengah danau. Membiarkan sinar bulan menghujani kami dengan guguran daun berwarna merah muda yang cantik. Begitu tenang, dan indah.

"WAAAAAHHHH!" Seru kekaguman Ole meruak. Membuat kami semua beralih menatapnya dan tersenyum.

"Masih banyak tempat yang akan membuatmu lebih terpesona dibandingkan ini!" Ujar Ivan dengan tangan meraba batu pijakan kami.

"Itu benar! Jadi, ayo Nyonya Ivan. Tunjukkan padanya tempat itu!" Sahut Joe, tentu dibarengi ledekan.

Ivan hanya meliriknya sekilas, dan kembali fokus pada pijakan kami. Tak banyak Elf dengan Maia tanah yang dapat mengendalikan batu juga, tapi Ivan — bisa. Aku berharap, rencana sederhana ini benar-benar berhasil. Ivan hanya perlu meninggikan batu ini agar kami sampai di atas. Tapi, sudah beberapa saat. Tidak ada reaksi apapun.

"Gawat!" Joe menoleh, dan menatap kami nanar, "tempat ini meredam Maia. Aku tidak bisa melakukan apapun." Lanjutnya sambil berdiri lesu.

Dengan segala pertentangan, Joe kemudian mencoba mengeluarkan apinya. Tapi, —gagal. Membuat bibirnya cemberut, sekaligus membungkamnya.

"Lalu, apa yang harus kita lakukan Pemandu?" Saat kedua pria yang bisa diandalkan itu merenung, aku mencoba mendiskusikan cara lain.

"Banyak hal. Aku sudah mencoba banyak hal untuk keluar. Tapi, jika aku berhasil, aku tidak mungkin masih ada disini." Pemandu menghela napas, bola matanya mengedarkan pandangan, "coba kamu tanyakan pada anak itu!" Lanjutnya setelah beberapa saat. Dagunya maju, mengarah di tempat Ole sedang mematung sambil memandangi air danau.

"Bagaimana menurutmu Ole?" Kukeraskan suara, agar mengalihkan perhatian kedua pria itu juga.

"Oh ya, apa Elijah tidak memberi petunjuk apapun?" Ivan merespon dengan cepat. Bersamaan dengan tatapan Ole yang sampai di mataku.

"Ah ... Um, menurutku, kita harus coba masuk ke dalam sini." Ole menjawab ragu-ragu.

"Menurutmu?" Tiba-tiba suara Ivan berubah sinis. "Kita harus masuk ke dalam danau yang bahkan tidak nampak dasarnya ini?!" Lanjutnya dengan nada suara yang sama.

Mendengar pertanyaan itu, Ole hanya diam.

"Oh, ayolah kawan! Apa salahnya mendengar pendapat orang lain!" Joe menyahut, "tapi, aku benci air." Lanjutnya sambil menyengir.

"Ini tidak masuk akal. Dia ada di sini sebagai perantara untuk Elijah. Tapi, tidak ada tanda yang seperti itu sama sekali. Lalu, untuk apa dia ikut?" Ivan berdecak.

"Dia barusan memberikan pendapat," kulirik Ole yang bersorot redup, "bisa jadi itu dari Elijah. Hanya saja dia tidak menyadarinya." Belaku, meski sejujurnya aku juga tidak yakin dengan perkataanku sendiri. Boleh jadi, Elijah memang punya 4 parta dan 4 karakter yang berbeda. Menandakan bahwa dia adalah yang terkuat dari kalangan 4 parta. Andai parta bisa di upgrade, mungkin dia sudah jadi 5.

"Yah, kita harus bisa menghargai pendapat. Jangan berpikir itu ide buruk, hanya karena kamu tidak menyukai sumbernya." Pemandu melangkah dan menepuk bahu Ivan. Menghasilkan lenguhan panjang dari pria itu.

"Aku tidak suka jadi tidak berdaya." Ivan berujar lemah, "maafkan aku, Ole." Matanya menatap Ole datar. Aku tidak tahu apa yang sebenarnya dia rasakan. Ivan tidak mudah dibaca.

"Tidak papa," senyum Ole mengembang, "aku pribadi juga tidak yakin dengan ide itu." Lanjutnya, dengan tangan menggaruk tengkuk kaku.

"Menurutku, itu ide bagus. Setidaknya, mari kita biarkan Sarah untuk mengeceknya terlebih dulu." Joe menatapku licik.

Wind PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang