Gua seram di sisi Elf tak terhitung jumlahnya. Sudah lama, beredar kisah tentang Elf yang hilang saat masuk ke dalam gua. Ada pula kisah yang mengatakan di dalam gua selalu ada rahasia tersembunyi. Entah berupa harta karun, kekuatan, dan—jebakan.
Itulah berita yang dibawa oleh beberapa yang selamat. Ya, hanya beberapa. Dan sekarang ...
"Kamu bilang, kalau tidak nekat itu ... bukan kita kan?" Ivan meledekku, saat aku mengeluh dan mulai merengek mengatakan detektor Ivan salah.
"Ya ... Tapi beberapa hari lalu aku memercayaimu untuk melewati portal." Ungkit Ivan lagi.
"Bisa saja karena baru menyebrang, detektor mu jadi kacau kan?"
"Kurasa tidak tuh! Aku juga baik-baik saja! Atau ... " Ivan menggantung kalimatnya.
"Atau apa?"
"Kau memang mau meninggalkan mereka berdua. Yah,.. itu bukan ide yang buruk sih." Lanjut Ivan dengan bola mata berputar-putar, merasa bahwa aku tak mungkin bisa mangkir dari kenyataan itu.
Ku hembuskan napas kasar, aroma-aroma familiar yang menusuk batang hidung, membebani tengkuk, pekat yang menyusupi pernapasan, kepalaku mulai berputar, berkelebat, bayangan hari itu. Saat aku dijatuhkan Random.
"Ivan! Kamu tahu kan, kalau aku tak bisa masuk?" Tanyaku sembari mengernyit.
"Ya! Tapi kamu harus masuk!"
"Ivan! Aku nggak bisa!"
"Atau, kamu mau membiarkan aku masuk sendiri. Dan kamu sendirian disini?" Tanyanya dengan pilihan yang tak bisa disebut pilihan.
"Aku nggak bisa dua-duanya!" Suaraku mulai mengeras, dan aku menyesali itu.
"Kamu harus bisa menghadapi ketakutan mu. Mungkin, itu akan sangat sulit pada awalnya. Tapi, jika kamu tidak melawannya. Kamu yang akan dikalahkan olehnya." Ivan menepuk pundak ku, dan air mataku mulai menetes.
"Sudah ... Aku tahu, kamu tidak bisa melupakan rasa sakit itu, kenangan itu, yang masih jelas seolah itu baru kemarin. Aku tahu, kamu tersesat begitu lama di dalam gua. Hingga kita bertemu ... Jadi, sekarang kan ada aku. Kamu tidak sendirian di dalam sana. Ada Joe dan Ole juga." Ivan merangkul pundak ku, dan menuntunku masuk.
Hah ... Gelap, pengap, sesak, sakit, pusing, remuk, tulang remuk, jantung remuk, darah mengucur, aku seolah melihat diriku sendiri sedang terjatuh meringkuk entah dari mana. Menggeliat kesakitan, dengan air mata bercampur darah memenuhi wajahku.
"AAARRRGH!!" Tanpa sadar aku mengerang, memberontak dari rangkulan Ivan dan meringkuk memegangi kepalaku dengan kedua tangan.
"Sarah! Sarah!" Ivan berjongkok, aku tak tahu bagaimana raut wajahnya. Tapi, suaranya terdengar khawatir.
"Sarah! Sarah kenapa?" Apa aku salah dengar? Itu seperti suara Ole. Tapi, telingaku berdenging hebat sekarang.
"Woi! Sudah kubilang kita sembunyi dulu kan?" Suara marah Joe, benarkah itu Joe? Atau hanya rekaman suara yang terputar di memori kepalaku.
Setelahnya aku tak lagi mendengar apapun, seluruh indra ku terasa lumpuh. Bahkan, semuanya berubah jadi gelap. Aku tak mendengar apapun. Tak melihat apapun. Tak merasakan apapun. Apakah ini rasanya mati?
Bukan! Siapa bilang kamu mati?
Hah... Siapa? Khayalanku?
Ahaha, bukan! Aku pemandu. Kerja bagus, kamu bisa menemukan anak itu. dan berhasil membawa dia kemari. Dia akan membawa perubahan besar.
Hah? Apa! Siapa?
Sekarang, buka matamu!
Perlahan, aku mulai merasakan tubuhku kembali. Aku bisa bernapas, dan kepalaku tak lagi terasa berat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wind Prince
FantasíaKamu tahu? Dunia ini punya dua sisi, sisi kami, dan sisi kalian. (Air, Air, Air, Appear!! Kuhentakkan kedua tanganku ke dalam sumur itu, tepat setelahnya, Ole semakin histeris, karena di bawah kakinya muncul air yang semakin bertambah dalam hitungan...