9. Joe dan Arena

4 2 0
                                    

Langkah Ivan yang lebar-lebar, semakin sulit untuk, aku sejajari. Sorot matanya yang tajam seakan membelah kerumunan Elf di jalan yang kami lewati. Sementara Joe bertugas untuk melatih Ole, aku dan Ivan harus ke pusat keramaian untuk melihat papan.

Papan yang berisi misi dari setiap orang yang mau membayar, tidak peduli itu dari kerajaan, atau dari para Elf kaya yang memberikan misi macam-macam hanya karena mereka bosan.

Tapi, yang kami cari bukan misi yang berada di muka papan, melainkan yang berada di belakangnya. Uang yang kami dapat akan lebih besar. Papan adalah jalan pintas untuk mendapatkan uang berjumlah besar dalam waktu singkat. Dan yang berada di belakangnya ... adalah yang terbaik dari yang terbaik.

Itulah cara kami tetap hidup meski hanya bekerja sedikit.

Kami tak perlu melakukan penyamaran apapun, karena yang perlu kami hindari hanya Cillary, apalagi yang berjaket bulu itu.

"Sarah, kurasa akhir-akhir ini keputusanmu semakin sembrono." Ujar Ivan kepadaku, saat aku sibuk membaca papan belakang dengan seksama. Karena tulisan di papan belakang, tidak bisa dibaca oleh Elf yang belum pernah memasuki Arena.
Dengan kata lain, tanpa undangan, ajakan, atau rekomendasi dari Elf yang pernah masuk Arena. Elf lain tidak akan pernah bisa memasukinya. Bahkan, membaca tulisan di papan belakang 'pun tidak bisa mereka lakukan. Aku yang sudah beberapa kali saja, masih kesulitan untuk membacanya.

"Apa maksudmu?" Tanyaku, dengan jemari menyusuri tulisan sembari memicingkan mata. Aku tak melihat ke arah Ivan sama sekali.

"Maksudku ... Apa kamu yakin menyuruh Ole bertarung di Arena?!" Tanya Ivan dengan suara keras.

Oh, jadi ini sebabnya dia hanya diam saja saat di perjalanan tadi. Hmm, tapi Ivan memang pendiam.

"Aku yakin. Yah, kita bisa ambil kelas rendah kan? Beri saja dia lawan 1 patra. Dia pasti menang!" Seruku, dan kebetulan saat itu aku menemukan jadwal untuk kelas 1 parta. Aku mengetuk tulisan itu dengan jari telunjuk beberapa kali, mengisyaratkan pada Ivan untuk melihatnya.

Ivan mendekatkan wajah, dan mulai membaca.

"Yang aku khawatirkan sebenarnya ... bukan itu." Ungkap Ivan.

"Hmmm, lalu?" Kutunjukkan ketidak-tertarikanku pada alasannya. Entah kenapa, Ivan mulai berubah. Dulu, dia adalah pria pendiam, penurut, tapi sekarang ... Dia sangat sering menyanggah keputusanku.

"Patra miliknya, bagaimana kalau pihak Arena mempermasalahkan itu?" Jelas Ivan. Matanya menatapku tajam, dan segera menoleh saat dia selesai berbicara. Tangannya bersedekap, dan mencoba menatap para Elf yang lalu lalang dengan santai.

Aku tercekat, apa yang dikhawatirkan Ivan. Ada benarnya. Tidak ada seorangpun yang tahu pasti, berapa Parta Ole. Aku bahkan tidak bisa lagi berpikir Ole punya 1 patra, setelah beberapa hari lalu aku mengatakannya. Karena Ole berkembang terlalu cepat.

Seolah, dia hanya tinggal mengulang. Tidak ada lagi perkenalan, hanya tiba-tiba teringat, dan berhasil. Itu juga yang membuat Joe sangat bersemangat untuk melatih Ole. Guru mana yang tidak suka kalau muridnya pintar?

"Ah, kamu benar Ivan." Aku berhenti sejenak, kemudian beralih menatap Ivan dengan yakin, "tapi, kita harus tetap mencobanya 'kan?" Tukasku sambil tersenyum.

Membuat Ivan menggelengkan kepalanya, kemudian berkata ... "Dasar keras kepala!"

***

Joe berjalan beriringan dengan Ole di garda terdepan. Gelagat dan raut wajahnya menyiratkan aura semangat yang menggebu-gebu. Sedangkan, Ole yang berjalan dengan Ulon di atas pundaknya, tenang menyimak seluruh penjelasan dari gurunya itu.

Wind PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang