For You

503 20 2
                                    

" Bersabarlah, bisa jadi ujian hidupmu adalah proses menuju kebahagiaan. Usaha itu tak pernah sia - sia, kalau tawakal."

- Naa -

Its Last Part 😊
Happy Reading 😘
.
.
.

Sudah dua bulan lebih dua minggu. Bayi dalam perutku bertahan. Dan tak terhitung berapa kali harus mual dan muntah.
Aku berusaha kuat demi janin ini, karena dia sangat di harapkan banyak orang.

Jangan tanya betapa bahagia mas Raffi, suamiku sangat bahagia sekali. Dia akan selalu stand by menanyakan keadaanku 24 jam. Selalu siap memenuhi keinginan anehku membeli apapun yang aku mau.

Siang sepulang sekolah, menyetir sendiri dan perutku sakit sekali. Mas Raffi gak bisa datang karena sedang sibuk dengan urusan cafe hari ini di booking oleh pejabat untuk acara seminar di ballroom.

Sampai rumah, kepala ku pusing, dan kaget saat sampai ke kamar mandi, banyak darah bergelimangan di lantai. Aku panik dan berteriak.

" Ibu... Bu. Kesini sebentar. Bu... Ada darah bu "

Mendengar teriakan ku, ibu ku dan om ku yang ketika datang ke rumah langsung berlari ke kamar mandi.

" Ya Ampun. Kenapa nak?"

" Ayo kita angkat. Bawa ke rumah sakit. " Ujar om Toni. Ia segera menggendongku dan membawa ke ambulance yang di telpon ibu sebelumnya.

" Tolong selamatkan bayiku ya Allah."

Sepanjang perjalanan, tak hentinya aku menangis. Berdoa agar janin ini selamat. Karena anak adalah pengikat bahagia sesungguhnya.

🌺🌺

Mas Raffi berlari menelusuri lorong rumah sakit dengan keringat bercucuran. Berkali - kali ia sedih dan mengusap air mata.

" Bagaimana keadaan, istri dan calon anak kami dokter?"

" Alhamdulillah, ibu dan janin dalam kandungan ibu Delisha sehat. Mungkin karena terlalu lelah, ini wajar terjadi pendarahan. Semoga bapak bisa mengurangi aktivitas ibu di luar. Beliau butuh recovery. "

" Baik bu, saya akan sangat perhatikan semua."

" Saya beri resep, silahkan di tebus pak."

Setelah keluar dari kamar dokter, Raffi menuju ke kamar rawat istrinya.

" Maafkan mas, aku salah gak jemput kamu. Maaf."

" Bukan salah mas kos, aku baik - baik saja. Semua sudah berlalu. Bayi kita kuat."

" Makasih sudah bertahan demi ayah nak." bisik Raffi mengelus perut Delisha.

" Kita akan jaga dan besar kan bayi ini bersama."

Aku masih diam saja. Sampai akhirnya dokter kembali masuk dan memeriksa keadaanku. Aku berharap semua baik saja, karena aku berharap akan memiliki bayi ini.

Aku gak bisa bayangkan jika bayi ini kenapa - kenapa, bagaimana dengan perasaan mas Raffi yang sangat antusias dengan lahirnya bayi ini. Apa lagi ibuku yang selalu mendoakan. Belum lagi mama mertua yang sangat bahagia mendengarkan aku hamil. Aku gak sanggup melihat mereka bersedih.

" Kondisi sudah membaik, namun kondisi fisik ibu masih lemah. Kita tunggu sampai infus habis dulu, nanti saya periksa perkembangan ibu dan janin dalam kandungannya lagi. Baru bisa saya putuskan ibu melakukan rawat jalan atau masih perlu opname lagi."

" Terimakasih dokter."

" Ibu jangan stres yah, jangan banyak fikiran. Kasian janin dalam kandungan ibu. Jangan memikirkan hal berat ibu, akan pengaruh dengan psikis ibu. Rileks saja, banyak berdoa dan berdzikir agar di beri ketenangan batin, saya tinggal dulu yah pak raffi dan ibu delisaha."

" Baik dokter. Terimakasih banyak." ujar mas Raffi

" sama - sama pak, sudah menajadi tugas saya." ucap dokter dan terus meninggalkan aku dan mas Raffi.

Aku menarik nafas pelan, aku mencoba menenangkan pikiranku. Bayi ini hadir dengan izin Allah, maka Ku pasrahkan semua pada Allah. Sepertinya saran dokter ada baiknya, aku mulai merapalkan dzikir dalam hati. Sementara mas Raffi keluar menebus obat ke apotek rumah sakit.

🌹🌹🌹

Setelah dua hari, aku bisa menarik napas lega. Keluar dari rumah sakit. Dan kini aku sudah ada di rumah kembali. Rasa bahagia memancar dalam relung jiwa.

Aku merasa bersyukur karena akhirnya semua berlalu. Allah menepati janjinya jika semua akan indah pada waktunya.

" Usia kandungannya kan sudah mulai kelihatan, jangan banyak aktivitas nak. Trauma ibu liat kamu berdarah kemarin"

" Iya bu, aku paling cuma ke sekolah. Mau ajukan cuti belum bisa bu."

" Sepulang sekolah jangan ada aktivitas lain lagi. Di rumah saja. Sama ibu, demi janin kamu Selamat."

Aku cuma mengangguk sambil menikmati bubur buatan ibu. Makanan ini terasa enak, setelah dua hari hanya merasakan makanan rumah sakit.

Setelah hari itu, mas Raffi menepati janjinya dengan terus di rumah. Mungkin sehari hanya dua atau tiga jam di cafe. Selebihnya ia melakukan pekerjaan di rumah dan memberi kewenangan penuh pada manager cafe.

Aku bahkan kadang kasihan melihat ekspresi bosan suami saat di rumah. Tapi aku bersyukur dengan kehamilanku ia jadi sering di rumah. Aku percaya berdua bisa melewati masa ini.

" Kalau laki - laki aku mau anak kita di beri nama Andika. Kalau perempuan aku terserah kamu saja."

" Kalau perempuan, aku mau kasik nama Anindita. Gak tau kenapa aku suka aja."

" Kata orang nama dengan awalan A itu bagus, marena diambil dari alif huruf hijaiyah pertama." Ujar mas Raffi.

" Aku berdoa semoga anak ini menjadi sholeh atau sholehah kalau perempuan. Sayang sama kita, dan pintar serta bisa berguna bagi sesama."

" Amiin sayang. Kita sebagai orang tua cuma bisa mengajarkan saja."

" Ayo mas kita ngaji. Supaya janin kita makin kuat."

Mas Raffi mengambil al quran untuk kami berdua. Aku membaca surah maryam sementara mas Raffi membaca surah yusuf.

Menunggu bayi ini dapat melihat dunia, adalah hal menyenangkan. Aku selalu antusias setiap harinya. Bobot badanku yang mulai bertambah, dan nafsu makan yang berubah. Untung ibu selalu siap memasakkan makanan lezat dan bergizi.
Mama mertua juga tak kalah heboh, selalu membelikan ku buah dan susu hamil. Sejak aku pendarahan, mama memarahi mas Raffi dianggap lalai. Sehingga jadilah suamiku anak rumahan sekarang.

" Terimakasih sudah ada dalam perut ibu nak, bertahanlah. Kita berjuang bersama. "
Doaku setelah membaca Alquran.

Aku melihat wajah mas Raffi tersenyum
Ada rasa bahagia di dalam dada. Ini adalah kebahagiaan yang banyak orang impikan. Bahagia yang sesungguhnya. Semoga Allah memberikan senantiasa kebahagian ini pada kami yang telah bersabar.

- TAMAT -

Akhirnya say good bye buat delisha dan raffi.

Kok tamat??

Karena kalau di teruskan kayak kisah manusia secara nyata bakal lama tau ending nya gimana, bisa - bisa kayak sinetron cinta fitri itu aja udah tamat.

Dalam setiap tulisan, aq selalu berusaha memberi energi positif, agar menjadi doa bagi kalian semua. Niatan menulis ini tulus untuk berbagi kisah positif bagi pembaca.

Semoga bisa bermanfaat untuk kalian, meski penulis ini sebenarnya cuma manusia biasa yang kata orang2 gak berpengalaman. Tapi aku berusaha berfikir netral dalam tulisanku.

Jika pengalaman hanya di ukur dari waktu dan kejadian, maka bayi akan mampu bercerita bagaimana ia hidup dalam perut sang Ibu, karena bahkan ibu yang mengandung saja tidak tau apa yang terjadi pada janin dalam perutnya.

Kritik dan saran aku terima dengan senang hati, karena penulis kecil macam aku masih butuh pendapat kalian.

Terimakasih yang sudah baca 😍

JANJI DELISHA (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang