Aku bertemu dengan banyak teman ayah, ada beberapa yang kukenali, karena mereka pernah bertemu dengan ku saat di Melbourne.
"Liat, putra tunggal pasangan Bramantyo tiba" Kata salah satu pria disana.
"Selamat malam pak, Anggasta Alfa Bramantyo" Aku menjawab sembari mengulurkan tangan.
"Saya Tara, teman ayah kamu sejak SMA"
"Iya saya juga pernah bertemu dengan bapak saat dibandara sekitar 2 tahun yang lalu" Jawabku.
"Oh iya ya, kamu sama ayah kamu mengantar saya kembali ke jakarta, mari- mari kita duduk" Ajaknya.
Sekarang kami berdua duduk di sofa didekat bar.
"Keluarga gak ada yang ikut kesini pak?" Tanyaku
"Istri saya gak kesini, acara ini kan juga tidak terlalu formal, jadi dia gak mau ikut, tapi anak saya bakal kesini, bentar lagi, masih di rumah temannya, oh iya anak saya juga baru pulang dari Melbourne sama kayak kamu." Jawabnya
"Oh iya pak? Seumuran pak?"
"Kamu baru lulus SMA? Kalau iya berarti sama"
"Wah semoga bisa akrab"
Ia tertawa sedikit. Walaupun aku mengenal pak Tara dan istrinya, aku tak pernah bertemu dengan anaknya, bahkan aku juga tidak tau ia cewek atau cowok.
Kami melanjutkan obrolan tentang ayah dan perusahaannya, dia adalah orang yang baik, ia tak berhenti memuji diriku dan ayah, ia juga mengatakan bahwa mama sangat pintar dan cantik. Kami terus mengobrol sekitar 20 menit, tak lama setelah itu, datang seorang gadis cantik yang familiar, ya dia adalah Alloera.
"Nah ini anak saya, Alloera"
Wajah Alloera sedikit kaget, ia tak menyangka bahwa aku adalah anak dari teman ayahnya.
"Loh pa ini aku kenal, kami ketemu di bandara pas dari Melbourne ke sini" Jawab Alloera.
"Ya ampun, jadi kalian udah kenal?"
"Iya pak, bahkan udah tukerang nomor"
Saat aku mengatakan itu, Alloera menatapku dan melotot, agak serem sih, tapi ngakak juga.
"Enggak pah bercanda dia, hehehe" Jawab Alloera.
"Iya hehe" Timpalku dengan senyum canggung.
Kami terus melanjutkan percakapan hingga malam, pak Tara juga mentraktir minuman untukku dan Alloera, saat pak Tara membayar, Alloera izin keluar dengan alasan mencari udara segar, ia menarik lenganku mengajak aku ikut keluar.
"Lu tu dah gila ya?" Tanyanya.
"Hah?"
"Yang tadiii" Jawabnya dengan sedikit marah.
"Hah?"
"Lu udah gila beneran sih, jangan pernah bilang kalau kita tukeran nomor telfon, papa bisa marah" Jawabnya.
"Kenapa?" Tanyaku.
"Dia gak suka kalau gua deket ama cowok sekarang"
"Terus dia sukanya kalau lu deket ama cewek?" Tanyaku.
"Gak gitu konsepnya Anggas, pokoknya papa gak mau kalau sekarang aku deket sama siapa- siapa, soalnya aku masih kecil juga" Jawabnya.
"Oh ok" jawabku.
Pak Tara keluar dari acara itu, ia pamit kepadaku untuk pulang, Alloera juga sempat mengingatkanku tentang hal tadi. Lucu juga jika di ingat- ingat.
Ntah apa yang ada dipikiranku aku memutuskan untuk mengajak Alloera makan siang bersama besok, lagi pula aku juga tidak ada kesibukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Identity (COMPLETE)
RomanceAnggasta Alfa Bramantyo, kehidupan, cinta, dan identitasnya