Mom:
10.30 dari Soekarno Hatta sampai di Melbourne nya sekitar 7 malamMe:
Oke ma, mau nitip oleh- oleh apa?Mom:
Serah kamu dehMe:
Ya oke.Ini adalah sehari penuh terakhir ku di Jakarta, aku tak menyangka negara ini memberikan kepedihan yang mendalam saat ingin meninggalkannya, penuh kenangan yang tak terlupakan disini. Oh iya!! Alloera!.
Tutt....tuttt....tutttt.....
Maaf nomor yang anda tuju tidak menjawab, silahkan coba beberapa saat lagi..Seperti tebakanku, malam tadi adalah pertemuan terakhir kami, plis Alloera biarkan aku memberitahu perasaan ini terlebih dahulu sebelum aku pergi. Tiga jam berlalu dan tetap saja panggilanku tidak diangkat, aku memang harus menerima kenyataan bahwa aku memang bukan untuk Alloera.
Mas Galang:
Nggas, keluar kuy besok kan situ udah pulangWah si kampret ngapain sih. Semenjak Alloera bilang bahwa mas Galang adalah orang yang ayahnya setujuin untuk dijadiin pacar, rasa benci mulai tumbuh untuk mas Galang, sekarang yang ada di pikiranku tentang mas Galang adalah musuh.
Me:
Maaf mas hari ini lagi mau nyari oleh- oleh buat di bawa ke Melbourne.Dengan begini aku tidak perlu ketemu Galang.
Mas Galang:
Dimana?Me:
Sency kayaknya mas *senayan cityMas Galang:
Otw.Lah si anjir.
Dan benar aja sampai di depan sency dia udah berdiri pakai kemeja rapi sambil ngeliat mobilku.
"Waduh mas kan jadi ngerepotin" Sapaku.
"Gak papa kali, lagi dideket sini juga tadi, yuk masuk" Ajaknya
"Iya"
Setelah mengelilingi mall besar ini semua yang kuinginkan sudah lengkap, sengaja tidak membawa banyak oleh- oleh karena takutnya banyak yang ke sita di bandara. Kami berdua akhirnya memutuskan untuk istirahat sebentar di salah satu restoran. Aku terus mengecek hp, berharap ada telfon atau pesan dari Alloera.
"Oh iya besok pesawat jam berapa?" Tanyanya
"Jam setengah 11 mas"
"Yah gak bisa nganter deh, maaf ya nggas"
YES!
"gak papa mas, nanti malah ngerepotin"
"Gak lahhh"
"Oh iya mas, kayaknya aku udah tau deh yang dimaksud kemarin"
"Apaan?" Tanyanya.
"Itu yang mas kemarin bilang suka"
"Siapa coba?"
"Alloera bukan?" Tebakku.
"Nah itu tau, kamu kenal?"
"Temen, temen...." Bingungku.
"Temen apa?"
"Anu temen...., temen nongkrong, nah iyaa temen nongkrong"
"Ooh, kenalnya dari mana?"
"Dari nongkrong..., eh maskudnya Alloera temenya temenku di tongkrongan"
"Owh gimana anaknya? Baik gak di tongkrongan"
"Baik kok tapi dia jarang nongkrong, eh bukan bukan, maksudnya jarang ngomong hehe"
"Ohh doain aja ya"
"Doain apa? Doain biar sering ngomong?" Tanyaku.
"Bukan hahahaha, doain dianya mau" Jawabnya.
"Mau ngomong?" Tanyaku lagi.
"Bukannn, mau sama mas"
"Hah?! Gimana?"
"Papanya tuh nyambung dan deket banget sama mas, jadi katanya sihh mau diusahakan Alloera dijodohin sama saya"
Aku tersedak perkataannya lagi.
"Eh gak papa?" Tanyanya.
"Gak papa mas, ini minumannya rada aneh" Jawabku.
"Kamu aja udah minum setengah baru ngomong aneh"
"Sorry mas, tapi Alloera nya tau gak kalau mau dijodohin?"
"Kayaknya belum, hari ini katanya sih mau dibilangin sama papanya"
"Ohh gitu"
Harapanku lenyap begitu saja.
"Udah gelap nih, pulang yuk, Anggas kan juga harus istirahat buat besok, maaf ya nggas besok gak bisa nganter, titip salam sama ortu" Ajaknya.
"Iya mas makasih"
Kami beranjak dari kursi dan berpisah di lobby. Aku merenung didalam mobil, tikungan itu memang sakit. Aku tak pernah mengira ini akan menjadi lebih buruk.
Tring.....*pesan masuk
Alloera:
Kenapa nggas nelfon sampai 20 kali? Aku tadi lagi sama papa.Happy quarantine all....love.

KAMU SEDANG MEMBACA
Identity (COMPLETE)
RomanceAnggasta Alfa Bramantyo, kehidupan, cinta, dan identitasnya