-
-
-Sinar matahari menembus jendela tempat seorang gadis melamunkan segala pemikiran nya. Pukul 06.00 tapi matahari sudah terbit lebih cepat dari biasanya. Tapi angin sepoi-sepoi pun masih terasa. Entahlah, mungkin alam mendukung hari ini.
Gyuri terbangun sejak lima menit yang lalu, saat pertama ayahnya mengetuk pintu itu sebenarnya Gyuri sudah bangun. Hanya saja, ia memilih untuk melamun dan menatap langit-langit kamar lalu sesekali melirik ke jendela. Seperti sedang berfikir tentang apa yang akan dilakukannya hari ini. Tapi sebuah senyuman tersirat diwajah polosnya itu, batinnya berkata 'oh iya sekarang kan hari kamis, hari yang penuh dengan jam pelajaran yang kosong' . Sebegitu polosnya seorang Gyuri, sampai-sampai ia mengabaikan dan menyia-nyiakan waktu hanya untuk berfikiran tentang jam kosong. Sudah dibilang, dia lamban.
"Gyuri! Ada Jungkook! Cepatlah bangun, putri ayah harus berangkat sekolah!" Teriak sang ayah sambil memelas.
Gyuri tak menjawab dan tak kunjung turun hingga sekitar tiga puluh menit ia berjalan menuruni tangga menuju dapur. Terlihat sang ayah dan satu sahabatnya sedang memandangi Gyuri yang berpenampilan sedikit berbeda. Iya, karena tidak biasanya Gyuri mengikat rambutnya di pinggir. Apalagi rambut Gyuri yang terlihat keriting.
"Aigo. Bagaimana bisa dia berdandan seperti itu disaat memakai seragam merah muda paman?" Jelas Jungkook membuat Gyuri menggembungkan pipinya.
"Gyuri selalu cantik".
"Paman benar. Kalau saja Gyuri bukan sahabat ku sudah ku kencani dia". Gelak tawa pun terdengar jelas hingga keluar.
"Berhentilah meledekku". Ucap Gyuri sembari memakan sarapan buatan ayahnya itu.
-
-
-"Baiklah itu saja untuk hari ini. Saya harap kalian lebih santai mengerjakan drama kelas kalian". Ucap seseorang berprofesi sebagai guru seni itu.
"Nee". Ucap senua murid serentak. Guru itu pun pergi meninggalkan kelas biasa saja itu.
"Ah kau dari mana saja?" Tanya Gyuri.
"Bukannya dia memang suka pergi merenung tiba-tiba?" Sela Jungkook.
"Yak! Kau ini tau saja". Tegas Taehyung membuat mereka bertiga tertawa lepas.
"Bagaimana ini? Aku akan mendapatkan peran apa yaa kira-kira?"
"Peran apa?"
"Ssaem bilang kelas kita akan mengadakan tugas drama"
"Aishh sudahlah jangan dipikirkan, Taehyung atau aku akan menemani mu, apapun peranmu nanti, arasseo?"
Gyuri mengangguk berarti iya.
"Ayolah. Apa kalian diet?"
"Yak! Ayolah aku ini seorang Jeon Jungkook! Kau tau mana mungkin aku memiliki tubuh kelebihan seperti Riri kita ini"
"Apa maksud nya kelebihan hah? Kau ingin ku pukul ya?"
Mereka tertawa sampai akhirnya Jungkook berlari, Gyuri mengejarnya, dan Taehyung hanya menonton kebiasaan kedua sahabatnya ini.
Semua terasa gemas melihat mereka sampai beberapa detik kemudian Gyuri terjatuh menabrak seseorang, seorang lelaki lebih tepatnya. Dilihat dari penampilan nya dia tidak seperti sedang sekolah atau pun siswa sekolah ini, tapi perawakannya memang seperti seumuran dengan mereka.
"Mianhae"
Gyuri melirik keatas, menatap asal suara pemilik tubuh boyfriend material itu lalu beralih pada tangan lelaki itu yang seperti memberikan bantuan agar Gyuri bisa bangun.
"Kau baik-baik saja?"
"Ne." Jawab Gyuri langsung merapikan pakaiannya yang sedikit berantakan karena ia jatuh cukup keras.
"Aku tidak sengaja, aku tidak mengira ada orang. Mian"
"A-aniyo. Ak-aku yang salah, aku tidak melihat jalan, Mian"
"Hmm, baiklah kalau begitu. Hati-hati"
Gyuri tersenyum malu, bagaimana tidak, ini baru pertama kali ada lelaki tampan meminta maaf padanya. Tunggu, tampan? Iya. Sungguh.
"Yak! Senyummu menakutkan".
"Aishh, lihatlah betapa tampannya lelaki tadi". Mendengar jawaban dari Gyuri, Jungkook malah tersenyum miris pada Gyuri.
"Sudahlah, ayo. Oh ya siapa lelaki tadi? Aku baru melihat nya" Sela Taehyung.
"Astaga. Sejak kapan kau peduli?" Goda Jungkook.
"Aku akan terganggu, dia sedikit tampan. Ingat, sedikit"
"Yak! Kau merasa tersaingi? Harusnya aku yang bicara begitu". Jungkook tak terima.
"Hei-hei. Katanya mau ke kantin? Aku lapar". Rengek Gyuri.
Taehyung dan Jungkook tertawa karena hampir melupakan Gyuri dalam perdebatan mereka. Mereka berjalan menyusuri koridor banyak kelas karena lokasi kantin yang beda gedung dan untungnya waktu istirahat juga cukup lama.
-
-
-"Silakan dinikmati tuan Taehyung dan nona Gyuri".
"Aigo, kau tidak perlu melakukan ini paman". Jungkook tak terima dengan balasan dari Taehyung, tapi Gyuri segera menenangkannya dengan mengusap bahunya tanpa berhenti tersenyum dan melamun.
"Riri-ya. Kau gila?" Ceplos Jungkook.
"Aishh. Kau ini yaa". Gyuri tak mungkin memukul temannya, jadi ia mengambil sebagian makan siang temannya itu.
"Jangan ambil makan siang ku lagi"
"Salah siapa bilang aku gila duluan, bodoh saja sudah cukup".
"Kenapa kau melamun? Ditambah senyum-senyum pula" Taehyung mulai bertanya."Hah? Ani. Aku tidak melamun. Aku membayangkan bagaimana jika aku mendapat peran puteri dan pangeran nya seseorang seperti lelaki tadi".
"Sama aja". Singkat Taehyung.
"Kau menyukainya?" Tanya Jungkook dengan aura dingin kali ini.
"Mwoya? Ini pertemuan pertama bagaimana bisa aku langsung menyukainya".
"Riri benar, mana mungkin lelaki tadi mau menerima Riri kita ini". Taehyung memihak Gyuri meski akhirnya menyindir Gyuri.
"Aishh. Kau ini selalu saja........ Benar".
Gelak tawa diantara mereka pun pecah dikantin yang cukup ramai. Jangan salahkan imajinasi Gyuri, ia melihat lelaki tadi lagi. Disini, berjalan mengarah ke tempat yang Gyuri dan kedua sahabatnya tempati.
"Ohh, Hai"
Gyuri tak menjawab karena terlalu hanyut dalam suasana yang tidak disangka-sangka olehnya.
"Nugu-ya?" Tanya Jungkook heran.
"Nan Jung —"
"Ayo. Aku kita ada kelas sebentar lagi". Potong Taehyung, dingin.
"Hmm, tapi—" Ucapan Gyuri terpotong ketika lengan Taehyung membawa Gyuri pergi.
"Sampai jumpa" Ucap lelaki itu yang dibalas dengan lambaian Gyuri yang semakin menjauh.
"Hati-hati" Bisik Jungkook ketika melewati lelaki itu.
Sedikit heran dengan apa yang diucapkan Jungkook padanya, tapi ia tidak bodoh. Beberapa detik kemudian ia mengerti maksud kalimat itu, sangat mengerti.
-
-
-