again, i was having struggle when i translated this chapter
since it contained so many baseball things. it really took me so long.semoga bisa dibayangin adegannya yaa
hehe
.
.
.
Sepulang dari sekolah, aku mendapat pesan begitu tiba di rumah. Beratku kelebihan 1 pon di atas berat temanku, jadi aku harus menurunkan berat badanku, atau aku akan didepak keluar dari tim sebagaimana pesan itu berbunyi:
Cheers nggak butuh orang keempat di deretan bawah, jadi kamu harus kurangi beratmu kalau masih mau menyelamatkan posisimu
Aku menjawab kalau aku akan melakukannya.
-xXx-
Aku pergi ke pertandingan dan menempatkan diriku dalam formasi cheers yang berbentuk piramid. Pertandingan dimulai. Kami memulai aksi kami yang diawali dengan Misa melompat turun dari puncak dan melakukan cartwheel. Kemudian dia bangkit dan berseru, "Give me a D!"
Penonton bertepuk tangan dan bersorak menjawabnya. Aku hanya bisa bersyukur bahwa semua orang di sini masih bersikap wajar atau situasiku bisa lebih buruk dari ini. Kami hanya berdiam semenit, kemudian giliran aku dan Linda yang meloncat turun seraya berseru, "Give me an E!"
Penonton menjawab seruan kami. Kemudian aku dan Linda berseru lagi meminta huruf M. Penonton pun merespons. Selanjutnya, rekan cheers-ku di deretan bawah melakukan cartwheel dengan kompak lalu berseru meminta huruf yang tersisa: O dan N. Penonton merespons kami.
Matt terlihat menikmati waktunya. Aku menyaksikannya berpura-pura akan melempar curveball, sedangkan aku berpura-pura melempar stop ball. Kemudian dia bertingkah seakan-akan mengayunkan pemukul, tapi meleset sekitar satu jari. Aku berseru Strike! Aku nggak yakin apa yang Mello pikirkan, tapi jelas dia menuruti saran Matt.
Mello melempar curveball. Lawan kami harus puas dengan strike dan Light dapat menangkapnya dengan mudah.
"Hancurin kepalanya!" ujarku menyemangati.
Mello mengangguk. Matt mulai bersikap gila seolah-olah dia melihat sesuatu yang mengerikan. Aku tertawa kencang melihatnya. Aku nggak pernah nggak merasa terhibur dengan tingkah Si Rambut Merah yang sinting ini.
Aku menyaksikan si rambut pirang favoritku, Mello, mengikuti saranku. Aku bisa mendengarnya terbahak saat sudah selesai. "Matt, kamu nggak waras."
Lawan kami mendapat strike lagi. Matt melakukannya sampai 2 kali. Aku menyaksikan Mello melempar bola sekali lagi dan membuat lawan kami yang tersisa harus menerima strike. Kemudian Matt melempar kostumnya pada lawan. Aku pun melakukan cartwheel.
Mello menggagalkan lawan dengan cepat. Posisi kini bertukar. Giliran tim kami yang main. Near mendapat urutan pertama. Dia nggak berhasil, tapi Mello mengambil tongkat pemukulnya sekedipan mata. Aku menyaksikan dia memukul bola dan berlari mencetak dua kali hit. Aku menyeringai senang dan bersorak dalam hati.
Saat giliran L yang memukul, aku menduga bahwa pitcher dari tim lawan pasti nggak jago melempar karena akulah yang menangkap bola foul. Aku melihat Matt terbahak dan Mello menatapku dengan senyum. Aku bisa merasakan jantungku berdetak keras. Kulemparkan kembali bolanya padanya. Dia menangkapnya, masih dengan senyum, kemudian melontarkannya ke pitcher.
Semua orang memandangi kami, terutama saat Mello berkata, "Lemparanmu persis seperti kakakmu."
Wajahku memerah. Pujiannya barusan cukup kuat untuk melucuti kefemininanku.
L kemudian mencetak hit 2 kali dan Mello kembali ke home. Selanjutnya kakakku yang mencetak triple hit. Dua giliran setelah kakakku lumayan buruk karena mendapat strike dan terpaksa out. Matt dalam kostumnya berpura-pura lari ke base setelah Mello berhasil mencapainya, tapi dia juga melakukan hal yang sama saat L kembali ke home. Semua orang termasuk aku menertawakannya. Aku suka menyaksikan Mello berlari dan berharap dia bisa mencetak home run nanti.
Posisi kembali bertukar. Tim kami yang berjaga. Mello menyerang tiga orang lawan tanpa membiarkan satu pun dari mereka mendapat hit. Berikutnya, tim kami dapat 1 hit dan 2 lainnya gagal. Tapi sekarang giliran Mello yang main setelah Near. Dia berhasil mencetak home run dan membuat cewek-cewek bersorak kencang. Aku ikut meloncat dan bersalto bersama tim cheers dengan gerakan khusus untuk merayakan home run.
Kami menang tanpa ampun. Sama sekali nggak membiarkan lawan kami mencetak satu hit pun. Tim kami memang sebagus itu. Kemudian aku meninggalkan grup cheers-ku. Kepalaku pusing, jadi aku bergegas menuju mobil Light.
Matt mengirim pesan kalau tim kami akan mengadakan party besok. Aku bertanya-tanya apa yang bisa aku lakukan di pesta itu.
Terlalu banyak pertanyaan yang membanjiri kepalaku dan aku butuh seseorang yang bisa memberiku jawaban. Aku juga perlu waktu sejenak untuk duduk. Sepertinya, aku menemukan spot untuk itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOMERUN (Translated)
FanfictionSayu Yagami adalah seorang cheerleader yang diam-diam naksir pitcher andalan klub baseball di sekolahnya. Akan tetapi, menjadi seorang cheerleader tidaklah mudah. (Diterjemahkan dari fanfiksi Death Note AU! milik "Demonic Mello". Please visit the or...