Ini memalukan.
Tapi setelah kukatakan jujur pada Mello kalau aku nggak punya tumpangan, dia setuju untuk mengantarku pulang. Dia memberiku helmnya dan aku naik ke motornya seperti naik ke atas kuda. Aku duduk, lalu memakai helm. Dia menyuruhku untuk berpegangan erat. Aku menurut. Kulingkarkan tanganku pada pinggangnya.
Motornya melaju kencang. Perlahan, aku mulai menikmati perjalanannya dan hari burukku sedikit terlupakan. Aku menunjukkan jalan menuju rumahku, lalu mulai menghitung urutan rumah satu per satu dan menunjuk bangunan rumahku. Dia selalu mengangguk dan mengikuti arahanku.
Begitu sampai, aku turun dari motornya. Ia berseru kaget, "Kamu anak keluarga Yagami?"
Aku sendiri sudah nggak aneh lagi dengan reaksi terkejut orang-orang yang tak menyangka kalau aku seorang Yagami. Maksudku, warna rambutku dan kakakku saja berbeda. Begitu juga dengan sikap dan gaya kami. Tingkat kecerdasan kami sebenarnya nggak terlalu selisih jauh, tapi juga nggak bisa dibilang dekat. Aku lemah di Matematika. Sangat lemah sampai aku malu rasanya melihat kertas hasil ujianku. Aku sungguhan butuh tutor yang betul-betul memahamiku untuk mengajariku. Aku bagus di trigonometri atau apa pun yang bisa kulihat secara visual. Lain halnya dengan aljabar yang diajarkan secara auditori dan banyak mengandalkan penjelasan lisan dari gurumu, lalu kamu harus menyelesaikan permasalahannya tanpa bantuan.
"Umm, ya, namaku Sayu Yagami," desisku sambil melepas helm. "Makasih, tadi sangat menyenangkan," senyumku saat menyerahkan kembali helm miliknya.
Dia tak lekas menjawab. Tentu, karena yang kukatakan barusan adalah yang biasa dikatakan pada orang yang berpacaran, bukan pada seseorang yang terpaksa mengantarkan pulang karena tak ada orang lain yang bisa mengantarnya.
Akhirnya dia menjawab, "Ya, aku juga." Lalu memakai helmnya kembali dan melaju pergi. Aku berani sumpah, aku sempat melihatnya tersenyum kecil.
Aku masuk ke dalam rumah dan memberi salam pada Ibu. Baru saja aku sampai di kamarku yang serba ungu, ponsel pink-ku sudah berbunyi "Can You Hear Heaven Cry The Tears of An Angel?"
Aku mengangkatnya.
Rupanya Misa yang menelepon. Dia bertanya apakah aku sudah sampai rumah. Aku sebetulnya cemburu karena semua orang berkencan dengan pasangan mereka masing-masing, tapi Misa dan anggota cheers lainnya adalah teman-temanku. Meski bukan sahabat terdekatku, tapi aku dan Misa betul-betul teman yang dekat banget.
Aku bilang padanya kalau aku sudah di rumah. Lalu dia bertanya siapa yang mengantarku pulang. Aku sempat berdebat sebentar sebelum akhirnya mengatakan identitas orang tersebut.
Misa menjerit senang dan berseru kalau akhirnya aku punya seseorang. Aku bahkan nggak diberi jeda untuk bilang kalau itu cuma hal yang terjadi satu kali. Misa ingin detail ceritanya, tapi aku bersikeras nggak akan membeberkannya sampai besok.
Aku menutup telepon dan berguling-guling sebentar di atas kasur. Kemudian aku mulai mengerjakan tugas Biologi dan Bahasa Inggris. Aku harus menuliskan cerita berbahasa inggris sepanjang minimal satu halaman yang melibatkan aspek pertimbangan, iba, ancaman, dan kesadaran sensorik. Tak perlu disebutkan kalau tugasku ini bagaikan Fifty Shades of Grey versi aku dan Mello. Kuharap guruku nggak menyuruhku untuk membacanya keras-keras di depan kelas.
Setelah tugas aibku itu selesai, aku ganti mengerjakan Biologi. Kami diminta membandingkan dan membuat perbedaan antara meiosis dengan mitosis. Singkatnya, meiosis adalah proses pembuatan sel reproduksi seksual. Aku berusaha nggak tersipu saat tugas mengarang Bahasa Inggris-ku tadi muncul di kepalaku. Mitosis adalah sebaliknya, proses pembuatan sel-sel baru, semacam situasi ketika dia menghantamku. Sel-selku akan beregenerasi dan mengganti sel darah ataupun sel kulitku yang hilang.
Ayah pulang dan aku memberi salam padanya. Light masih juga belum datang saat itu. Aku mendengar kata-kata "Selamat datang kembali, Sayang" dan tersenyum. Setidaknya, Ayah pulang lebih cepat.
Aku duduk bersama Ayah dan Ibu, lalu kami makan malam bersama. Ayah senang saat melihatku, tapi aku dapat menangkap kekecewaannya karena Light tak ada di sana. Aku tak akan pernah jadi Light. Aku tak akan pernah sempurna.
Suatu waktu dalam hidupku, aku bersyukur memiliki seorang ayah. Tapi sekarang, aku hanya berharap orang tuaku bisa datang di hari kelulusanku.
Saat makanku selesai, aku meninggalkan fakta bahwa yang bisa kulakukan hanyalah pura-pura kuat dan tegar.
Aku meraih ponselku dan memutar lagu "Tears of An Angel" lalu tidur lebih cepat. Aku masih bisa dengar suara Light saat tiba di rumah. Aku juga bisa dengar sambutan Ayah dan Ibu. Aku bisa merasakan kecemburuan yang memanas di perutku.
Aku menyayangi kakakku. Sungguh. Bagaimana pun juga, aku hanya berharap aku bisa mencapai level yang sama seperti dirinya. Aku menangisi diriku sendiri sampai akhirnya tertidur.
-xXx-
Aku kesiangan. Terpaksa aku memangkas sepuluh menit waktu mandiku jadi lima menit.
Masih dengan tubuh yang basah, aku lekas memakai T-shirt pink, celana jeans, dan sepatu converse. Buru-buru kumasukkan barang-barangku ke dalam tas. Aku turun ke bawah, mengambil sereal, dan bergegas masuk ke Mustang milik Light.
Kami ngobrol sementara kakakku ngebut dengan mobilnya supaya lekas sampai ke sekolah. Light bercerita kalau Misa semakin bagus di Biologi. Selain itu, Misa juga mengkhawatirkanku dan ingin aku menceritakan lebih detail tentang kejadian kemarin sebelum kami mulai latihan cheers nanti.
Light berkata kalau dia dan Misa sempat bercinta setelah teleponku usai. Dia juga bilang bahwa dirinya berutang pada Mello karena sudah mengantarkanku pulang.
Aku cukup penasaran dan ingin tahu, bagaimana seorang kapten tim baseball memberi penghargaan pada pitcher-nya. Mungkin membiarkan sang pitcher untuk tetap membawa bolanya, atau malahan membelikannya peralatan baru supaya dia nggak perlu lagi menyewa.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOMERUN (Translated)
FanfictionSayu Yagami adalah seorang cheerleader yang diam-diam naksir pitcher andalan klub baseball di sekolahnya. Akan tetapi, menjadi seorang cheerleader tidaklah mudah. (Diterjemahkan dari fanfiksi Death Note AU! milik "Demonic Mello". Please visit the or...