seperti yg tertera sebelumnya, setting cerita ini adalah SMA di amerika. so, mereka udah biasa banget dengan hal-hal semacam seks sebagaimana di chapter ini
please, no child here
.
.
.
Aku menerima pesan dari Light.
Tampaknya, pesta kami ini akan diadakan di rumah Matt. Semua anggota cheers dan tim baseball diundang hadir malam ini. Aku tertawa dalam hati karena sebagian dari kami tentu kecapekan untuk datang ke pesta.
Aku tahu, Near dan Linda bakal absen. Matsuda bilang mau mabuk-mabukan di rumah ortunya. Orang-orang lainnya juga bakal absen. Jadi, hanya tersisa Mello, kakakku, dan L dari tim baseball, plus semua anggota cheers kecuali Linda. Linda nggak ikut karena nggak ada Nate. Linda tipe cewek yang hanya datang ke pesta bersama pacarnya.
Ya, gitu deh. Bilangnya sih bakal datang semua, tapi toh hanya beberapa saja yang bisa. Bagiku, ini tetap ide bagus untuk datang ke pesta bersama sahabat-sahabatku. Di rumah Matt nanti, kami bisa menghabiskan malam bersama.
Rumah Matt terbilang besar dan lumayan jauh. Satu-satunya masalah Matt adalah pacarnya. Nggak ada satu pun dari kami yang senang terlibat masalah. Makanya, Matt bakal memastikan kalau semua cowok yang datang ke pesta harus bawa pengaman. Tapi aku yakin, orang tua L dan Naomi nggak keberatan kalau Naomi sampai hamil.
Berhubung Matt pacaran dengan Mary, semua anggota cheers turut diundang ke pesta, tanpa harus jadi pacar anggota tim baseball.
Matt membagi area rumahnya jadi 3. Area para cewek, area cowok, dan area bebas. Aku tahu sosok di balik rumah besar Matt yang telah mendesain kondominium seluas ini. Orang itu kesulitan uang dan menjual rumahnya dengan harga murah. Kemudian, orang tua Matt Jevas membelinya. Sejak saat itulah rumah tersebut menjadi milik keluarga Jeevas.
Aku mulai berkemas. Kusiapkan pakaianku, makeup, pembalut, ikat rambut, dan sisir. Light membawa baju ganti, buku otomotif seputar mobil dan motor, sisir, buku tentang strategi baseball, dan uang. Aku bisa menebak, kakakku akan memesan pizza dengan banyak daging dan sayuran bersama teman-temannya. Ini membuatku iri dengan cowok-cowok itu.
Kemudian aku membawa majalah cewek, lalu kami masuk mobil dan menuju rumah Matt.
Rumah Matt memang besar, tapi nggak ada yang spesial dengan warnanya. Dindingnya dicat abu-abu dan semua jendelanya berwarna putih. Alasan utama rumahnya menyenangkan adalah bagian dalamnya. Didekorasi dengan cita rasa artistik dan dilengkapi musik yang oke.
Aku bisa melihat motor Mello yang terparkir dan tanpa sadar membuatku tersenyum.
"Jaga sikap, Sayu," tegur kakakku.
Aku menoleh. "Aku cuma ngebayangin naik motornya mengitari kota kok. Nggak ada pikiran mesum."
"Mungkin kamu perlu pacaran dengan pembalap. Kayaknya kamu suka yang ngebut-ngebut."
"Seperti Tokyo Drift," sahutku.
Kakakku tertawa.
Kami keluar dari mobil dan menutup pintunya. Kakakku memasang alarm. Lalu kami menuju pintu utama dan disambut oleh Matt yang membawakan 2 gelas air. Aku menerima gelasnya dan meminum isinya dengan brutal. Duh, aku hampir mati kehausan. Serasa kayak kehilangan seliter darah dalam sehari.
Matt dan Light menuju ke sisi kanan, sedangkan aku berbelok ke kiri. Aku menemukan Mary dan Misa yang sedang tertawa-tawa sambil menonton rekaman pertandingan kemarin.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOMERUN (Translated)
Hayran KurguSayu Yagami adalah seorang cheerleader yang diam-diam naksir pitcher andalan klub baseball di sekolahnya. Akan tetapi, menjadi seorang cheerleader tidaklah mudah. (Diterjemahkan dari fanfiksi Death Note AU! milik "Demonic Mello". Please visit the or...