4. Latihan Baseball

26 0 0
                                    


Catatan:

Ini adalah chapter yang lumayan sulit bagiku karena pengetahuan dasarku tentang baseball adalah nol besar. Tapi berkat cerita ini, aku browsing banyak istilah baseball dan jadi menambah pengetahuan.

Semoga aku tidak salah menerjemahkan.
Selamat membaca!

.

.

.

.

.

Dua kelas berikutnya telah usai. Saat ini aku berada di ruang ganti. Aku mengganti bajuku dengan seragam latihan cheers, lalu menuju tempat latihan dan mulai peregangan.

Tiba-tiba ponselku berbunyi. Aku meraihnya. Ada pesan baru yang menyatakan kalau latihan cheers hari ini ditiadakan.

'Ugh, sial sekali,' gumamku dalam hati.

Aku berbalik menuju lapangan baseball untuk menunggu kakakku. Kulihat mereka sedang mempersiapkan mesin pelempar bola. Mello mengambil tongkat pemukul logam dan memutarnya.

"M-E-L-L-O! Lets go! M-E-L-L-O!" sorakku ala seorang cheerleader profesional seraya bertepuk tangan menyemangatinya. Aku juga menghentakkan kakiku seirama ke atas tanah. Kurasa, aku seorang cheerleader sejati karena aku melakukan ini pula saat dia masuk lapangan.

Aku menanti-nanti dengan penuh harap. Bola mulai ditaruh di tempatnya dan Mello memasang posisi kuda-kuda dengan siaga. Napasku tertahan saat menunggu bola dilempar. Begitu bolanya melesat, Mello pun memukulnya. Aku bersorak saat menyaksikan bola itu terbang ke udara. Aku melakukan gerakan cartwheel kecil sebagai selebrasi.

Mereka semua memandang ke arahku. Lalu kulihat Matt datang membawa bolanya. Dia memakai up T-shirt dan jeans. "Yang tadi itu bakalan jadi homerun," katanya sambil tersenyum. Light berdiri di sampingnya. Aku memberinya tepuk tangan hormat.

"Let's go, Light! Let's go!" sorakku, lalu bertepuk tangan dua kali dan mengulanginya lagi.

Light juga mengambil posisi. Dia memukul bolanya dan dengan mudah mencetak homerun. Aku bersorak dan melakukan gerakan cartwheel sekali lagi.

Berikutnya adalah Ryuzaki. Orang-orang memanggilnya L.

"L! L! L!" aku melagukan namanya sambil bertepuk tangan. Serius deh, susah banget untuk bersorak dengan nama L seperti ini.

Ryuzaki bersiap lalu memukul bolanya. Sayang, kali ini foul. Aku berseru, "Coba lagi! Coba lagi!" Suaraku bisa rusak kalau aku terus-terusan berteriak dan bersorak untuk seluruh anggota tim seperti ini. Ryuzaki memukul kembali bolanya dan kali ini berhasil mencetak homerun. Aku segera ber-cartwheel dengan sukacita.

Selanjutnya giliran second baseman tiba dan aku membuat gerakan seolah-olah mengayunkan tongkat pemukul. Light melihatku dan tertawa. "Posisimu salah, Sayu. Aku paham apa yang ingin kamu sampaikan, tapi kamu terlihat lucu kalau seperti itu."

Aku malu. Untung saja Mello nggak lihat. Kalaupun dia lihat, dia nggak bilang apa-apa.

Bola kembali dilempar. Pukulan kali ini cukup bagus untuk dua kali lari. Aku bertepuk tangan. Selanjutnya giliran Near, alias Nate River.

"Nate! Nate! Gooooo, Nate!" aku bersorak sekali lagi sambil bertepuk tangan dan menghentakkan kaki. Aku melihat Near bersiap. Aku menunggu dan dia pun memukul bolanya tapi foul.

"Jangan menyerah! Coba lagi!" sorakku. Near kembali ke posisinya tadi dan memukul bola. Ini adalah base ketiga. Aku pun ber-cartwheel merayakannya.

Setelahnya adalah giliran untuk pemain outfield. Aku masih bersorak dan bertepuk tangan ketika mereka sukses memukul bolanya, tapi tiga pukulan terakhir dapat tiga strike berturut-turut.

Mello berlari, mematikan mesinnya dan memindahkannya dari mound. Dia mengambil satu bola. Light membuka ranselnya dan mengeluarkan sarung tangan baseball dan pelindung kepala. Dia kemudian mengenakannya.

Aku bersorak. "Curveball! Hentikan mereka! Gagalkan mereka!" Aku bersalto ke depan layaknya seorang cheerleaders dan baru sadar ketika memijak tanah kalau ternyata Mello menyeringai padaku. Jantungku serasa berhenti.

Aku tak bisa bernapas selama beberapa detik saat kulihat Mello betul-betul melemparkan curveball. Lawan mengayunkan tongkat pemukulnya tapi sudah terlambat dan bolanya berakhir strike. Berikutnya, dia juga melakukan stop ball yang berhasil dipukul tapi foul.

Mello terlihat keren dan seksi saat menyeringai dan melemparkan bolanya dengan sinting sebagaimana sorakanku.

"Kali ini change up!" seruku kembali bersorak, tapi aku nggak salto depan. Sebaliknya, aku salto ke belakang. Fakta bahwa Mello sungguhan melempar bola change up membuat hatiku melambung. "Satu, dua, tiga! Out!" teriakku.

Ponsel berbunyi dan Mello tiba-tiba berkata, "Maaf semuanya, aku harus pergi."

Semuanya menganggukkan kepala mengerti. Permainan selesai.

Mello menoleh padaku. "Kamu tahu banyak soal lemparan bola," katanya. Lututku melemas seperti jeli mendengar pujiannya. Bayangkan saja, orang yang kutaksir memujiku soal olahraga!

"Tahun lalu, Light pegang posisi pitcher. Tahun sebelumnya, dia first baseman. Tahun sebelumnya lagi jadi pemain outfield," kataku.

"Wow, strategi yang brilian," ujarnya membuat wajahku memerah.

Setelah Mello beranjak pergi, kulihat Matt muncul dari belakang dengan senyum dan alis yang berkeringat.

"Kamu nggak melakukan itu, kan?" desisku curiga. Aku bakal marah kalau dia dan Marry sungguhan melakukan itu tanpa pakai pengaman.

"Cuma sedikit bermesraan kok. Omong-omong, wow, kamu sudah memberi Mello petunjuk," ujarnya seraya tersenyum seakan-akan aku sudah membantu Mello memenangkan permainan barusan.

"Uh, yang tadi itu cuma dukungan cheers biasa. Aku nggak menyuruhnya apa pun untuk melakukan sesuatu."

"Nggak harus kok, karena Mello bisa memahami nilai strategi yang kamu maksud."

Aku mengedarkan pandang mencari sosoknya namun aku mendesah karena tak berhasil menemukannya.

Marry muncul kemudian. Rambutnya berantakan tapi pakaiannya masih terpasang meski agak acak-acakan. Kelihatannya mereka berdua memang hanya berciuman hebat.

Aku memutuskan untuk bilang padanya agar meneleponku nanti malam jika sudah sampai rumah. Dia mengangguk. Aku beralih menuju Mustang kakakku sedangkan dia masuk ke Camaro milik Matt. Kami berdua punya banyak hal yang ingin dibicarakan.

.

.

.

.

.

DAFTAR ISTILAH:

Cartwheel : gerakan salto (jungkir balik) yang dilakukan seorang cheerleader

Homerun : skor saat pemukul baseball dapat memukul bola hingga keluar lapangan tanpa dapat ditangkap oleh pemain lawan sehingga pemukul dapat berlari tanpa ada hambatan

Outfield : pemain yang berjaga di luar lapangan

Mound : tempat bola dilempar oleh pitcher

Foul : bola jatuh di luar garis batas base 1 dan base 3

Strike : bola dilempar dengan benar oleh pitcher tetapi gagal dipukul pemain lawan 

Curveball : lemparan bola pitcher yang bergerak melengkung 

Change-up:  lemparan bola lambat dengan melakukan gerakan tangan untuk bola cepat dan bertujuan untuk mengganggu waktu ayunan dari pemukul

HOMERUN (Translated)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang