Tiga Puluh Enam

2.6K 73 26
                                    

Sudah puluhan berkas yang diterima Mario, namun tak ada satupun yang Mario lihat, selalu menjadi sasaran tempat sampah. Semua karyawan diomeli habis-habisan oleh Mario. Hanya masalah kecilpun Mario langsung ambil tindak kejam pada karyawan.

Mario merasakan sesak begitu dalam, hatinya seperti terbakar amarah, entah apa yang membuatnya seperti kesetanan seperti ini, memarahi semua staff karyawan.

Mario memijiat pelan pelipisnya, ia merasa pusing disekujur kepalanya. Mario ingin sekali meminum kopi jika begini, hanya kopi buatan Alicia lah bisa membuat rasa pusing mereda.

Seorang mengetuk pintu ruangan Mario membuat Mario menengok ke arah pintu. Siapa yang berani membangunkan macan tidur.

"Masuk!" teriak Mario tegas membuat bulu kuduk berdiri.

Pintu tersebut terbuka dan terlihat lah wajah kesal Caramel yang ditahan oleh dua security.

"Maaf, Tuan. Nona ini memaksa ingin bertemu Tuan dan membuat keributan." jelas Security itu takut-takut.

"Lepaskan dia!" titah Mario, membuat dua security melepaskan tangan mereka dari lengan kecil Caramel.

Caramel menatap sebal kedua security itu. Lengannya menjadi merah sebab dua security menyebalkan itu.

"Apa tanganmu terluka?" tanya Mario hati-hati pada adiknya.

"Tidak! Apa kau bisa lihat tanganku memar!" teriak cempreng Caramel sambil menunjukan lengannya, Mario menutup matanya saat mendengar teriakan Caramel.

"Kalian?!" murka Mario kepada dua security.
"Cepat serahkan surat undur diri kalian sekarang! Saya tunggu dalam waktu dua jam!" lanjut Mario dengan nada yang lantang membuat dua security itu menunduk lesu. Percuma mereka berdua melawan, keputusan Mario sudah tidak bisa ditolak.

Caramel terkejut dengan ucapan Mario. Sejak kapan kakaknya yang sangat baik menjadi kejam?.

"Kak?!" bentak Caramel.
"Kakak ga boleh seperti itu!" ujar Caramel dengan nada peringatan.

"Car, mereka tidak profesional dalam bekerja! Bagaimana bisa dia berperilaku kasar pada adik ketua perusahaan ini!" jelas Mario menangkup wajah mungil Caramel.

Caramel menghempaskan tangan Mario dari pipinya. "Kak! Pemimpin itu harus jadi cerminan untuk anggotanya! Kalo pemimpin perusahaan ini kejam dan keji seperti kakak, bagaimana nanti anggota kakak?" jelas Caramel.

"Car-"

"Stop kak! Sejak kapan kakak ku sekejam ini? Sejak kapan?!" tanya Caramel.
"Dengan gampangnya kakak putusin rejeki orang karena kesalahan yang kecil, bagaimana nasib mereka kedepannya!" lanjut Caramel.

Mario menghela nafas beratnya. Ia begitu egois sehingga membuat semua orang rugi.

"Kembali bekerja!" titah Mario kepada security itu.

Betapa bersyukurnya mereka berdua, keberuntungan berpihak pada mereka berdua. Dengan kebaikan gadis kecil itu, Mario leleh dan mencabut keputusannya.

"Maaf dan terimakasih, Tuan! Kami permisi!" pamit security itu.

Caramel menatap sinis kepada Mario lalu menyelonong masuk dan duduk di sofa. Caramel menatap tempat sampah yang penuh dengan kertas-kertas lecak, bahkan sampai berserakan di sekitarnya.

Mario kembali duduk dan berkutat pada komputernya. Caramel mentap Mario yang sedang serius mengerjakan sesuatu. Wajahnya yang tampan terbalut wajah yang lelah dan kesepian.

Caramel tidak tahu harus apa. Ingin sekali rasanya Caramel membawa pulang Alicia kepelukan sang kakak. Caramel sangat tahu apa yang diinginkan kakaknya itu.

PERJODOHAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang