ini enam.

11.4K 2.3K 285
                                    

Gue emang udah gila.

Cuma perkara pengen tahu duda itu rasanya gimana, gue beneran sekarang lagi siap-siap buat datang ke Hotel L yang disebut Tarangga.

Dia sih ngajak bareng---lo bisa mencium bau-bau keberhasilan?---buat jalan ke sana, dan tentu aja gue tolak dengan berbagai cara dan upaya. Yakali, gue harus datang bareng dia, terus pasti kan di sana dia ketemu sama orang-orang acara, di-briefing apa lah.

Terus dia mau ngenalin gue sebagai apa?

Murid dan dia mentor?

Makasih banyak, tapi gue nggak tertarik.

Selesai nyatok rambut, gue buru-buru ambil totebag hitam dan memasukkan semua barang keperluan (handphone, tisu basah dan kering dalam versi mini, parfum, dan lain-lain lah).

Gue pakai sneakers putih, langsung mematut diri sekali lagi sebelum menuruni tangga.

Gue sih udah yakin banget nggak salah kostum. Kata om-nya Azriel itu, nggak ada tema baju khusus---ya iya sih, setelah gue pikir kenapa gue bodoh banget nanyain dress code, kayak party aja. Jadinya, gue memilih pakaian amat sangat santai dan berusaha buat nggak tampil tidak senonoh.

Gue pake jeans, Bebs, santai. Atasannya kemeja putih yang gue masukin ujung bawah bagian kanan ke dalam celana.

Biar agak selo gitulah.

Kalau liat Tarangga waktu ke rumah Riana, dia nggak yang kaku-kaku amat kok, walaupun jenis sendalnya yang menurut gue tua banget.

Yang gue sayangkan dari semua ini sih cuma satu: jam acara.

Malam, woy. Jam 19.00- ... gue lupa.

Seminar dan acara-acara bosenin sama sekali bukan untuk gue.

Malam hari biasanya otak gue kehilangan beberapa persen kinerjanya buat mikir.

Terus dua hal itu digabung, menurut lo ajalah gue gimana. Tapi, seperti yang gue bilang karena gue udah gila beneran, makanya gue iyain aja.

Nggak usah banyak bacot deh, yuk buruan berangkat, keburu telat.

Gue naik taksi online ngomong-ngomong, kata om-nya Azriel itu sih biar bisa pulang bareng.

See, PDKT ini nggak berat sebelah.




***



Rame amat ya.

Perasaan gue datang pas---goblok banget, Miya. Seminar bukan kelas di kampus yang bisa datang sesuai jam dan masih dapat kursi.

Ini nggak lucu banget kalau gue masuk ke dalam, ternyata beneran nggak kebagian kursi terus disuruh ngampar.

Pengalaman gue ikut seminar yang kemudian nggak mau lagi.

Tapi Tarangga juga nggak bohong, yang datang anak-anak muda banget dan ... rata-rata emang cewek. Ini karena mereka tertarik dengan temanya, atau cuma mau ketemu salah satu pembicara macam gue?

Gue ketawa geli dalam hati.

Well, mari kita mulai dengan berjalan menuju meja registrasi.

"Malam, Kak. Ada tiketnya?"

"Gue dapet undangan ini, Mbak." Gue menyodorokan undangan online yang dikirim sama Tarangga. "Bisa kan?"

"Oh dari mas Aga ya? Sebentar, Kak." Gue bingung di tempat, dia nyamperin salah satu teman yang lagi berdiri ngarahin orang-orang yang mau masuk. Nggak lama, si dua panitia menghampiri. "Silakan masuk, Kak, biar dianter sama teman saya."

[ NOVEL ] setelah jadian, memangnya kenapa?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang