ini sepuluh.

10.8K 2.3K 312
                                    

"Hai ...." Seorang cewek dengan perawakan yang ... kayaknya tinggian gue. Kulit dia lebih eksotis. Rambutnya panjang indah macam punya Anggun C Sasmi. "Eh, masih ada tamu ya? Via bilangnya suruh masuk."

"Aku yang suruh masuk tadi kok." Tarangga berdiri, menepuk-nepuk kedua pahanya seolah banyak debu di sana. Kemudian menghampiri si cewek, memeluk sebentar, cipika-cipiki. "Ke sini sama siapa?"

"Sama Jeje. Lagi digangguin Fauzan dan anak-anak. Kurang ajar anak-anakmu ih, lain kali aku nggak mau bawa Jeje lagi. Masih kecil udah dicekoki Cendol Dawet melulu."

Tarangga ketawa. "Kenapa nggak bilang kalau mau ke sini? Aku bisa jemput, hari ini nggak ada seminar apa pun, aku cuma perlu stay di sini, review artikel."

"Please deh, Ga. Aku bisa nyetir dari dulu dan aku udah jago baca maps asal kamu tahu."

Mala.

Kalau dilihat dari luar, nggak ada yang salah dengan sosoknya. Kelihatan feminin, hangat, dan mesra dengan Tarangga. Gimana bisa dia nggak tertarik untuk melakukan hal yang lebih dadi peluk dan cium?

Gue baru mau gantiin, elo udah muncul aja, Mbak. Baru ngicip bentar doang bibirnya, tapi lumayanlah. Kayak yang gue bilang, lumayan bikin pening.

"Hai. Ini siapa? Kok kamu kejam, ada tamu tapi aku disuruh masuk dan dia didiemin gitu aja."

Gue senyum, dia juga senyum lebar banget sambil berjalan ngehampiri gue. Otomatis gue berdiri, menyambut uluran tangannya, berpelukan singkat.

"Abis interview sama Aga? Gimana rasanya? Dia katanya kalau interview beda banget sama ngobrol biasa begini. Fauzan dan Medina belum ada apa-apanya, katanya."

Gue ketawa canggung. Bingung juga jelasinnya harus gimana. Masalahnya, dia jelas lebih memgenal sosok Tarangga sementara gue nggak tahu apa-apa woy.

"Bukan. Dia bukan narasumber."

"So?" Matanya menggerling, menatap gue dan Tarangga gantian. "Jadi beneran aku ganggu ini namanya."

"Enggak."

Gue keduluan ngomong, ya walaupun gue juga nggak mungkin bilang 'ya'.

"Dia Miya."

That's it.

"Hai, Miya. Aku Mala."

"Hai. Saya Miya, Mbak." Mending 'saya' ajalah ya, ketimbang 'gue'? "Salam kenal."

"Jeje mana? Keluar yuk, aku kangen Jeje." Tarangga mengangguk ke arah gue. "Miya."

Mala keluar lebih dulu, gue speechless waktu Tarangga menunggu gue sampai di sisinya, kemudian sebelah tangannya mengelus punggung gue sambil tersenyum manis.

Empati gue lagi tinggi-tingginya nih kayaknya, tiba-tiba gue merasa sedih karena orang sebaik dan semanis dia harus ketemu sama Mala dan ... sekarang sama gue yang bahkan nggak berniat untuk serius juga sama dia.

Tapi, seenggaknya, kalau menjalin hubungan sama gue, lo bisa dapet seks dengan catatan gue pun mau, nantinya.

So, nggak jahat-jahat amatlah ya.

Gue menggelengkan kepala, mulai pusing beneran mikirin nasib ke depannya. Jangan terlalu dipikir deh, jalanin aja seperti biasa. Reza aja bisa aman kok, pergi saat dia pengen pergi.

Masalahnya, setelah gue pikir-pikir, kalau gue kasih tahu Tarangga sekarang tentang pandangan gue terhadap pernikahan dan komitmen serius, takutnya dia syok dan langsung pergi.

Gue udah suka sama manisnya dia. Tanggung jadinya.

"Jeje ...."

"Om Aga!" Bocah kribo nan gembil berlarian menghampiri Tarangga yang sudah merentangkan tangan. "Kiss."

[ NOVEL ] setelah jadian, memangnya kenapa?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang