ini empatbelas.

13K 2.3K 266
                                    

Gue tuh dulu nggak suka banget sama kisah-kisah ala Cinderella.

Maksudnya, gue suka segala sesuatu yang imbang. Jangan cuma cowok yang berjuang mati-matian, tetapi cewek juga bisa, kan? Kerja sama. Itu maksud gue.

Segala sesuatu yang berat sebelah itu nggak enak. Yakin.

Tapi, malam ini adalah pengecualian. Rasanya, kayak zaman anak SMA, menggebu, banyak kupu-kupu yang seolah bertebaran di dalam perut, nggak sabar juga untuk diperlakukam istimewa oleh Tarangga.

Mungkin, karena beberapa waktu terakhir, gue selalu berada dalam sebuah hubungan yang 'serius' versi gue. Yakni saling menjelaskan keinginan dan tunjuan, berkompromi, maka terjadilah ikatan itu.

Kalau yang ini, gue beneran nggak ekspektasi apa-apa. Tebakan gue sih, ini juga nggak akan bertahan lama. Gue yakin, tepat di saat Tarangga tahu kalau niat gue sama sekali bukan ke arah pernikahan, dia akan paham dan langsung mengakhiri semuanya.

Dia orang dewasa yang nggak akan menggunakan konsep drama.

Itu adalah satu-satunya harapan gue.

"Miya, Nak Aga udah di bawah. Masih lama kamunya?"

See, Pangeran gue datang. Gue mau hidup dalam dunia Cinderella dulu ya, Bebs, lo mau ikut menyaksikan atau milih cukup sampai di sini dulu?

Saran gue sih, di sini aja, karena gue nggak yakin lo akan suka sama semua kelanjutannya. Tapi, kalau lo maksa, well, lo udah gue peringati.

"Ya...."

"Lima menit, turun, Bu!"

Memandangi tubuh gue di depan cermin, gue tersenyum lebar. Ternyata, seksi nggak harus terbuka, ya. Dress yang menutupi tubuh bawah gue sampai bawah lutut ini kelihatan cantik banget gue pakai. Entah level percaya diri gue udah sampai tahap mana, tetapi tue merasakan kali ini gue udah maksimal kok.

Reza suka segala sesuatu yang terbuka, sesuai dengan prinsip hidupnya. Nah, gue nggak tahu, dengan memberikan gue dress hitam dengan panjang di bawah lutut ini, apakah Tarangga sama tertutupnya?

Karena satu-satunya bagian yang terbuka dari gaun ini hanyalah tali yang selebar jari. Memperlihatkan bagian pundak dan lengan. Nggak terlalu kok, karena gue membiarkan rambut tergerai, hanya jepit bunga kecil di sebelah kanan.

Ah, dia udah di sana.

Duduk dengan manis, senyum manis, sedang ngobrol dengan Ayah dan Ibu.

Pakaiannya juga formal banget, gue jadi pengen ketawa. Ini sebenarnya dinner atau acara kawinan?

Lo lihat dia di sana, pakai jas hitam yang menutupi kemeja putih di dalamnya. Bedanya, nggak ada dasi yang menghiasi, bahkan ia membiarkan kancing teratasnya terbuka dan ... wait, gue melangkah lebih dekat dulu untuk memastikan.

Benar, ternyata, dia membuat rambutnya agak bervolume kali ini. Maksudnya, lebih hidup, sedikit messy dan ... terlihat sangat seksi.

Kesimpulannya, dia nggak jadi terlalu formal, hehehe.

"Hai," sapanya, tersenyum lebar.

Bolehkah gue mengartikan sebagai bentuk kagum dari binar tatapannya itu?

"Hai."

Dia pamit pada Ayah dan Ibu, lalu berdiri, menggenggam tangan gue untuk keluar rumah.

"How do I look?"

Kakinya berhenti melangkah, kami sampai di depan mobilnya. Kepalanya menoleh, menatap lekat. "Cantik dan ...." Tarangga nggak melanjutkan kalimatnya.

[ NOVEL ] setelah jadian, memangnya kenapa?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang