Gue ngerasa sebagai tersangka atas tuduhan pemaksaan pada seseorang.Lampu kembali ijo, mobil jalan lagi, dan gue nggak tahu kapan kami bakalan sampai di tempat tujuan.
Ini mau makan di restoran yang baru dibangun di Mars atau gimana? Lama amat udah kayak ....
"Dia aseksual."
Gue noleh, tapi dia nggak mengulangi atau melanjutkan. Tadi, gue denger kata seks. Apa tadi?
Beberapa detik kemudian, Tarangga melirik gue sambil senyum tipis. "Pernah denger aseksual?"
"Seks? Ya." Kata seks bisa lo dengar di mana pun, nggak usah merasa aneh, Bebs.
"Bukan seks, aseksual."
Kayaknya memang Tuhan tuh sengaja nemuin gue sama dia, supaya gue sadar diri, kalau usia gue ini masih 20-an, masih terlalu dini buat mengklaim kalau gue tahu banyak hal.
Karena sejak kenal Tarangga, ada aja hal-hal yang dia omongin dan gue sama sekali buta akan itu.
Aseksual? Apaan tuh? Gue tahunya seksual. Seks. Enak. Period.
"Kondisi di mana seseorang punya ketertarikan yang rendah banget, atau bahkan sama sekali nggak punya ketertarikan sama aktivitas seks."
Gue bengong dong.
Gimana bisa seseorang nggak tertarik ngelakuin seks? Udah gila ini mah. Lo tahu kan, seks itu candu, manusia di luar sana sibuk ngontrol diri dan ada banyak kampanye untuk itu, ini malah nggak tertarik?
Gue lagi dibodohi apa gimana?
"Mas .... lagi bercanda?" Gue mengibaskan tangan, membenarkan posisi duduk, menghadapnya. "Maksudnya, kadang selera bercanda orang beda-beda, you know ... kita---"
"Nggak, Miya. Aku cerita tentang alasan perceraian kami. Kamu mau tahu itu, kan?" Okay, ngerti, gue mingkem. Aseksual. Apa itu aseksual. Kenapa bisa jadi alasan perceraian? "Pembahasan tentang aseksual memang nggak sebanyak LGBTQ, itu aja masih tabu di Indonesia, apalagi yang ini."
Kok gue deg-degan ya.
"Waktu akhirnya dia bilang, aku marah karena mikirnya dia lagi cari alasan untuk menjauhiku. Pada saat itu juga jadi momen pertama aku tahu tentang aseksual. Kami nggak ngobrol beberapa hari, aku coba cari di internet, nggak banyak media kita yang membahas hal itu, tapi aku nemu satu artikel yang akan aku inget ini seterusnya, dari Tirto."
Gue bahkan nggak tahu nama media Tirto.
"Di sana dikasih cerita dulu, mungkin supaya orang awam kayak aku bisa ketarik untuk baca dan bisa mudah memahami." Mukanya serius banget, natap ke depan, sesekali lihat gue. "Ada dua contoh yang dia kasih. Pertama, cerita salah satu Chef cowok di Jepang yang jual alat kelaminnya untuk dia hidangkan sebagai makanan."
Refleks, gue terbatuk, kemudian buru-buru bilang maaf.
Dia ketawa pelan, "Kaget?"
"Banget." Lebih ke mual. Alat kelamin cowok memang enak, tapi bukan buat dimakan woy!
"Kamu bilang, suka lihatin orang-orang sekitar dan main tebak-tebakan tentang mereka lewat ekspresi wajah dan tampilan, kan?"
Gue mengangguk antusias.
"Kadang, lebih baik nggak tahu terlalu jauh, Miya." Dia senyum. "Salah satunya ini. Sesuatu yang besar, aneh bagi beberapa orang dan mungkin ... terlalu tabu. Tapi, kita harus maksa diri untuk terbuka dengan hal-hal lebih luas dari ini. Karena dunia isinya nggak cuma aku, kamu, dia dan mereka. Ada banyak yang nggak kesebut di dalamnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
[ NOVEL ] setelah jadian, memangnya kenapa?
ChickLitkomitmen itu penting. gue ngak tahu juga. tapi, apa komitmen itu harus berada dalam sebuah ikatan resmi? semacam pacaran? pernikahan? like, seriously? yang pacaran bisa putus dengan gampang ketika merasa bosan, tertekan, atau sesimpel nemu yang dia...