11. Gara-Gara Puisi

244 22 3
                                    

Setelah sekian lama~
Author come back, hehe 😁
Maafkan author ya teman-teman:)

Happy Reading!! :)

--------

Setelah menjadwal agendaku yang cukup padat. Akhirnya, hari ini aku bersedia dengan sukarela menemani perjalanan Arzen mengelilingi beberapa destinasi wisata yang ada di Indonesia, khususnya Pulau Jawa.

"Gis, temenku sudah datang. Ayo, cepat!" Arzen berteriak dari lantai bawah. Menghentikan aktivitas mengecek ulang barang-barang bawaanku.

Segera aku keluar dari kamar bersama dengan satu koper besar dan satu tas carier berwarna merah muda.

Di ruang tamu kudapati ayah, bunda, Arzen, dan sepasang suami-istri muda yang aku tau adalah teman Arzen. Ya, kami tidak hanya melakukan perjalanan berdua, namun berempat.

"Halo, Giska sudah siap!" seruku sambil menuruni tangga.

"Giska, perkenalkan ini Maryam dan Abbas. Temanku."

Segera ku ulurkan tanganku sebagai tanda berjabat tangan dengan Maryam seraya memperkenalkan namaku. Begitupula dengan Abbas aku menangkupkan kedua tangan ketika berkenalan dengan laki-laki itu.

"Ayo, berangkat!" Arzen berseru lantas bangkit dari duduknya. Beralih menyalami bunda dan ayah. Diikuti dengan Maryam dan Abbas begitu juga denganku.

Ada raut kekhawatiran yang dapat kulihat terlukis di wajah bunda ketika aku menyalami tangannya. Ini adalah perjalanan pertamaku apalagi aku akan mendaki sebuah gunung yang tinggi.


"Jaga kesehatanmu!" Bunda mengusap kepalaku. Setelah melepas pelukannya.

"Iya, Bunda," jawabku dengan senyum menyakinkan agar bunda tak dibuat khawatir dengan keadaanku. Aku bisa menjaga diri dengan baik. Lagi pula aku sudah dewasa.

"Arzen pasti jagain Giska, Bun." Ayah merangkul pundak Bunda dari samping.

"Siap, Paman. Bibi Agiswara tidak perlu khawatir." Arzen ikut meyakinkan bunda.

"Assalamualaikum." Kami berempat mengucap salam sebelum akhirnya berjalan menuju mobil yang sudah terparkir di depan rumah. Itu adalah mobil milik Abbas.

"Waalaikumsalam. Hati-hati," jawab ayah dan bunda seraya melambaikan tangannya.

---

Perjalanan telah dimulai. Menyusuri jalanan pagi yang masih sepi pengemudi. Tentu saja, ini masih pukul 05:25 WIB. Sejauh ini belum ada yang memulai pembicaraan. Arzen yang duduk di sebelahku sibuk dengan laptopnya, Abbas sibuk mengemudikan mobil, Maryam asik dengan ponselnya sedangkan aku mulai bosan dengan suasana canggung seperti ini.

"Arzen!" Aku menarik jaketnya. Berusaha mencuri perhatiannya agar mau berbicara setidaknya untuk mengurangi kebosanan sepanjang perjalanan ini.

"Apa?" Sedingin udara pagi ini, sedingin itu pula sikap si kutub ini.

"Ajak aku bicara dong! Aku bosen nih," kataku sambil mengerutkan bibir.

Arzen melirikku sekilas lantas tersenyum tipis. Sangat tipis. Dia memang orang yang menjunjung tinggi pribahasa hemat pangkal kaya. Sampai hal sesederhana senyum saja ia sangat berhemat.

Salam Untuk Arzen [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang