TFH | 2.DIA ITU

243 90 62
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Aku perlu beribu-ribu mengucapkan terimakasih atas setting dari Tuhan untuk bertemu dengan mu."

👣

"Ayya..." rengek Fira dari ruang tamu sembari berjalan menuju dapur dengan langkah kaki yang dihentakkan.

"Yayaaaa..." ulangnya karna tak mendapat jawaban dari sang empu nama.

"Gak usah panggil gue Yaya!" protesnya sambil terus mengaduk coklat panas yang rencananya akan menjadi teman keduanya untuk maraton membaca novel malam ini.

"Ya makanya dijawab kalo dipanggil sekali!" serang Fira balik.

Ayya berdecak, malas melihat orang itu. "Kenapa sih?"

"Fira ajak temen Fira ke sini, ya? Bosan tau kalau dari jam segini sampe pagi kita cuman berdua."

"Siapa emang?"

"Kak Galang," jawab Fira apa adanya.

Ayya menghentikan kegiatannya. Ia berbalik badan dan menatap Fira seakan tak percaya. "Galang?"

Ayya menyebut nama orang itu tanpa embelan kakak. Karna memang Ayya sudah cukup akrab dengan Galang dan Gilang yang juga berteman akrab dengan Ayahnya itu.

Fira mengangguk sangat amat yakin. "Iya, Galang. Temennya si ketua OSIS yang kata orang-orang aneh itu. Yang suka main futsal di lapangan itu. Bukan yang suka main basket lho, ya! Itu Gilang, dia itu nyebelin, males sama dia." membuang muka.

Ayya terkekeh. "Awas, nyebelin itu biasanya bikin kangen. Ntar jatuh hati." menasehati.

Namun Fira malah mengetuk-ngetuk meja seakan itu adalah sebuah bencana dan ia tentu tak akan terima.

"Eh, jadi lo lebih milih si Galang yang playboy itu dari pada si Gilang?"

Fira yang tadi membuang muka sekarang tiba-tiba menatap Ayya seakan tak percaya dengan apa yang dikatakan cewek itu barusan. Atau mungkin Fira belum tau itu. "Seriusan? Emang kak Galang playboy?"

Ayya memutar matanya malas. "Baru tau?"

Terlihat Fira menunduk dengan wajah kecewa.

"Tapi gak apa-apa, ajak aja dia ke sini. Siapa tau kali ini dia serius sama lo, kan?" menghampiri Fira lalu menepuk pundaknya pelan. "Gue gak mau lo patah hati sama hal yang belum tentu benar,"

TRES FLAVORS HUMAN [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang