TFH | 21.TAK AKAN LAGI

74 15 54
                                    

👣

Vyan berjalan gontai menuju kursi yang ada di teras rumahnya. Begitu sampai, ia langsung saja menghempaskan tubuhnya ke kursi kayu itu. Perlahan, dengan sorot mata kosong ke arah depan ia mencoba melepas sepatunya.

Vyan meletakkan tangannya ke jidat dan memijatnya pelan. Ia sudah mencoba mencari mood-nya di luar tadi. Tapi nihil. Ia bahkan tak makan siang. Jika tidak mengingat Mama nya yang sudah bekerja keras untuk biaya kuliahnya, mungkin Vyan akan absen kelas hari ini.

"Vyan," sapa Nava sembari menutup pintu mobil akses ia keluar tadi. "Kamu baru pulang?"

Vyan hanya mengangguk lemah untuk menjawab pertanyaan orang itu. Nava juga membukakan pintu mobil untuk adiknya-Ayu.

"Abang!" panggilnya sambil berlari ke arah Vyan. "Kita akurkan ikan, yuk!"

Tak ada respon dari Vyan hingga anak itu menariknya masuk ke dalam rumah. Vyan tak bergeming, tak juga memprotes. Ia seperti masih terbius dengan sesak di dadanya.

Setelah sampai ke dalam, Ayu langsung membawanya ke dekat lemari hias. Di sana sudah ada dua ikan cupang yang masih berbeda wadah.

"Bang, ayo!" gesak Ayu dengan mengguncang lengan Vyan.

Vyan sedikit terlonjak, sepertinya ia baru sadar dari lamunannya. Seketika perhatiannya terbius pada dua ikan itu. Cukup membangkitkan mood Vyan. Senyumnya pun ikut sedikit mengembang.

Ia segera mengambil dua wadah itu. Dengan hati-hati Vyan mengambil ikan miliknya lalu menceburkan ikan itu ke wadah yang satunya. Ikan orang lain dengan warna hitam keunguan dan ikan miliknya dengan warna putih sedikit tosca. Keduanya berenang kesana kemari seakan senang akan pertemuan itu.

"Wahh, akur sekali mereka," takjub Ayu yang setia berada di sebelah Vyan. Matanya tak lepas memperhatikan dua ikan itu.

"Untung aja dia gak bosan di rumah ini," tambah Ayu girang.

Vyan ikut tersenyum. Ia berjongkok agar tubuhnya bisa sejajar dengan tubuh kecil Ayu. Entah kenapa, rasanya tadi malam ia kehilangan satu momen bersama adiknya itu. Vyan merangkul anak kecil itu dengan hangat.

"Nanti bakal Ayu tunjukkan ke Kak Ayya, dia pasti ikut senang,"

Celetukan Ayu itu tanpa sadar membuat Vyan mengerutkan kening. Seperti ada rasa bersalah dan penyesalan. Vyan yang tadi berjongkok, sekarang tubuhnya terduduk lemas.

"Ayya," lirih Vyan pelan. Tatapan matanya kosong.

Apa yang Vyan lakukan ini? Kenapa ia sejahat ini? Ia meminta Ayya meninggalkannya bahkan tak menemuinya. Berkali-kali Vyan mengumpat dengan menumbuki lantai. Vyan bodoh.

"Gue cuman mau fokus ke Nadhira, supaya dia balik lagi ke gue. Setelah dapat, kita bakal sama-sama lagi."

"Karna gue takut, kalau Nadhira lihat kedekatan kita dia bakal salah paham dan pergi lagi tanpa sempat tergenggam."

"Lebih tepatnya, kali ini gue bener-bener lagi jaga hati. Gak bercanda ataupun bohong seperti yang waktu itu."

"Jadi jangan temui gue, selama gue masih fokus untuk Nadhira, ya?"

TRES FLAVORS HUMAN [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang