TFH | 4.SARANGHAEYO

185 76 57
                                    

"Sesuatu yang sederhana akan berharga jika diberi dari orang yang berharga pula

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sesuatu yang sederhana akan berharga jika diberi dari orang yang berharga pula."

👣

Di kursi koridor Vyan sedang menikmati bekalnya bersama cewek yang hari ini rambutnya terurai dan berponi itu. Terhitung ini adalah hari kelima mereka akrab. Mereka selalu berdua, Vyan selalu mencari Ayya disaat-saat senggang di sekolah. Malam pun ia habiskan berkumpul di rumah Ayya. Jangan bilang Vyan tidak punya akhlak. Mereka hanya mengobrol di kursi teras rumah. Mereka juga tidak hanya berdua, ada Galang dan Fira.

Sesekali Vyan berdiri dan bersorak kemenangan untuk Bima dan Gilang yang berhasil mencetak poin permainan basketnya di lapangan itu. Sementara Galang hanya duduk di pinggir lapangan tanpa perduli permainan basket saudara kembarnya.

Sesekali Gilang milirik tajam pada Vyan yang hari ini tak mau diajaknya bermain futsal. Jadi ia lebih memilih bersiul untuk para siswi-siswi cantik yang lewat. Menurutnya basket tidaklah menarik dari futsal. Si kembar itu memang punya banyak perbedaan. Jenjang pendidikan mereka pun berbeda satu tahun padahal tanggal lahir mereka sama persis. Dan hanya satu persamaan itu yang bisa ditemukan dari keduanya.

Saat permainan selesai pun Vyan kembali mencoba bersorak, tapi Ayya yang menarik orang itu untuk duduk kembali agar tidak memalukan. Semua penonton membubarkan diri. Bima, Gilang, dan Galang perlahan menuju Vyan dan Ayya yang ada di koridor. Dengan terburu-buru Ayya membereskan bekalnya untuk segera pergi.

"Ehh, mau ke mana buru-buru?" tanya Vyan sedikit galak dengan menahan tangan cewek itu.

"Mau pergi,"

Vyan mengerutkan keningnya. "Lo kebelet?"

"Bukan," jawab Ayya sembari mencoba melepaskan genggaman itu.

"Ayya? Kenapa?" tanya Galang.

Ayya menyengir pada ketiga orang yang baru datang itu. Ia sedikit canggung.

"Takut bener sama kita-kita?" tanya Gilang sang kembaran.

"Masa muka-muka begini ada tampang pedofil, Ai? Muka-muka blasteran begini," goda Galang.

"Dihh, blasteran dengkul mu!" cibir Vyan. "Di sini yang blasteran cuman si Bima,"

Ayya mencoba melihat ke arah Bima. Ia akui itu memang benar. Hanya Bima yang wajahnya seperti bule. Bahkan saat dibicarakan orang itu tidak bergeming, wajahnya tetap datar. Bisa ditebak, orang itu sangat dingin. Tapi sudah lah, jangan membahas coolboy itu, ceritanya akan terlalu pasaran.

"Gue keturunan Arab, nyimak." sambung Gilang tenang.

"Yee, Arab Pondok Indah!" menabok sang saudara hingga meringis.

TRES FLAVORS HUMAN [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang