TFH | 35.TRAUMA & KHAYALAN

41 11 1
                                    

👣

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

👣

Ayya baru saja mengganti pakaian olahraga nya kembali menjadi seragam putih abu-abu. Keringat di kening Ayya pun belum kering. Ia mencoba menyapu keringat itu dengan punggung tangan dan merapikan rambutnya.

Ayya segera meletakkan baju itu ke loker miliknya agar bisa segera ke kantin untuk membeli minuman. Tenggorokannya sudah sangat kering. Sesekali tangannya mengibas di bagian leher, cuaca sangat terik.

"Ayya,"

Langkah Ayya terhenti setelah tiga langkah berhasil keluar dari ruangan khusus loker siswa. Ayya melihat ke kanan dan kiri mencari orang yang memanggilnya itu. Tapi ternyata orang itu ada di belakangnya.

"Ehh? Kenapa, Rel?"

"Cuman pengen ngobrol," jawabnya canggung. "Mau ke kantin?"

Ayya hanya mengangguk untuk menjawab pertanyaan itu. Keduanya berjalan beriringan menuju tempat yang sama.

"Ngobrol apa?" tanya Ayya sambil terus melangkah.

"Ayyana,"

Suara Darel tertahan karna panggilan seseorang. Keduanya kompak menoleh ke sumber suara.

"Kak Dino, ada apa?" tanya Ayya pada orang yang menggunakan almamater abu-abu itu.

Ya, tahun ini almamater OSIS Rennus berwarna abu-abu. Meski dengan desain yang sama seperti almamater angkatan Vyan, tetap saja ada yang berbeda. Terutama cara kepemimpinannya. Entahlah, Ayya tak bisa membedakan spesifiknya karna memang Ayya OSIS baru.

"Saya puas dengan proposal kamu. Rapi, Reno juga tidak kesulitan merevisi karna memang sudah bagus." ucapnya memuji Ayya sungguh-sungguh.

"Terimakasih, kak," balas Ayya tersenyum simpul. Ternyata begini rasanya dipuji oleh atasan.

"Kamu kerja sendiri?" tanya Aldino lagi.

Ayya tak langsung menjawab, ia melihat ke arah Darel dulu. Darel ikut melirik. Detik kemudian Ayya menoleh lagi pada orang yang bertanya tadi.

"Iya,"

"Enggak,"

Jawaban berbeda itu keluar bersamaan dari mulut Ayya dan Darel. Setelahnya keduanya saling menoleh. Aldino menatap keduanya bingung.

"Saya kerja sama Darel, kak." jelas Ayya.

"Ayya," sahut Darel bermaksud menghentikan penjelasan itu. Itu penjelasan bohong. Nyatanya Darel tak membantu sedikitpun.

TRES FLAVORS HUMAN [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang