"Tetap di tempat ini, berjanjilah untuk tetap berdiri di sampingku."
👣
Vyan membatalkan semua rencananya. Tentu termasuk rencana untuk mengakhiri masa jomblonya. Ia menunda untuk mengungkapkan semua rasanya.
Vyan sudah memikirkannya matang-matang. Lebih baik ia memendam dari pada harus kehilangan. Bahkan bukan hanya memendam, Vyan berencana akan mencoba menghapus rasanya.
Vyan menemukan Ayya saat ia terpuruk. Ayya yang membuatnya kembali bisa berdiri. Baik itu masalah hati, maupun masalah rumah. Ayya yang tak pernah pergi meski tau kekurangan Vyan. Ayya adalah temannya berjuangnya. Dan jika Ayya pergi, itu adalah mimpi terburuknya.
Ini hari pertama Ayya di kelas sebelas. Karna Vyan ingin menjadi abang yang teladan, ia akan mengantarkan gadis itu ke sekolah. Sekalian ingin melihat-lihat kemajuan tempat itu setelah hampir dua bulan ia tinggalkan. Sebenarnya ia ingin mengantar Ayu juga, tapi gadis kecil itu belum bersekolah tahun ini.
"Hari ini belum ada kelas, Yan?" tanya Mrs Nava sembari berjalan menuju mobilnya.
"Belum, Ma." jawabnya singkat. Ia menghampiri wanita itu lalu mencium punggung tangannya. Kemudian beralih pada Ayu yang berusaha memasang sneakers-nya. Ia berlutut untuk membantu. Setelah berhasil, Vyan tersenyum. Tentu Ayu membalasnya.
"Gak mau di rumah aja sama abang?" tanya Vyan tenang. Entah sudah berapa kali ia menanyakan itu. Namun lagi-lagi Ayu menggeleng.
"Ayu sudah betah di sana, Yan. Semua mainannya yang bagus juga di sana. Kalau di rumah, dia mau main apa." jelas Mrs Nava.
"Oke, jangan nakal!" pesan Vyan sembari mengelus puncak kepala anak berumur empat tahun itu.
"Ayu tidak pernah nakal." jawab Ayu cepat namun dengan polosnya.
Vyan terkekeh, juga sang Mama. "Oke, oke, Ayu tidak pernah nakal. Ayu selalu nurut." pujinya.
Mrs Nava tersenyum melihat dua anaknya itu. Ia membuka pintu mobil dan bersiap untuk masuk. "Ayu,"
Anak itu langsung bangkit dari duduknya. Ia meraih punggung tangan Vyan dan menciumnya.
"Cepat pulang, ya," pesan Vyan sekali lagi.
Vyan memperhatikan dua orang itu sampai mereka benar-benar pergi. Kemudian ia melirik motor Vespa berwarna merah yang sudah terparkir di halaman itu. Vyan baru saja selesai mengelapnya hingga kinclong. Ia bangun pagi sekali hari ini hanya untuk bersiap mengantar Ayya ke sekolah. Dan sekarang ia siap meluncur.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRES FLAVORS HUMAN [Selesai]
Teen FictionHighrank 1 in #brotherzone 26/04/20 FOLLOW SEBELUM MEMBACA. KARNA SEBAGIAN CHAPTER TELAH DI PRIVATE. JANGAN SIMPULKAN CERITA INI HANYA DARI 1 CHAPTER PERTAMA! JADILAH PEMBACA YANG TUNTAS MEMBACA. JIKA MASIH RAGU, BISA LANGSUNG BACA CHAPTER 21. Vyan...