TFH | 16.JANGAN SENTUH ABU-ABU

78 26 27
                                    

Juicy Luicy-Tanpa Tergesa

👣

"Mungkin kau dapat perannya,"

"Tapi hanya sebagai bayang-bayangnya saja,"

"Jangan minta jatuh cinta, luka lama ku juga belum reda,"

Suara melengking nan merdu milik Vyan mengayun begitu saja. Suara itu merasuk dengan petikan senar ukulele yang Ayya mainkan.

Ya, semenjak libur Ayya gigih untuk belajar bermain ukulele. Juga gitar. Alhasil hampir dua bulan terus berlatih, sekarang Ayya sudah mulai menguasainya. Satu Minggu sekali guru kunci senar private-nya itu datang ke rumah.

Tak sia-sia ia berguru pada Vyan. Lihatlah hasilnya, ia sudah bisa mengiri nyanyian Vyan.

"Beri dulu aku waktu untuk sembuh sendirinya."

"Jangan minta jatuh cinta, sakit sebelumnya masih kurasa,"

"Beri waktu, hingga aku mampu lupakan semua."

Petikan Ayya berakhir. Ayya menghembuskan nafas dengan senyum puas. Di satu sisi Ayya senang akan kemampuannya. Di satu sisi lain ia meresapi makna lagu itu. Sepertinya sangat pas dengan situasi Ayya sekarang yang takut untuk jatuh cinta lagi.

Memang selama satu tahun terakhir, tepatnya semenjak ia dan Vyan dekat sebagai Adik dan Abang yang sampai sekarang mereka sudah seperti saudara kandung, Ayya tak pernah jatuh hati pada siapapun.

Bahkan Ayya tak mau berteman terlalu dekat dengan cowok lain selain Vyan. Ia menutup hatinya rapat-rapat. Karna itu juga semua orang menganggapnya tidak move on dari Darel. Padahal Ayya hanya tak mau dilukai lagi.

"Turut bahagia," ucapnya lembut sembari mengacak pelan puncak kepala Ayya. Tak lupa Vyan memberi senyum terhangat miliknya.

Senyuman itu menular pada Ayya. Gadis itu juga ikut tersenyum. Tapi dengan keraguan. Ada sedikit debaran di dadanya. Ayya merasa sedikit gugup mendapati perlakuan Vyan tadi. Tak seperti biasanya, ada yang berbeda kali ini.

Vyan kembali pada posisinya yang semula. Ia meraih gitar yang ada di sebelah kirinya dan memetik senarnya.

"Seperti mati lampu ya sayang, seperti mati lampu..."

"Cintaku tanpamu ya sayang, bagai malam tiada berlalu,"

Ayya memutar matanya malas. Bisa-bisanya Vyan menyukai dangdut.

"Eh, es krim kamu tadi udah dimasukkin ke kulkas, kan?" tanya Vyan setelah menghentikan nyanyiannya.

Ayya melirik meja dapur. "Udah," jawabnya ragu-ragu.

"Beneran udah? Ntar cair kan gak bisa dimakan lagi. Jarang-jarang kan abang beliin kamu es krim kotak begitu."

Tadi Ayya diberi hadiah dalam rangka penghargaan sebagai murid kunci senarnya yang teladan. Hadiahnya es krim tiga rasa yang di kotak rapi. Tentu saja Ayya senang tujuh keliling.

"Udah, abang." jawab Ayya dengan malas.

Vyan bawel! Cibir Ayya dalam hati sembari menatap sinis pada orang itu. Vyan kembali melanjutkan nyanyiannya.

Di sini lagi Ayya hari ini. Di rumah Vyan lagi. Ia belum pulang ke rumah, padahal orang tuanya sudah datang. Nava meminta Ayya untuk tidak pulang subuh hari. Wanita itu meminta Mama Ayya untuk tidak menjemput anaknya. Nava sudah mencucikan seragam sekolah Ayya saat malam. Jadi tadi pagi Ayya bisa berangkat sekolah dari rumah ini.

TRES FLAVORS HUMAN [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang