TFH | 20.TAKUT DAN JATUH

63 15 17
                                    

👣

Ayya duduk seperti biasa di kursi teras rumahnya untuk menunggu Darel. Mereka tak akan kemana-mana, hanya bertemu dan menyelesaikan sesuatu. Ayya tau betul apa yang hendak diselesaikan. Itulah kenapa sekarang Ayya sedang berusaha menahan air matanya.

Tak lama, orang itu datang dengan motornya. Setelah berhasil memarkirkannya di halaman, ia langsung saja mendekat pada Ayya.

Pertahanan air mata Ayya meluncur. Sudah hampir satu bulan Darel tidak datang, dan sekarang ia datang untuk perpisahan.

"Jangan nangis," ucapnya menenangkan sembari duduk di sebelah Ayya. "Lo tau kan gue gak suka liat lo nangis?"

"Kalau gak suka lihat aku nangis, kenapa kamu harus pergi?" lirih Ayya sesenggukan.

"Gue udah gak bisa sama lo lagi," ujarnya to the point. Ia menatap Ayya yang bahkan tak bisa mengangkat kapalanya seakan air mata yang turun sangat berat.

Tak ada suara dari Ayya. Bersusah payah ia menghentikan tangisnya, tapi tak bisa. Hatinya terlalu sakit untuk mendengar kalimat itu. Ditambah kata ganti yang digunakan Darel tak lagi lembut dan ramah.

Jujur saja sebenarnya ia malu jika harus menangis di depan cowok. Ayya jelek, menangis seperti ini pasti tambah jelek.

Beberapa saat hening. Tak ada penjelasan lebih lanjut dari Darel. Mungkin ia menunggu pendapat dari Ayya yang masih sibuk menghentikan tangisnya. Atau masih memikirkan sesuatu yang lainnya.

"Kenapa gak bisa? Karna yang kemarin? Itu salah paham, percaya sama aku." lirih Ayya menjelaskan sambil menggoncang lengan orang itu.

"Aku masih sayang kamu, jangan pergi," mohon Ayya dengan tulus. "Aku janji, habis ini aku gak bakal punya teman cowok selain kamu. Kontak mereka juga bakal aku blok semua, bakal aku unfollow semua."

"Gak perlu Ayya. Percuma!" sangkalnya cepat dengan nada yang cukup tinggi membuat Ayya sedikit tersentak.

"Percuma kenapa? Kita bisa perbaiki semuanya selagi perasaan masih sama."

"Berhenti nyakitin hati kita masing-masing. Dan menurut gue ini cara terbaiknya."

"Kamu udah gak sayang aku lagi?" tanya Ayya serius.

Darel terdiam. Ia menatap bola mata sendu milik Ayya. "Gue sayang."

Tak ada reaksi dari Ayya. Ia hanya bisa menarik nafas.

"Tapi justru karna itu semua ini harus diakhiri. Gue terlalu sayang sama lo sampai akhirnya ngekang lo. Dan itu bikin lo tersiksa. Lo terlalu sayang sama gue sampai lo atur semua yang ada di hidup gue dan akhirnya gue gak bisa bebas capai apa yang gue mau. Itu bikin gue tersiksa." jelas Darel dengan lantang.

"Jadi dengan akhiri semuanya, gue hapus rasa gue, lo juga hapus rasa lo. Gue pikir, semua bakal kembali baik-baik aja."

Ayya tercengang dengan penjelasan itu. Ia menggeleng tak menyangka betapa nyelenehnya jawaban dari Darel. "Gak begitu caranya, Darel! Kalau kamu gak suka aku atur, bilang ke aku. Biar aku berhenti. Tapi kalau aku, aku suka kamu kekang. Itu artinya kamu sayang sama aku. Dan bukan begini caranya,"

TRES FLAVORS HUMAN [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang