I love you so much You Will know it (Indonesia version)
👣
Ayya terus menekan papan keyboard laptopnya. Merangkai huruf menjadi kata. Merangkai kata menjadi kalimat. Merangkai kisah dari awal sampai akhir. Kisah brotherzone antara dirinya dan orang yang tengah bermain futsal di lapangan itu.
Sesekali Ayya memperhatikan orang itu dengan pandangan teduh dan damai. Seperti Vyan yang berjanji tak mau bernyanyi untuk siapapun selain Ayya, Ayya juga hanya akan menyaksikan permainan futsal Vyan, tak orang lain.
Tak juga menemani latihan futsal orang lain lagi. Tapi Ayya tak mau mengatakan itu pada Vyan. Kalau Vyan tau, pasti orang itu akan melarangnya seperti Ayya melarang janji Vyan itu.
Tulisan Ayya sudah sampai di halaman dua ratus delapan puluh delapan. Satu part lagi memasuki epilog. Ayya lega bisa menyiapkan teks cerita itu jauh hari sebelum deadline pencetakan.
"Gimana? Kapan siap diserahkan?" tanya Vyan menghampiri Ayya ke pinggir lapangan sambil menggiring pelan bola futsalnya dengan kaki.
"Lusa," jawab Ayya mengangkat senyum gembiranya. "Tapi malam ini sudah selesai,"
"Kamu hebat!" apresiasi Vyan merapikan dua poni Ayya dan mengubahnya jadi sedikit ke samping. Ayya membalasnya dengan senyuman yang semakin lebar.
Kadang Vyan gemas melihat poni yang sudah sering menusuk mata Ayya itu. Kalau kebiasaan gemas Vyan dulu adalah menghancurkan rambut Ayya, sekarang ia lebih suka merapikan poni orang itu. Mencabut alis Ayya juga sudah jarang Vyan lakukan. Tak lucu kan kalau nanti alis calon masa depannya ini jadi botak.
Sudah sejak dua bulan lalu Ayya memulai menulis sebuah tulisan dalam file berjudul 'Vyan Ayya' itu. Tak lupa ada emoji hati diujungnya. Tulisan yang merupakan rangkaian cerita mereka dari awal sampai hari ini.
Tulisan yang akan dicetak menjadi novel itu memang belum punya judul. Nava yang akan membuatkan judulnya. Ayya bebas menulis apa saja sesuai dengan cerita yang mereka alami. Tapi untuk judul, Nava sudah menyiapkannya sebagai surprise. Nava akan berusaha menyesuaikan judul dengan isi ceritanya.
"Terimakasih atas ceritanya yang seru," ucap Ayya hangat pada Vyan yang duduk di sampingnya.
"Iya," balasnya juga hangat. "Vyan siap jadi bumbu seru untuk semua kisah yang ada di hidup Ayya."
Seketika Ayya memudarkan senyumnya berganti dengan wajah datar. Manusia sombong ini tak pernah insaf.
"Tapi tanpa Mama Nava, cerita ini gak mungkin terbit. Tetap aja terimakasih yang paling besar itu ke Mama Nava." tambah Ayya tak mau Vyan semakin sombong. Padahal yang dikatakan Vyan itu tidaklah kebohongan.
"Iya, aku emang gak pernah hebat di mata kamu itu," sahutnya malas. Ayya tak pernah sekalipun mengakui segala kehebatan Vyan.
"Nanti launching mau undang siapa aja?" tanya Vyan mengganti topik.
"Mm," gumam Ayya mempertimbangkan dengan melihat ke langit. "Rencananya Ayya mau undang Nadhira sama Darel."
"Hah? Buat apa?" tanya Vyan tak santai. Ia juga membuang wajah cemberutnya dari Ayya.
"Ih, jangan marah dulu," bujuk Ayya sedikit terkekeh lucu melihat wajah cemberut orang itu.
"Vyan gak suka sama Darel!" ungkapnya to the point dengan nada kesal.
"Jangan cemburu dulu. Ayya mau undang mereka karna tanpa mereka juga cerita kita ini kayaknya gak bakal seru." jelas Ayya menenangkan.
"Kan konflik di antara kita itu ada karna mereka berdua." tambah Ayya masih berusaha menenangkan Vyan walaupun dengan menahan tawa.
"Enggak! Pokoknya Vyan gak mau!" ambek Vyan, persis seperti anak kecil.
"Dasar cemburuan!" cibir Ayya tak berhenti terkekeh.
"Biarin!" sahut Vyan masih saja jutek membuat Ayya semakin gemas.
Tak ada panggilan sayang di antara keduanya. Dari awal bertemu panggilan lo-gue, sudah akrab panggilan seperti saudara, kemudian aku-kamu, dan sekarang memanggil nama masing-masing saja. Tak enak kalau terlalu romantis, yang ada jadi canggung.
Ayya menyukai setiap bagian dari cerita yang ia tulis. Entah itu ada sedih dan harunya. Ayya menikmati kolaborasi kerja antara otak dan ingatannya. Menulis cerita itu seperti mengulang semua perjalanan.
Untuk sekarang, selama dua bulan lebih ini, Vyan tak pernah lagi memberi luka untuk Ayya. Ayya harap untuk hari-hari ke depannya juga begitu. Semoga semua semakin manis dan tak pernah surut.
Terbukti, umur bukan penentu hati tak akan jatuh. Semua hanya berdasarkan waktu kapan hati sampai dan berlabuh.
👣
Luv♥
Navyano Sunami Tarrahka
Ayyana Jennera Ger-Rien
Arrisa
Bima
Hafirra
Steffi
Gilang
GalangIg: @its.nannnda
KAMU SEDANG MEMBACA
TRES FLAVORS HUMAN [Selesai]
Ficção AdolescenteHighrank 1 in #brotherzone 26/04/20 FOLLOW SEBELUM MEMBACA. KARNA SEBAGIAN CHAPTER TELAH DI PRIVATE. JANGAN SIMPULKAN CERITA INI HANYA DARI 1 CHAPTER PERTAMA! JADILAH PEMBACA YANG TUNTAS MEMBACA. JIKA MASIH RAGU, BISA LANGSUNG BACA CHAPTER 21. Vyan...