KTA'S 48 - Titip Rindu

361 55 28
                                    

Ig : @Anantapio26_

Kedua bola mata gadis cantik berjilbab merah langsung tertuju ke arah jendela saat ada sebuah mobil dan motor berhenti di depan pelataran rumahnya. Ia mengernyit dalam dan tidak mengerti siapa yang datang.

"Yang datang siapa, Nak?" tanya seorang wanita paruh baya dari dalam dan berjalan menghampiri anak gadisnya.

"Nggak tau, Umi," sahut Humaira tidak ingin ambil pusing. Ia lantas berjalan keluar dan berdiri di teras rumahnya. Senyumnya mengembang saat kedua netranya menangkap senyuman Nanta. Namun, ia harus kembali mengernyit saat melihat seseorang yang begitu asing di ingatannya ada di samping Nanta dan ikut berjalan mendekat.

"Assalamu'alaikum," sapa Nanta pada dua wanita bertudung di hadapannya.

"Wa'alaikumsalam," balas mereka berdua nyaris bersamaan.

"Nanta, apa kabar? Sudah lama Umi tidak melihat kamu," sambut Umi dengan pertanyaannya.

"Alhamdulillah baik, Umi. Iya, belakangan ini saya sibuk kuliah," jawab Nanta sembari membungkukkan sedikit badannya. "Lalu bagaimana dengan Umi? Sehat?"

"Alhamdulillah, Umi sehat. Seperti yang kamu lihat," balas Umi dengan antusias lalu matanya tertuju pada Andrew yang berada di samping Nanta.

"Perkenalkan, Umi. Beliau Pak Andrew. Beliau mau bertemu dengan Bapak," jelas Nanta memperkenalkan Andrew pada Umi Ima di depannya.

"Oh iya, silakan masuk dulu biar Umi panggilkan Bapak," ujar Umi Ima mempersilakan.

Andrew dan Nanta saling melempar pandang. Nanta paham, Andrew sedang menaruh rindunya kuat-kuat agar tidak membeludak begitu saja. Lalu tatapan Nanta beralih pada Humaira yang kemudian menundukkan kepalanya dan memberi isyarat mempersilakan diri tamunya untuk masuk.

Langkah Humaira berlalu masuk ke dalam bersamaan dengan Pak Subagio yang muncul untuk menemui tamunya.

Nanta bangkit untuk menyalami Pak Subagio lalu disusul dengan Andrew.

"Sebelumnya saya mau minta maaf sudah mengganggu waktu Pak Bagio," ujar Nanta mengawali pembicaraan.

"Ah, iya. Tidak apa-apa. Kebetulan saya hanya sedang bersantai dengan anak dan istri."

"Kalau begitu perkenalkan nama beliau Pak Andrew."

Nanta menjelaskan semua yang sudah dijelaskan Andrew kepadanya. Berkas-berkas yang Andrew bawa dan menyangkut Humaira, ia tunjukkan pada Pak Subagio sebagai penjelasan maksud kedatangannya. Raut Pak Subagio pun jauh berbeda dari sebelumnya, ada kecamuk emosi yang begitu kentara di wajahnya.

"Humaira memang anak angkat saya. Di usia Humaira yang ketiga tahun, ibunya meninggal dan ibunya itu adalah sepupu jauh saya. Lalu saya pun berniat untuk mengangkat Humaira sebagai anak saya. Apalagi sudah bertahun-tahun pernikahan kami belum juga bisa memiliki keturunan," kata Pak Subagio mengisahkan yang sebenarnya.

"Apa saya bisa bertemu dengannya? Saya sungguh merindukannya," tanya Andrew penuh harap.

Pak Subagio kemudian meminta Umi Ima untuk memanggil anak kesayangannya. Meski dengan berat hati, mungkin ini sudah saatnya Tuhan mencukupkan dirinya untuk merawat Humaira.

Gadis itu muncul dari balik pintu yang terhalang gorden, lalu melangkah mendekat dengan perasaannya yang ragu. Ia sudah mendengarkan semuanya. Matanya yang terlihat sayu karena sempat menangis pun sudah jelas menggambarkan kesedihan yang menyayat hatinya. Ia tidak pernah menyangka jika semuanya akan seperti ini. Terlebih kedua orang tuanya tidak pernah membahas hal ini.

Kisah Tentang Ananta'S (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang