KTA'S 49 - Rindu Berhak Temu

548 65 24
                                    

Ig : @Anantapio26_

"Udah. Kasih aja abis itu langsung pergi," celetuk Tedy memberi solusi terambyarnya.

Nanta malah mendesah panjang sambil terus memandangi kotak kado yang Humaira titipkan untuk Laisa. Tangannya meraba kado itu dan hendak membukanya. Namun, pekikan Tedy yang tiba-tiba menusuk telinganya membuat Nanta harus mengurungkan niatnya.

"Ya, nggak usah kepo juga sama isinya, Bambang!"

Nanta mendesis kesal. Tangannya bergerak menyingkirkan kotak kado itu. Ia nyaris saja melemparkannya pada Tedy.

"Lo masih berhak ketemu sama Laisa, Nan," ujar Tedy sambil menikmati es lilin yang dibelinya di warung depan.

"Gue udah nggak ada hak apa pun."

Tangan Tedy seketika melayangkan buku yang ada di depannya tepat di wajah Nanta. "Lo kangen, kan? Kalo kangen, ya temuin dia. Lo masih berhak atas itu!"

"Asu," rutuk Nanta pelan. Ia tidak terima dengan perlakuan Tedy.

Tedy menoleh. "Asu itu aku suka kamuuu," ujarnya kemudian sambil memanyunkan bibirnya.

Tanpa segan Nanta pun melayangkan papan ujiannya ke wajah Tedy sebagai bentuk balasan hingga sahabatnya itu meringis kesakitan. "Nggak usah alay," cecarnya sambil membenahi posisi duduk. Tangannya mendekap kedua lututnya yang tertekuk.

Tedy berdecak melihat sahabatnya yang satu ini. "Nah kan, ujung-ujungnya galau, lo," decaknya sebal.

Nanta mendesis sebal. "Lagian gue punya hak apa?"

"Lo punya hak atas ini." Tedy menunjuk dadanya.

"Ini apa?"

"Ya isi hati lo, Bambang!"

Nanta mendesah dengan panjang lagi. "Dia kan udah jadi milik orang lain?"

"Tapi hati dia tetep milik lo."

"Nggak yakin, gue." Nanta menatap Tedy dengan ragu.

Tedy berdecak. Ia gemas sendiri dengan sosok manusia kuno di depannya ini. "Gue yang tau sendiri waktu dia nangis malem-malem di pinggir kafe. Gue pikir kuntilanak. Eh, ternyata ibunya kunti."

"Dia ... nangis ke-kenapa?"

Tedy menarik napasnya panjang. "Kangen sama Bapaknya."

"Oh," komentar Nanta datar.

Hal itu membuat Tedy langsung menatapnya geram. "Dia kangen sama lo, Bambang! Nggak peka banget lo jadi cowok."

Nanta malah tertawa menunjukkan deretan gigi susulnya. Pesona manis sebagai lelaki pun terpancar. "Kalo gitu gue boleh nemuin dia sekarang?"

"Jangan. Pas kiamat aja. Ya sekarang, lah!"

"Hehe." Nanta beringsut dari duduknya. Ia segera meraih jaket yang tersampir di kapstok lalu memasukkan kotak kado yang Humaira titipkan ke dalam tas dan melesat pergi bersama kendaraan roda duanya.

Di tempatnya Tedy hanya bisa geleng-geleng kepala. Rupanya Nanta tidak sesantuy yang pernah ia kira.

***

Sudah pukul setengah lima sore. Melalui personal chat Nanta meminta kerjasamanya dengan Tedy untuk menanyakan di mana posisi Laisa sekarang.

Tedy : Dia di gedung R. Ruang 17, lantai 4.

Nanta : Sendiri?

Tedy : Bentar. Gue tanya lagi.

Kisah Tentang Ananta'S (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang