3

3.6K 381 38
                                    

KLAPPPP... KLAP

KLAP... KLAP... KLAPPP

KLAAAAPPPP

"BIBI TAPASHAAAAA!!" Jeritan itu membuat yang terpanggil beregegas menuju sumber suara. Sambil menyortkan cahaya senter miliknya wanita paruh baya itu berjalan tergopoh ke sumber suara. Di depan sana telihat siluet seorang laki-laki berdiri di lorong sambil menggendong anak kecil.

"Ada apa Tuan?" Bibi Sa bertanya terengah.

"Ada apa, ada apa! Apa ini kurang jelas ada lampu padam!" Laki-laki itu memarahi Sa.

"Ao. Maaf Tuan, sepertinya ada masalah dengan saluran listrik kita. Sa sudah meminta Choi memeriksanya," ujar Bibi sa.

"Sial! Kenapa lampu selalu padam tidak jelas  saat P Mew tidak ada di rumah?" Gulf bergumam gusar.

"Papa Nanny, Sean mengantuk," rengek Sean yang terlihat kelelahan digendongan Gulf.

"Segera bereskan masalah ini!" Titah Gulf kemudian berlalu memasuki kamar Sean untuk menemani Sean tidur.

Sa menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.


Tiba di kamar milik Sean, Gulf membaringkan Sean di tempat tidur dan Gulf berbarig di dekatnya. Gulf mengusap pucuk kepala Sean sebagai cara ampuh membuat Sean terjaga.

"Papa Nanny jangan pindah dari sini ya tidurnya. Tidur disini saja. Daddy kan sedang pergi."

"Sean tidur saja atau Papa buang Sean ke ladang gandum," ancam Gulf lalu menarik tubuh mungil Sean ke dalam pelukannya. Sean masih beruntung tidak ada buah dada imitasi sekeras batu kali dibalik pajama merah satin yang Gulf kenakan. Jika Gulf masih berbuah dada bisa saja kepala Sean sudah gagar otak sekarang.

"Papa Sean tidak bisa nafas papa!!" Protes Sean yang suaranya tenggelam.

"Oh iya," kekeh Gulf lalu melonggarkan pelukannya pada Sean.

Setelah sekian menit menemani Sean tidur dan sempat ikut tertidur akhirnya Gulf memilih untuk kembali ke kamar miliknya. Lampu di rumah itu juga sudah menyala, tidak ada yang perlu Gulf khawatirkan. Setidaknya Gulf tidak masalah tidur sendiri di kamarnya jika lampu menyala. Malam ini suaminya masih berada di provinsi Surat Thani bersama Hiter jadi dia akan tidur sendiri hingga dua hari ke depan.

Setibanya di kamar utama Gulf berjalan gontai ke arah toilet di kamarnya untuk membersihkan diri sebelum kembali tidur. Dengan wajah malas Gulf melihat pantulan dirinya pada kaca besar di westafle. Tangan Gulf terulur memutar kran air kemudian membasuh wajahnya.

KLAP... KLAP

KLLLLLAAAAPPPP

Fuck

Gulf mengumpat tanpa suara. Toilet itu kini gelap sepenuhnya. Hanya ada cahaya lampu dari sela-sela pembatas ruangan yang masuk.

Mata Gulf bergerak tidak tenang. Jujur saja ini sudah ke sekian kali Gulf mengalami kejadian aneh semacam ini namun Gulf selalu gagal melawan takut. Biasanya Gulf lebih memilih pinsan agar tidak perlu menghadapi hal mengerikan tapi setelah mempertimbangkan banyak hal akhirnya Gulf memilih untuk tidak pura-pura pinsan malam ini. Gulf fikir akan sangat tidak elegan jika dia pinsan di toilet. Kan?

Gulf berbalik badan, mencoba berani menggulirkan bola matanya dan melihat ke sekitar. Tidak ada siapapun kecuali dirinya dan bayangan di kaca besar. Ya, Gulf hanya sendiri, terlihat sendiri.

Meskipun sebenarnya...

"...P Ann..."

"...Nong Gulf!"

ᴏᴜʀ sᴇᴀɴsʜɪɴᴇ (ᴘʀᴇǫᴜᴇʟ ʙᴏᴏᴋ ᴘᴀᴘᴀ)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang