Sean menatap bingung pada Gulf yang terus menerawang ke depan dengan pandangan yang kosong. Sebelum mereka berdua pergi ke loteng sore itu, Gulf dan Sean tanpa sengaja mendengar perbincangan Nenek dengan Daddy. Wajah Gulf seketika berubah sedih sejak saat itu.
Flashback
"Mew, apa kamu yakin Ann bisa menerima ini? Maksud Ibu, bagaiman jika Ann cemburu pada miliknya yang akan dimiliki orang lain? Dan Ann datang untuk mengganggu mu sampai membuat orang yang mendekatimu nyaris celaka seperti yang sudah-sudah?"
"Saat Ibu meminta Mew menikah dengan Fai Ibu tidak mengkhawatirkan hal ini," datar Mew. Dia nampaknya tidak menyukai topik obrolannya dengan sang Ibu.
"Yah, Fai dan Ann adalah teman baik sejak mereka sekolah. Ibu fikir Ann pun akan senang dengan itu."
"Ann memang pencemburu tapi Mew lebih tahu bagaimana Ann, Bu. Ann akan bahagia untuk Sean dan Mew, apapun yang kami berdua pilih."
"Ah, ya. Benar. Gulf bisa mengatasi Sean yang nakal. Itu pasti mudah untuknya mengatasi hantu, hehe. Maafkan ibu berfikir berlebihan," Nyonya Jong setengah tertawa, berusaha mencairkan suasana.
Mew ikut tertawa, "Ibu, apa itu pujian untuk putraku dan Gulf?"
Flashback end
Keduanya saat ini tengah melihat langit senja berwarna keemasan. Seperti yang sudah-sudah, Sean selalu merasa nyaman berada di dalam bak cucian dengan posisi setengah berbaring seperti bayi dimandikan sementara Gulf duduk di bangku kayu di samping Sean. Berulang kali Gulf membuang nafas kasar membuat Sean berulang kali pula memalingkan wajah pada Gulf, heran.
"Papa Nanny terus membuang nafas, seperti Kakek Jong," komentar Sean.
Gulf yang duduk bertompang dagu melihat pada Sean sekilas, tanpa minat, "Benarkah? Lalu dimana Kakek sekarang?"
"Ke surga kata Daddy," jawab Sean polos.
"Ckk. Setan kecil ini, apa kamu menyumpahiku untuk mati?" Kesal Gulf.
"Kan sean cerita," balas Sean memberengut.
Sekali lagi Gulf menghela nafas kasar, "Sean.." panggil Gulf dengan suara lebih normal.
"Uhm?" Sahut Sean.
Gulf diam sejenak mengatur nafasnya lalu membuang tatapannya ke langit lagi. Membiarkan netranya mengabadikan saat-saat matahari tenggelam membuat langit berangsur temaram. Sesungguhnya diam Gulf karena hatinya gelisah. Gulf masih ingat perbincangan Nyonya Jong dengan Mew tadi. Bagaimana jika benar Ann tidak ingin Mew dimiliki orang lain? Dan bagaimana jika benar seperti kata banyak orang Ann akan mengganggu siapapun yang dekat dengan Mew dan Sean? Bagaimana?
"Maksud Ibu, bagaiman jika Ann cemburu pada miliknya yang akan dimiliki orang lain?"
Nafas Gulf selalu terasa berat seolah ada sesuatu mengganggu jalan nafasnya dirongga dada saat teringat Nyonya Jong mengatakan hal itu.
Cerita Mew dan Ann memang melegenda. Orang-orang tahu, besarnya cinta Mew pada Ann. Mereka pun tahu besarnya cinta Ann pada Mew dan Sean. Mereka percaya Ann masih ada di rumah itu untuk menemani Mew dan Sean. Dan janga lupa, Ann ada disana untuk membuat orang-orang yang dekat dengan Mew ketakutan. Begitu yang mereka kisahkan.
Apakah Gulf harus bersaing dengan hantu? Yang benar saja!
"Papa Nanny!" Gulf terlonjak setelah sekian detik tenggelam dalam fikirannya sendiri. "Papa Nanny tadi tanya apa? Kenapa malah diam? Seperti model video clip saja!" Komentar Sean bosan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴏᴜʀ sᴇᴀɴsʜɪɴᴇ (ᴘʀᴇǫᴜᴇʟ ʙᴏᴏᴋ ᴘᴀᴘᴀ)
FanfictionSebelum Gulf jatuh cinta pada Mew, Sean adalah orang yang pertama kali membuat Gulf jatuh cinta. Gulf akan melakukan apapun untuk Sean, si kecil pemilik senyuman secerah mentari. Untuk Sean, Gulf tidak akan menyerah pada apapun. Termasuk pada hantu...