11

3.2K 354 47
                                    

Silahkan play mulmednya :">
__________________



     






                  Sepasang kaki jenjang Gulf yang terus berayun menapaki lorong rumah sakit semakin layu, tubuhnya hampir roboh saat sepasang matanya yang sudah mengabur melihat Hiter berdiri di depan ruang gawat darurat. Langkah Gulf melambat, seluruh tubuhnya terasa lemas.

"P Ter, mana Sean ku?" Tanya Gulf pelan.

Hiter yang tertunduk bersilang tangan persis di depan pintu ruang gawat darurat lalu memalingkan wajah.

"Gulf, maafkan aku..." ujar Hiter dengan suara bergetar.

"Kenapa P ter?"

"Ter, ada apa? Bagaimana Mew, Sean dan Top?" Tanya Nyonya Jong.

"Maafkan Ter, Ibu Jong. Ter sebagai wali Mew dan Sean menandatangani surat operasi Sean."

"Se- Sean? Operasi??" Gulf terpaku.

"Karena benturan yang cukup keras limpa Sean mengalami luka, Sean harus segera dioperasi. Sebenarnya semua harus dioperasi. Top patah tulang kaki dan Mew mengalami peradangan. Tapi, Sean adalah yang terparah."

Tubuh Gulf roboh lalu berlutut. "Sean..." gulf tertegun.

"Ya Tuhan," Nyonya Han pun tak bisa lagi menahan air matanya. "Cucuku..."  Tuan Pat yang berdiri di samping Nyonya Han segera merangkul bahu istrinya sementara Nyonya Jong merangkul Gulf yang terduduk.

"P Ann..." geram Gulf dengan wajah yang saat ini merah sempurna menahan marah.

Enam jam Gulf menunggu Sean yang masih berada di dalam ruang operasi sambil menangis. Gulf menunggu dengan perasaannya yang remuk. Gulf merasa separuh dari hidupnya hilang. Hati Gulf sangat hancur terbayang di dalam ruang oprasi itu si kecil berbaring di atas meja yang dingin lalu pisau bedah menyayat perut kecil Sean. Gulf rasanya ingin mati saja setiap kali ia terbayang keadaan Sean atau kalau bisa Gulf ingun menggantikan Sean berbaring di atas meja oprasi, jangan Seannya.

Bibir bagian bawah milik Gulf sudah terluka dan berdarah. Berulang kali Gulf menggigit bibirnya, coba lampiaskan rasa perih yang merongrong kalbunya. Sesak dan nyilu di waktu yang sama.

GREKK

Pintu ruang oprasi terbuka. Beberapa Dokter berpakaian hijau berjalan di lorong menghampiri Nyonya Jong.

"Oprasi berjalan baik. Kita hanya perlu menunggu pasien sadar dari biusnya. Kami akan memindahkan pasien ke ruang pasien, Nyonya," ujar Dokter itu.

"Ah, syukurlah," ucap Nyonya Jong lega.

"Syukurlah, Sean," gumam Nyonya Han.

Air mata Gulf kembali jatuh. "Dokter, berikan kamar yang sama dengan P Mew untuk Sean," ujar Gulf.

"Baik, Tuan. Perawat sudah menyiapkan kamarnya," jawab Dokter itu.

🌻

Hari sudah berganti, Sean sudah terbaring selama dua belas jam di atas brankar namun sampai sekarang Sean belum bangun. Dokter dan perawat berkata jika Mew dan Sean masih berada di bawah pengaruh obat bius. Gulf terus duduk di atas kursi miliknya. Dia duduk diantara brankar Mew di sisi kanan dan brankar Sean di sisi kiri. Gulf bahkan sudah tidak bisa menangis lagi. Air matanya sudah tumpah sejak semalam. Yang bisa Gulf lakukan hanya duduk diam, tatapannya kosong menerawang, dan bibirnya terus terkatup.

ᴏᴜʀ sᴇᴀɴsʜɪɴᴇ (ᴘʀᴇǫᴜᴇʟ ʙᴏᴏᴋ ᴘᴀᴘᴀ)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang