12 [ FIN ]

4.4K 391 75
                                    

Flashback

"Selamat pagi Nong Gupi!!" Seru Ann renyah saat melihat Gulf baru saja keluar dari kamar miliknya.

Gulf tidak merespon sama sekali, dia tetap berjalan dengan memasang ekspresi yang kesal. "Ayo Sean kita segera berangkat. Kita hampir terlambat, Sean!!" Ujar Gulf gaduh. Gulf mempercepat langkahnya, ia setengah berlari saat menuruni anak tangga.

"Nong Gupi, jangan berlari!!" Ann memperingatkan.

"Ayo Sean," ajak Gulf sambil menggandeng tangan kanan Sean untuk pergi. "Daddy nya Sean itu sangat menjengkelkan tahu?! Kenapa dia harus mengajak Papa berdebat sepagi ini?! Astaga, membuat kita hampir terlambat saja!" Omel Gulf.

"Hey, Seannya Mommy! Selamat pagi!!" Seru Ann mencoba menarik perhatian Sean.

Sama seperti Gulf, Sean tidak bereaksi apapun. Tatapan Sean hanya terus tertuju pada Gulf yang terus marah-marah sambil berjalan pergi.

"Sa sa, aku melihat Mama dan anak-anak angkatnya bermain di semak-semak. Lihat lah apa yang merek lakukan. Ya ampun, mereka membuatku pusing saja," ujar Gulf berpesan pada Sa yang sudah bersiap di teras membawakan tas milik Sean.

"Baik Tuan, Sa akan melihatnya," jawab Sa.

"Terimakasih Bibi sa," ucap Sean saat Sa membantu Sean duduk di bangku penumpang.

"Bye, Sean. Belajar dengan baik na? Supaya menjadi orang sukses seperti Daddy," ujar Bibi Sa.

"Seperti Papa!" Ralat Sean.

Sa nyengir, "Benar, seperti Daddy dan Papa hehe."

Sa menutup pintu mobil lalu mobil yang dikemudi oleh Gulf itu mulai melaju pergi.

Ann melayang mengejar mobil putih itu lalu dia kembali lagi dengan wajah yang murung. Ann tidak tahu kenapa dia tidak bisa menempel pada Gulf lagi. Terakhir dia berada di dalam tubuh Gulf kemarin siang lalu semalam hingga sekarang Ann tidak bisa melakukannya lagi. Dan lebih buruknya Gulf dan Sean tidak bisa mendengar suaranya lagi.

"Apa yang sebenarnya terjadi??" Ann bertanya sendiri sambil melihat kedua telapak tangannya. Daun-daun yang gugur dari pohon dan jatuh tepat di tangan Ann menembus telapak tangan transparan itu lalu jatuh ke tanah.

Ann tertunduk sedih. Harusnya dia tahu, sekeras apapun Ann mencoba pada akhirnya dia menjadi pihak yang akan terluka. Bagaimanapun dia dan Mew memiliki dunia yang sudah berbeda.

Malam harinya apa yang terjadi pada Ann masih sama. Dia tetap tidak bisa membuat Gulf dan Sean mendengarnya. Ann datang pada Sean, ingin memberi Sean tanda untuk menunjukkan jika Ann sedang bersama Sean sekarang. Namun alih-laih bisa melakukannya. Ann kini diam tertegun saat Sean menangis di kamarnya. Hati Ann sangat sakit melihat si kecilnya menangis, menahan takut.

"Mommy, Sean sudah membaca surat Mommy. Mommy berkata akan datang pada orang yang jahat pada Sean dan Daddy. Mommy, hiks... meskipun Papa menjewer telinga Sean dan tidak memeluk Sean saat tidur tapi Papa tidak jahat, Mommy. Sean yang nakal jadi harus di hukum. Papa Nanny tidak jahat Mommy. Mommy harus percaya pada Sean? Na Mommy, na? Jangan berteman dengan Papa lagi. Mommy bisa berteman dengan Sean. Mommy bisa membawa Sean kemanapun kalau Mommy ingin memiliki teman. Na, Mommy, na??" Ujar Sean smabil Sean menangis.

"Tidak Sean... Mommy tahu itu..." Ann ikut menghiba. "Mommy tahu cinta Sean untuk Mommy selalu sama. Tidak ada yang menggantikan Mommy kan?"

"Ao? Kenapa Sean menangis? Papa akan memarahi Sean kalau Sean menangis. Sean okay, Mommy. Hehehe."

Tangis Ann ikut pecah. Perlahan Ann melayang menghampiri Sean. Ann memeluk Sean bersamaan dengan tirai kamar Sean yang bergerak tersapu angin dan lembut mengenai tubuh mungil Sean.

ᴏᴜʀ sᴇᴀɴsʜɪɴᴇ (ᴘʀᴇǫᴜᴇʟ ʙᴏᴏᴋ ᴘᴀᴘᴀ)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang