4

3.7K 380 90
                                    

Gulf POV

"Papa Nanny... hiks... Papa Nanny," suara rengekan itu sukses membuatku kembali ke alam sadar. Aku membuka sepasang mataku dan bisa aku lihat Sean duduk sambil menangis di dekatku berbaring. P Mew duduk pada pinggiran tempat tidur dengan kedua tangannya menggenggam tangan kiriku erat. Lalu para maid juga berkumpul di kamar ku.

Aku mencoba beranjak namun sial kepalaku sungguh terasa sakit membuatku menyeringai saat merasa ada sesuatu menggelinding lalu membentur apapun di dalam kepalaku.

"Kenapa semua orang disini?" Aku bertanya linglung. Sebenarnya apa yang para maid lakukan di kamarku? Lalu kenapa setan kecil ini menangis?

"Sayang, kita harus ke rumah sakit. Gulf terlalu sering pinsan sekarang," ujar P Mew dengan raut khawatirnya.

Terlalu sering pinsan katanya? Memang kapan saja aku pinsan??

Aku mencoba merangkai kejadian demi kejadian yang masih random di dalam otak ku, belum tersusun, sangat sulit dimengerti. Namun sepertinya aku terlalu banyak menonton film horor sehingga membuatku berhalusinasi P Ann mengintipku sedang mandi dengan kepalanya yang mendadak menjulur dari balik bilik ruang ganti. Dan parahnya lagi aku bermimpi P Ann berbicara padaku. Lalu meminta menjadi temanku.

Aku menggeleng untuk mengusir fikiran-fikiran tidak masuk akal di dalam otak ku. Kepalaku bisa bertambah sakit jika memikirkan hal tidak jelas itu.

"Nong Gupiiii!!" Suara riang gembira seperti anak taman kanak-kanak bertamasya itu membuatku memalingkan wajah pada sumber suara. Aku tidak bisa melihatnya tapi aku bisa mendengar suara itu berasal dari arah atas almari pakaian. Jika dibayangkan mungkin saat ini P Ann sedang duduk di atas almari sambil memainkan kakinya berayun-ayun seperti kuntilanak santai di dahan pohon jambu.

Fuck!

Jadi aku tidak mimpi??
Jadi itu benar aku bisa mendengar suara roh?
Jadi itu benar aku bisa berbicara dengan roh?
Budha, apa dosaku di masa silam kenapa hidupku sangat ekstrim sampai harus berteman dengan hantu?

"P Mew jangan lepas!" Aku menahan tangan P Mew yang hampir melepaskan genggamamnya dariku.

Aku kini ingat perjanjian yang aku buat dengan P Ann di toilet semalam. P Ann mengatakan selama P Mew dan aku saling menyentuh maka P Ann tidak bisa masuk ke dalam tubuhku.

"Nong Gulf, kamu curang!" P Ann protes dengan suara yang terdengar nyaring kemudian suara itu menjauh. "Nong Gulf, currraaaannngggg..." suara itu semakin jauh lalu hilang.

Aku menghela nafas lega setelah aku yakin jika P Ann sudah pergi. Aku tidak bisa melihat bagaimana P Ann pergi tapi otakku membayangkan P Ann tersedot oleh pusaran mesin waktu doraemon. Syukurlah hantu itu pergi.

Aku melihat ke segala penjuru ruang besar itu, memasang telingaku baik-baik memastikan hantu itu sudah pergi.

"Papa Nanny, hiks," Sean masih menangis dan memelukku. Kepalanya bersandar pada dadaku sementara sepasang tangan mungilnya memeluk ku erat.

"Sean, Papa kan sudah bilang jangan cengeng," ujarku sambil mengelus punggung Sean lembut.

"Sean fikir Papa mati huhu," isak Sean. Huh? Bagaimana? Jadi aku harus sedih atau senang? Sebenarnya dia khawatir padaku atau mendokan aku mati?!

"Sean!" P Mew protes sementara Sa cekikikan di belakang P Mew. Oh nenek nenek itu pasti berkata amin dalam hati sekarang.

"P Mew, bisakah meminta Mama Han untuk kemari?" Aku bertanya memelas. Aku benar-benar butuh Mama untuk saat ini. Mama harus tahu apa yang terjadi padaku. Tentang keanehan yang ada padaku, tentang hantu dan tentang perjanjian ku dengan hantu P Ann.

ᴏᴜʀ sᴇᴀɴsʜɪɴᴇ (ᴘʀᴇǫᴜᴇʟ ʙᴏᴏᴋ ᴘᴀᴘᴀ)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang