10

3.2K 369 74
                                    

           GREKKK

Terdengar suara pintu kamar Sean tertutup setelah Gulf pergi meninggalakan kamar itu. Sean segera membuka matanya karena sejak tadi ia hanya pura-pura tidur. Sean beranjak bangun lalu merangkak turun dari ranjangnya. Si kecil itu melongok ke bagian kolong ranjang lalu meraih sebuah tas yang tersembunyi di sana. Sean tersenyum saat berhasil meraih tas berwarna biru terang itu.

Sean kembali naik ke atas ranjang lalu membuka resleting tasnya. Tas itu cukup berat karena Sean menyembunyikan beberapa mainan miliknya di sana. Akhirnya Sean mendapatkan apa yang ia cari. Sebuah mainan berbentuk kotak warna kuning terang yang ketika dibuka terdapat matahari kecil tersenyum yang kemudian berputar dengan iringan lagu. Suara pada kotak musik itu adalah suara Ann, Mommy Sean.

Sean lalu kembali merangkak ke pinggiran ranjang, membuka tirai kamarnya dan meletakkan mainan itu di bibir jendela kamar. Setelahnya Sean duduk tepat di depan jendela sambil matanya menerawang ke arah langit. Itu yang selalu sean lakukan saat dia menunggu Ann untuk bercerita tentang harinya.

You are my sunshine,
My only sunshine
You make me happy
When skies are grey

You never know dear
How much i love you
Please dont take my sunshine away

"Mommy Mommy, kenapa Mommy sudah tidak pernah datang pada Sean? Apakah berteman dengan Papa lebih menyenangkan daripada Sean, Mommy?" Sean bertanya sambil kepalanya terus menengadah melihat ke langit.

Tidak ada suara lain yang Sean dengar selain suara kotak musik di dekatnya.

Sean mencembikkan bibirnya. "Kenapa tidak berteman dengan Sean lagi, Mommy? Mommy bosan? Atau karena Sean nakal?"

Angin malam berhembus membuat tirai di kamar Sean bergerak menyapu wajah Sean dengan lembut.

"Mommy, kenapa tidak bicara pada Sean lagi, Mommy?" Sean masih bertanya sendiri, menuntut.

Tapi tetap saja, tidak ada yang bisa Sean dengar selain suara kotak musik di sisinya dan suara angin.

"Begini saja, Sean ingin mengatakan sesuatu pada Mommy. Mommy, Sean love Mommy. Bahkan Sean sangat love Mommy. Jadi mari berteman lagi Mommy. Euh... jangan berteman dengan... Papa Nanny lagi.." suara Sean melambat. "Mommy... Mommy membuat Papa Nanny takut dan menangis. Ish, Mommy.. Papa Nanny tidak boleh menangis. Papa selalu melarang Sean menangis." Air mata Sean jatuh.

Sean menyeka air bening yang meleleh di pipinya dengan tangan mungil miliknya. "Mommy, Sean sudah membaca surat Mommy. Mommy berkata akan datang pada orang yang jahat pada Sean dan Daddy. Mommy, hiks... meskipun Papa menjewer telinga Sean dan tidak memeluk Sean saat tidur tapi Papa tidak jahat, Mommy. Sean yang nakal jadi harus di hukum. Papa Nanny tidak jahat Mommy. Mommy harus percaya pada Sean? Na Mommy, na? Jangan berteman dengan Papa lagi. Mommy bisa berteman dengan Sean. Mommy bisa membawa Sean kemanapun kalau Mommy ingin memiliki teman. Na, Mommy, na??" Ujar Sean parau.

"Ao? Kenapa Sean menangis? Papa akan memarahi Sean kalau Sean menangis. Sean okay, Mommy. Hehehe."



🌻



Pagi yang sangat cerah, secerah senyum yang menghiasi bibir Sean pagi ini. Nyonya Jong dan Bibi Sa sudah mempersiapkan sarapan pagi untuk semua orang di rumah itu sementara Nyonya Han masih dengan pakaian tidur berjalan lesu menuruni anak tangga sambil meregangkan badannya.

"Selamat pagi semuanya!" Sapa Nyonya Han.

Gulf memutar bola matanya malas melihat kelakuan sang Mama. Benar-benar tidak bisa menjaga citra baiknya di depan mertua Gulf.

ᴏᴜʀ sᴇᴀɴsʜɪɴᴇ (ᴘʀᴇǫᴜᴇʟ ʙᴏᴏᴋ ᴘᴀᴘᴀ)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang