Nyonya Jong sedang merapikan bunga lilium di rumah kaca saat Gulf datang. Sa berkata pada Gulf jika Nyonya Jong sudah menunggunya. Gulf menghampiri Nyonya Jong yang belum mengetahui Gulf yang sudah tiba.
"Sawadee krub, Ibu," Gulf memberi wai.
Nyonya Jong menoleh, senyum simpulnya menghiasi wajah. "Sawadee, Gulf," jawab Nyonya Jong. "Gulf, dimana Mama Gulf?"
"Mama pergi ke kuil, Bu. Ah ya, ini teh untuk Ibu," ujar Gulf sambil menaruh teh yang sudah Sa buat. "Ini Gulf yang buat hehe."
"Wah, terimakasih Gulf," Nyonya Jong melepas kaos tangannya lalu menerima secangkir teh yang sudah Gulf bawa. Alis Nyonya Jong terangkat sesaat meneguk teh yang Gulf bawa, "Hmm, Gulf sudah tahu ya takaran gula untuk Ibu?"
"Ao, tentu saja," jawab Gulf jumawa.
Nyonya Jong menaruh teh di atas meja lalu melanjutkan kegiatannya merapikan tanaman. "Siapa yang merawat tanaman ini Gulf? Daunnya sudah kering, sebaiknya setiap daun kering segera dibuang kemudian disiram air supaya tumbuh daun yang baru."
"Choi yang merawatnya, Bu."
"Ao? Choi? Ibu yakin Ann akan memarahi Choi kalau Ann tahu tanamannya layu," kesal Nyonya Jong.
Ya ya ya. Ann menantu Nyonya Jong yang dibanggakan. Gulf memutar bola mata malas.
Sadar Gulf mendadak jadi diam Nyonya Jong segera menoleh. "Euh, Gulf..."
"Ibu, apakah P Ann benar-benar selalu datang mengganggu orang yang berusaha mendekati P Mew?"
Raut wajah Nyonya Jong berubah gusar. Nyonya Jong menggigit bibir bagian bawahnya dengan dahi mengernyit.
"Itu benar, Bu?" Gulf bertanya lagi.
Nyonya Jong berjalan ke arah kursi lalu duduk di salah satu kursi. Tangan kanan Nyonya Jong bergerak, ditepuknya ruang kosong di sampingnya untuk memberi isyarat Gulf agar ikut duduk. Gulf pun berjalan mendekat lalu duduk di sisi Nyonya Jong.
"Apa yang sudah Gulf dengar?" Tanya Nyonya Jong hati-hati.
"Tidak ada."
"Lalu kenapa Gulf bertanya tentang Ann?"
"Hanya ingin tahu. Err... Gulf..."
"Merasa diganggu Ann??" Potong Nyonya Jong.
Gulf akhirnya mengangguk, sepasang matanya mendadak sayu.
"Gulf, bolehkah Ibu mengatakan sesuatu?"
"Uhm," Gulf mengangguk.
Nyonya Jong meraih tangan Gulf untuk digenggamnya. Pandangan Nyonya Jong menerawang lurus ke arah depan, seperti dia sedang coba mengingat sesuatu. "Gulf, saat Mew mengatakan pada Ibu untuk menikah dengan laki-laki Ibu sangat terkejut. Gulf tahu? Ibu dan Mew bertengkar hebat karena hal itu. Ibu fikir itu hal yang tidak masuk akal. Ada banyak ketakutan yang ibu fikirkan."
Gulf tertunduk, layu. Nyonya Jong mengeratkan genggamannya pada tangan Gulf seolah meminta Gulf lebih besar hati membiarkan Nyonya Jong lanjut cerita. "Awalnya Ibu sangat menentang. Ibu tidak peduli dengan perasaan orang dewasa seperti kalian. Maksud Ibu, kalian bisa menyelesaikannya sendiri. Tapi saat Mew berkata ini semua tentang Sean maka seketika benteng yang Ibu bangun runtuh. Karena Sean sangat mencintai Gulf. Ibu melihatnya, mata Sean yang berkilau setiap bersama Gulf. Senyum Sean yang cerah saat bersama Gulf. Yah, saat bersama Gulf Ibu melihat Sean yang memiliki senyum secerah matahari itu kembali. Senyum yang pernah hilang saat Ann pergi dari Sean."
Gulf tersenyum haru. Lagi, hati Gulf selalu bergetar setiap kali berbicara tentang Sean. Gulf pun tidak mengerti. Si setan kecil itu sangat bisa mengaduk-aduk perasaan Gulf.
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴏᴜʀ sᴇᴀɴsʜɪɴᴇ (ᴘʀᴇǫᴜᴇʟ ʙᴏᴏᴋ ᴘᴀᴘᴀ)
FanfictionSebelum Gulf jatuh cinta pada Mew, Sean adalah orang yang pertama kali membuat Gulf jatuh cinta. Gulf akan melakukan apapun untuk Sean, si kecil pemilik senyuman secerah mentari. Untuk Sean, Gulf tidak akan menyerah pada apapun. Termasuk pada hantu...