Prolog

9.2K 525 100
                                    

"My feelings to you is a journey, starting at forever and ending at never"







Mew POV

Hidup itu seperti sebuah buku. Kamu akan bercerita banyak hal disana, menuliskan setiap bab dengan cerita yang berbeda. Dan saat ini aku memulai bab yang baru lagi. Setelah sebelumnya aku melalui sebuah bab yang hanya berisi kegelisahan karena kehilangan maka kini aku tiba pada sebuah bab yang akan menceritakan kebahagiaan. Aku berharap demikian.

Di awalnya, bukan hal mudah bagiku berkompromi dengan hati untuk apa yang menjadi pilihanku sekarang. Bukan tidak normal, aku tahu hati tidak bisa memilih pada siapa dia akan jatuh. Akan sakit jika terus membunuh rasa yang tumbuh itu, lalu aku membiarkannya bersemi. Lalu, aku yakin bahagiaku berada di genggamannya. Lalu, hatiku semakin yakin saat dia selalu ada dalam suka dan sedihku.

Dia... Gulf. Gulf Kanawut. Pendamping hidupku sampai kami kelak menua.

Tiga bulan yang lalu Gulf melamarku, errr bagaimana aku menceritakan ini. Ckk. Tapi... ah dengarkan saja ceritaku dan jangan berkomentar apapun.

Hari itu aku pergi ke rumah Nyonya Han. Dan kedatanganku saat itu bukan sebagai relasi bisnis, bukan pula mengantar putranya yang kabur dari rumah, aku datang untuk sesuatu yang amat sangat penting.

Sore itu aku bersama Ibu dan para pegawai setiaku bertandang ke kediaman Nyonya Han untuk meminta putranya tinggal dan hidup bersamaku.

Jantungku seperti meloncat-loncat tidak menentu saat aku memijakkan kaki di rumah itu. Rumah yang sejuk dan dingin namun aku tetap saja merasa gerah dan berkeringat. Ya Tuhan, aku sangat gugup sore itu. Namun, Sean malaikat kecilku memastikan semuanya akan berjalan baik, aku percaya pada malaikat kecilku itu, membuatku juga merasa lebih tenang.

Sekian menit duduk di ruang khusus tamu kehormatan Tuan Kanawut aku merasa seperti duduk di kursi pesakitan. Kenapa waktu terasa begitu lama? Dan dimana Gulf? Dia belum terlihat sejak aku tiba. Sekali lagi Sean mengusap tanganku dengam tangan mungilnya membuatku tersenyum.

"Gulf, dari mana saja kamu!" Suara Nyonya Han membuatku kembali ke alam sadar setelah sekian detik tenggelam dalam duniaku sendiri.

"Gulf baru saja membeli ini!" Jawab Gulf dengan nafas terengah. Aku melihat Gulf yang masih berpakaian biasa menunjukkan sebuah kotak bludru warna merah.

"Gulf, Nyonya dan Tuan Suppasit sudah menunggumu," Nyonya Han nampak kesal pada Gulf

"Aoh. Maafkan Gulf membuat semua menunggu. Tapi bukankah melamar harus menggunakan cincin?" Gulf dengan tatapan bingungnya tertuju padaku. "Jadi Gulf membeli cincin untuk melamar P Mew."

Pada detik itu juga Ibu nyaris menyemburkan minumannya beruntung Ibu dengan segera mendapatkan tissue.

Dan saat itu juga Gulf... huh Gulf melamarku. Memintaku menjadi seseorang yang mendampinginya. Bicaranya sangat manis membuatku melayang.

"Khrap. P Mew yakin bersedia menemani Gulf dalam sedih dan senang. Dalam suka dan duka. Dalam bahagia dan kecewa. Dalam segala kondisi, P Mea akan selalu ada disisi Gulf," jawabku setelah Gulf selesai dengan kalimatnya. Gulf terperangah, wajahnya memerah lalu detik seanjutnya Gulf jatuh pinsan. Astaga. Apakah Gulf tidak makan seharian ini?

Aku dengan cemas menunggui Gulf yang tergolek di atas tempat tidur di kamarnya. Gulf akhirnya bangun setelah enam jam pinsan lalu mendekapku.

"Terimakasih P Mew! Terimakasih sudah memilih Gulf!" Gulf berkata dengan suara yang sangat senang sambil memeluk ku. Hatiku tersentuh. Aku merasa bahagia jika rasa ingin bersama yang dia miliki sama besar denganku. Aku membalas pelukannya dan mencium pucuk kepalanya. "Terimakasih sudah bersedia menjadi uke untuk Gulf P Mew!"

Bagaimana? Apa yang Gulf katakan?

Ah maaf, seharusnya aku tidak perlu terkejut karena begtiulah Gulf. Dia belum juga menyerah dengan usahanya menjadi yang dominan diantara kami berdua.

Bahkan sampai sekarang. Sampai pada saat ini aku harus mengakuinya sebagai suamiku. Sebagai seme (katanya.)

Ya, karena menurutnya dia adalah seorang suami. Suami multitalenta katanya. Suami yang mengurus uang belanja Bibi Sa, suami yang menjadi co Chef untuk Bibi Karn, suami yang senang mencuci pakaian saat sedang kesal padaku karena aku lembur, suami yang mengepel lantai bersama Choi saat lantai rumah kotor karena Sean mengotori rumah, dan jangan lupakan dia seorang suami yang selalu mengalah di ranjang untuk suaminya. Meskipun diawalnya dia memiliki seribu satu muslihat untuk menjadikannya dominan namun tetap saja pada akhirnya dia kalah.

Setiap hari dia membuatku semakin jatuh cinta padanya. Dan tidak akan ada satu alasan pun yang membuatku menyesalinya.

"Selamat pagi Sean, selamat pagi P Mew! Jangan lupa berterimakasih pada budha untuk hari baru ini!" Suara penuh semangat itu membuatku selalu jatuh cinta padanya.

"Terimakasih budha," aku dan Sean mengcuap bersamaan sambil menangkupkan tangan.

"Terimakasih Papa," ucap Sean lalu mencium Gulf dipipinya sebagai hadiah karena Gulf membuatkan bekal dengan bentuk yang lucu.

"Terimakasih sayang. I love you," ucapku kemudian ikut mencium Gulf. Jika Sean berterimakasih untuk bekal yang dibuat oleh Gulf maka aku berterimakasih pada Gulf untuk segala hal yang dia buat menjadi lebih indah sejak dia disisiku.

Aku melihat wajah Gulf bersemu merah lalu tertunduk malu. Manisnya.

Mew POV end

***

Gulf POV

P Mew pernah berkata padaku. Hidup itu seperti sebuah buku dimana semua bab kehidupan ada disana. Dan aku setuju dengan itu.
Itu sangat benar jika kehidupan itu seperti sebuah buku.

Saat aku kehabisan uang untuk pergi bersama ultraseme aku jadi teringat buku tabungan. Hey, aku memiliki Bapak gula yang bisa memberi suntikan dana pada buku tabunganku kapanpun.

Saat aku berkumpul bersama ultraseme aku jadi teringat dengan buku dongeng putri tidur dan kurcaci, iya mereka kurcacinya.

Saat aku pening dengan ulah Sean yang ajaib dan nakal membuatku naik darah aku jadi teringat buku matematika. Sumpah ya, setan kecil itu.

Saat aku berurusan dengan Karn aku jadi ingat buku tabloid twka teki silang dengan bonus resep masakan di dalamnya.

Saat aku menjemur pakaian bersama Chery sambil membicarakan artis ibu kota yang kawin cerai aku menjadi teringat buku surat kabar langgananku.

Saat aku ribut dengan Sa aku jadi ingat buku sejarah dimana disana diceritakan dahsyatnya perang dunia.

Sungguh hidup ini adalah sebuah buku.

Dan diantara semua buku tahukan kalian buku apa yang paling aku sukai?

Uhm, biar aku beri tahu. saat ini aku menyukai buku nikah milik ku dengan P Mew. Ciee pengen.

Cukup.

Ya aku sudah menikah dengan P Mew. Tiga bulan lalu aku melamar P Mew. Tekadku untuk menjaga P Mew sudah bulat. Aku tahu banyak hati yang patah karena keputusanku ini tapi bagaimanapun aku sudah merebut keperjakaan P Mew jadi aku harus bertanggung jawab padanya. Untuk kalian yang bisa menerima keputusanku dengan suka rela dan lapang dada aku yakin kalian akan menemukan penggantiku, tapi jangan harap dia lebih tampan dariku.

Dan untuk saat ini aku sangat bahagia dengan apa yang aku miliki. P Mew dan Sean adalah segalanya untukku. Tidak akan ada yang bisa merebut bahagiaku. Aku pastikan tidak ada yang bisa melakukannya padaku.







Kecuali satu orang. Ah maaf, maksudku satu hantu.



KLAP


KLAP

KLAP


"...P Ann...?"

"...Nong Gulf, mari berteman hehe..."

***

See ya
❤❤❤

ᴏᴜʀ sᴇᴀɴsʜɪɴᴇ (ᴘʀᴇǫᴜᴇʟ ʙᴏᴏᴋ ᴘᴀᴘᴀ)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang