Sepasang mata oval Gulf memicing mengawasi sekitar kediaman Mew Suppasit pagi ini. Dari balkon kamar itu Gulf bisa melihat seluruh bagian depan area rumah. Hmm, pantas saja pada jaman dahulu kala Pak Suppasit suka sekali diam-diam mengamati Gulf dari sana. Tapi tunggu, pagi ini Gulf berdiri disana bukan untuk mencari suaminya yang mungkin saja berkeliaran di bawah sana, bukan. Gulf penasaran, sejak semalam hingga sekarang dia belum mendengar suara hantu Ann ataupun mendapatkan sinyal jika hantu Ann ada di sekitarnya. Mungkinkah itu artinya jimat dari Nyonya Han sudah bekerja? Bagus sekali. Akhirnya Gulf terbebas dari hantu yang rusuh itu.
Namun hal lain menarik perhatian Gulf pagi ini dan itu terlihat aneh. Nyonya Han dan ketiga brondongnya pergi ke arah semak-semak taman. Gulf yang melihatnya hanya bisa menggeleng frustasi.
Yang benar saja?! Apakah Bu Han benar-benar tidak sabar ingin segera dibelai?! Dan kenapa mereka harus melakukannya di semak-semak, hey!
"Ckk, Mama ini benar-benar! Apakah aku harus merekam Mama dan mengirimkan videonya pada Papa? Tapi, aku tidak ingin Papa sakit jantung dan mati terlalu cepat atau Mama akan berpesta karena Papa jantungan. Astaga," rutuk Gulf kesal. Gulf kembali mengantongi ponselnya dan mengurungkan niatnya mengambil gambar Nyonya Han bersama ultraseme pergi ke semak-semak.
"Sayang, waktunya mengantar Sean," ujar Mew yang entah sejak kapan berdiri di balkon kamar bersama Gulf.
Gulf terlonjak. "Ah iya, P benar. Gulf harus mengantar Sean."
Gulf segera berbalik dan siap pergi menemui Sean yang pasti sudah menunggunya di bawah.
"Tunggu, Gulf," panggil Mew sambil menahan pergelangan tangan kiri Gulf.
"Khrub, P?" Gulf memalingkan wajahnya, memberi Mew perhatian penuh.
Mew menggigit bibir bagian bawahnya, sorot matanya tersirat gusar, "Begini, meskipun P tidak bisa sebanyak dan sesering Sean mengucapkan cinta pada Gulf tapi Gulf harus tahu, P selalu... yah, P selalu mencintai Gulf. Tidak pernah tidak. Euh, Gulf... tahu kan?"
Gulf mengembangkan senyumannya, "Uhm. Tentu saja," jawab Gulf.
Mew menghela nafas lega, ia ikut tersenyum, "Jadi Gulf jangan pernah bertanya apakah P masih mencintai Gulf tidak. ...Seperti kemarin."
Dahi Gulf mengernyit. Seperti kemarin?
Apa Mew saat ini membicarakan Gulf saat Ann sedang menguasainya?
"Hehe. P Mew, jangan terlalu difikirkan. P tahu kan ucapan Gulf selalu tidak masuk akal saat mengantuk hehe."
"Ah ya, benar. Gulf sangat mengantuk saat itu. Bahkan Gulf tertidur setelahnya hehe."
Gulf semakin menyengir. "P tahu kan Gulf baru bisa tidur setelah menceritakan dongeng pada Sean. Ckk, benar-benar merepotkan anak P Mew itu."
"Hey, Gulf! Sean anakmu juga, tahu?!"
Gulf memasang wajah horor dengan sepasang alis yang nyaris bertaut, "Hoi, P Mew jangan berteriak pada Gulf seperti Bu Han!!"
"Gulf, Gulf yang memulainya!!"
"Tapi P Mew teriak!!"
"Gulf mulai lebih dulu!!"
"Ckk, P mew ini benar-benar ya!!"
"Cukup. Sean akan terlambat," suara lain menginterupsi.
Nyonya Jong berdiri di dalam kamar itu sambil bersilang tangan melihat kelakuan anak dan menantunya.
"Ao? Ibu? Hehe, baiklah Gulf akan pergi sekolah bersama Sean. Ao. Maksud Gulf mengantar sekolah Sean hehe," cengir Gulf sambil berjalan pergi.
Nyonya Jong menggelengkan kepalanya tanpa arti. Sepasang mata elangnya masih memicing menatap pada Mew galak.
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴏᴜʀ sᴇᴀɴsʜɪɴᴇ (ᴘʀᴇǫᴜᴇʟ ʙᴏᴏᴋ ᴘᴀᴘᴀ)
FanfictionSebelum Gulf jatuh cinta pada Mew, Sean adalah orang yang pertama kali membuat Gulf jatuh cinta. Gulf akan melakukan apapun untuk Sean, si kecil pemilik senyuman secerah mentari. Untuk Sean, Gulf tidak akan menyerah pada apapun. Termasuk pada hantu...