Chapter 4

176 67 18
                                    

Lo itu baik tapi gue nggak tau kenapa bisa benci sama lo,
Yang selalu ada buat gue

-Anindia-

🍁🍁🍁

Setelah Anin selesai membersihkan dirinya.
Dia memakai jaket Angga, itu karena terpaksa, sebenarnya Anin sangat alergi kalau menyangkut apapun tentang Angga.
Anin berjalan menuju ke kelas, karena bel sudah berdering dari beberapa menit yang lalu.

Ditengah perjalanannya menuju ke kelas, Anin berpapasan dengan Angga.
Anin tak melirik sedikit pun pada Angga.
Dia hanya menatap lurus tanpa kesadaran.

"Lo nggak papa kan ?" tanya Angga dengan cemas,
Anin tak menerima jawaban dari Angga, dia hanya terus meneruskan jalannya, tanpa menoleh sedikit pun pada Angga.

Angga yang tak mendapat respon pun melanjutkan jalannya menuju kelasnya yang berlawanan arah dengan kelas Anin.

Setelah Angga berjalan sudah terlalu jauh dan hampir tak terlihat, Anin menoleh kebelakang,

'Lo itu baik tapi gue kok benci banget ya sama lo, gue juga nggak tau kenapa, mungkin karna gue risih aja, selalu ada lo dimana-mana,' gumam Anin

Lalu Anin melanjutkan melangkahkan kakinya menuju kelas dan untungnya ini adalah jamkos, tapi walaupun jamkos Anin tetap memilih untuk berada di dalam kelas.

Anin duduk di bangkunya, sedangkan Tania sedang membaca buku novelnya, sampai-sampai tak sadar akan keberadaan Anin disampingnya.

"Oy baca mulu lo," ucap Anin sambil menepuk bahu Tania, yang membuat Tania kaget.

"Lo sering banget ngagetin gue, eh tunggu-tunggu, lo kok pake jaket, kenapa?" tanya Tania dengan raut yang penasaran.

Sebelum Anin menjawab pertanyaan dari Tania, Anin menarik nafasnya panjang dan menghembuskannya perlahan.

"Di siram ... " ucapnya lemah dan singkat.

"Sama siapa? fix ini mah pasti Dito,"tebak Tania, "kurang ajar emang, tunggu aja gue bales lo," geram Tania yang sudah mengepalkan tangannya.

"Nggak usah Tan, gue nggak papa kok," sahut Anin memohon dan berusaha menahan emosi Tania.

"Lo kok diem aja sih, harga diri lo di injek-injek sedangkan lo diem aja! gimana dia mau ngehargain lo!" tegas Tania yang sudah berapi-api.

"Lo kok gitu sih, lo harus nya semangatin gue dong, biar gue dapetin Dito ... hiks ... kalian itu sama aja ... hiks ... nggak tau perasaan gue ... hiks ... " isak Anin dan langsung berlari keluar kelas.

"Eh nin ... Anin, gue nggak maksud gitu," sergah Tania sedikit berteriak.

Sedangkan Anin sudah berlari keluar kelas.
Dan Anin tak tahu harus pergi kemana, dia terus berlari dan berlari, hingga akhirnya ...

Bruk

Anin ternyata menabrak orang, dia terjatuh dilantai.

"Lo nggak papa?," tanya Angga sambil mengulurkan tangannya untuk membantu Anin berdiri.
Ya ... yang Anin tabrak adalah Angga.
Anin malah berdiri tanpa mengidahkan uluran tangan Angga.

Setelah Anin berdiri lalu melanjutkan larinya.
Tadi Angga tak sengaja melihat Anin yang sedang menangis, dia tak tau apa yang terjadi.
Angga khawatir dan mengikuti arah jalan Anin dari belakang.
Dan ternyata Anin menuju ke rooftop sekolah, Angga masih mengikutinya, dia hanya diam menatap Anin yang sedang terisak, menuggu keadaan menjadi lebih baik, barulah dia menghampiri Anin.

Argh

Teriak Anin frustasi, Anin mulai menjambak rambutnya, keadaan malah menjadi lebih buruk, dan Angga harus dapat menenangkannya.

"Kalo ada masalah cerita aja, mana tau bisa ngurangin beban lo," ucap Angga yang semakin mendekat.

"Gue nggak butuh itu!!" teriak Anin yang masih terisak.

Angga cuma bisa diam dan menyender di tembok dibelakang tubuhnya. Menunggu Anin mau menceritakan masalahnya.

"Kenapa gue bisa cinta sama orang yang ngebenci diri gue! Kenapa! Kenapa!!" teriak Anin lagi disertai tangisan yang semakin menderai.

"Gue nggak bisa ngilangin rasa cinta gue ke dia, dan mereka-mereka itu nggak tau rasanya gimana, selalu disakiti dan dibenci, tapi gue tetep cinta!!" Anin mengeluarkan unek-uneknya yang membuat dirinya menderita.

"Gue juga ngalamin," sahut Angga yang beranjak dari tempatnya dan mendekati Anin.

"Gue juga cinta sama orang yang benci gue, rasanya? Nggak usah ditanya, campur aduk jadi satu, dia juga nggak bisa nerima keberadaan gue, gue juga tetep cinta walaupun dia benci gue, dan yang buat gue menderita, cuma satu ... " gantung Angga yang memegang penggangan besi.

"Apa itu?" tanya Anin yang isakannya sudah mereda.

"Orang yang gue cintai tersakiti," tutur Angga dengan nada tegas tapi terdengar lembut.

"Lo suka sama siapa?," tanya Anin yang menatap Angga.

Anin kira hanya dia yang merasakannya tapi ternyata ada orang lain yang senasip dengannya.

"Lo nggak perlu tau," Angga menatap Anin lekat-lekat yang di tatap malah liat depan.

Orang yang gue cinta itu lo, Anin, batin Angga.

"It's ok, itu privasi lo," Anin hanya mengedikkan bahu, dan dia masih tak merasa jika ditatap oleh Angga.

Keadaan sudah sedikit membaik, isakan Anin sudah mulai mereda. Dan emosinya sepertinya sudah menurun.

"Gue ke kelas, thanks udah nemenin," Anin berjalan menuju pintu, sambil menghapur sisa air matanya.

"No problem, ke toilet dulu gih, mata lo sembab, rambut lo juga acak-acakan," sindir Angga dengan tersenyum

"Ada yang lucu?" tanya Anin dengan wajah datarnya.

"Nggak," Angga mengubah ekspresinya dan pernyusul Anin yang keluar dari rooftop.

Bersambung...

--o0o--

Jangan lupa

#Vote
#Coment and share

Enjoy All
😊

Sweet greetings from the author
👋❤

Always There For MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang