Semoga kau akan bahagia walau tak bersama diriku-Anggara-
🍁🍁🍁
Untungnya ini adalah jam pelajaran jadi koridor menuju ke ruang uks tidak terdapat siswa satu pun.
Gue emang sial kalau ketemu sama dia, batin Anin.
Sesampai nya di dalam uks Angga membaringkan Anin di kasur dengan hati-hati.
Anin melihat Angga yang berjalan ke lemari obat, dan mengambil antiseptik dan kapas.
"Sini gue obatin," Angga seraya mendekat ke arah Anin.
"Nggak perlu gue bisa sendiri," sahut Anin dengan nada yang sedikit kesal.
Walaupun Anin tak menyetujuinya Angga masih mau untuk mengobati kaki Anin.
"Ish aw ... sakit bego," rintih Anin yang kesakitan.
"Iya, ini udah pelan," balas Angga yang masih sibuk mengobati kaki Anin.
Saat jam istirahat Anin masih berada di uks, karena kaki Anin masih sakit sehingga dia tadi tak mengikuti jam pelajaran pertama.
"Anin, lo kenapa sampek begini!" teriak Tania yang baru masuk ke ruang uks.
"Suara lo bisa pelanin dikit nggak," Anin menutup kedua telinganya.
"Lo sih bikin gue khawatir," Tania berjalan ke kasur yang di tempati Anin.
"Dari mana lo tau gue ada di sini," tanya Anin.
"Tadi tuh, si Angga ngasih tau gue pas di kantin," jawab Tania.
"Ohh," Anin hanya ber-oh lalu lanjut menatap ke layar ponselnya.
"Lo kenapa kok bisa sampek kayak gini," tanya Tania seraya memegang kaki Anin yang sakit.
"Auh sakit Tania," ringis Anin saat Tania memegang kakinya.
"Ohh sori-sori, sakit ya, gue nggak tau" ucap Tania cenge-ngesan.
Cklek
Pintu uks terbuka dan nampaklah seorang lelaki tampan yang membawa plastik berisi makanan dan minuman.
"Nih makan," Angga menyodor kan plastik berisi makanan.
Anin membuka plastik dan berisi se-porsi batagor.
"Gue nggak suka batagor," ujar Anin dan memberinya lagi pada Angga.
"Udah sih makan aja dulu," Angga membuka makanan itu.
"KALAU GUE BILANG NGGAK YA NGGAK," teriak Anin.
Angga masih sibuk membuka makanan itu dan tidak menghiraukan teriakan Anin.
"Em gue keluar dulu ya," pamit Tania yang ingin memberi ruang untuk mereka berdua.
"Eh lo mau kemana di sini aja," bujuk Anin yang melihat Tania beranjak.
"Gue mau ke kantin dulu, bye ...," Tania melambaikan tangan dan menuju ke arah pintu.
"Tan ... tania," panggil Anin yang di hiraukan oleh Tania.
"Udah mendingan lo makan," Angga memberikan sesuap batagor.
"Gue nggak mau," Anin memalingkan wajahnya.
"Cobain dulu enak kok," bujuk Angga yang memnyodorkan sesendok batagor ke mulut Anin.
"Gue nggak suka," balas Anin.
"Makan dulu aja, nanti baru komentar oke," Angga menyodorkan sesuap batagor lagi.
"Ish, gue nggak mau," tolak Anin.
"Jadi mau nya apa?" tanya Angga yang sudah menyerah.
"Nggak mau apa-apa," jawab Anin singkat dan kembali beralih pada ponselnya.
"Yaudah buat gue aja deh," Angga memakan sesuap batagor, dengan gaya yang sok enak, supaya Anin juga mau makan.
Ihh gue kok malah jadi kepengen ya, batin Anin.
"Kenapa ngeliatin, pengen?" ejek Angga yang melihat Anin melirik kearahnya.
"Nggak," singkat Anin dan memalingkan wajahnya.
"Gue tau lo pengen," Angga menyendok batagor itu dan menyodorkan di hadapan Anin.
"Cepet buka mulut lo, pegel tangan gue," ujar angga sedangkan Anin hanya melihat makanan itu saja.
"Ah lama," Angga memegang pipi Anin dan membuka secara paksa.
"Gimana enak kan," tanya Angga menunggu respon dari Anin.
"Lumayan," jawab Anin mengangguk dan masih mengunyah makanan yang ada di dalam mulutnya.
Akhirnya mereka makan dalam satu porsi, dan Angga menyuapi Anin dengan sabarnya.
"Uhuk ...," Anin terbatuk karena tersedak.
"Nih minum dulu," Angga menyodorkan minuman yang dia bawa tadi.
"Lo nggak minum," tanya Anin setelah minum setengah botol.
"Ntar gampang," jawab Angga singkat.
"Nanti lo keselek, nih minum," Anin memberikan minuman yang telah ia minum duluan.
Angga menerima dan meminumnya, karena dia juga haus.
Kok kayak ciuman secara nggak langsung ya, batin Anin.
***Kring ... kring ...
Bel pulang sekolah berbunyi.
Dan Anin belum juga keluar dari ruang uks, sedangkan Angga sedang berada di toilet."Ini gimana cara gue balik nya," Anin berbicara pada dirinya sendiri.
Dan berusaha untuk berdiri dan akhirnya oleng,Jatuh nih gue, batin Anin.
Tapi ternyata ada yang menahan badan Anin sehingga tubuhnya tak jadi berbenturan dengan lantai.
Mereka saling tatap
1 detik
2 detik
3 detik
Anin sudah tersadar dan langsung mengalihkan pandangannya, dan masih pada posisi yang sama karena Anin memang tidak bisa berdiri.
"Gue anter ya," Angga langsung menggendong Anin.
"Buka pintunya," ujar Angga saat di depan pintu, karena kedua tangan Angga mengangkat tubuh Anin.
Angga mendudukkan Anin di kursi penumpang depan dengan hati-hari, dan ia lari menuju ke kursi pengemudi.
Bersambung...
--o0o--
Jangan lupa
#Vote
#Coment dan shareKarena vote itu gratis
Enjoy All
😊Sweet greetings from the author
👋❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Always There For Me
Teen FictionBagaimana perasaanmu bila orang yang engkau sukai malah menyukai orang lain dan membenci dirimu. Apakah sakit ? Maybe yes. Tapi apakah engkau akan terus berjuang untuk mendapatkannya atau malah menyerah, dan meninggalkannya. Mungkin sebagian kalian...