Belum ku temukan sebuah cinta yang ku nantikan, dan aku berharap cinta itu adalah kamu
~C
🍁🍁🍁
Angga sudah terbangun dan mendapati seseorang yang ada disampingnya. Ia meneliti di setiap lekuk wajahnya dan senyuman manis terbit di wajah tampan Angga. Ia mengelus pelan rambut Anin supaya empunya tidak terusik.
Tapi nyatanya Anin merasakan seseorang yang sedang membelai rambutnya dengan hangat. Ia membuka matanya perlahan dan mulai mengangkat wajahnya.
Terlihatlah senyuman manis Angga yang terpasang sedari tadi, bahkan senyuman itu semakin lama semakin manis."A-angga," ucap Anin terbata-bata karena rasa kaget bercampur senang.
"Maaf udah ganggu tidurnya," balas Angga dengan suara yang hanya didengar oleh Anin.
"Ini beneran kamu kan?" tanya Anin dengan tak percaya. Angga hanya menggangguk pelan sebagai jawabannya.
"Kamu?" tanya Angga heran biasanya lo-gue.
"E-emang kenapa nggak boleh?" Anin tergagap, entah kenapa, rasa gugup itu menyelimuti dirinya.
Angga tersenyum, " boleh kok, panggil sa.yang juga boleh," goda Angga yang menekan kata sayang.
"A-apaan sih, hahaha," Anin tertawa kikuk untuk menyembunyikan kegugupannya.
"Kamu sakit?" tanya Angga sembari menyentuh pipi kanan Anin, yang menampilkan semburat kemerahan.
"E-enggak kok," Anin semakin gugup dengan sikap Angga yang membuatnya merona.
"Kok muka kamu merah?" entahlah saat ini Angga hanya berpura-pura bodoh, atau benar-benar bodoh.
"I-ini ... panas, iya panas. Gerah, gerah banget" Anin mengibas-ngibaskan tangan kanannya ke wajah seperti orang yang kegerahan.
"Kok aku malah merasa kedinginan ya," entah lah ia suka sekali menggoda Anin yang terlihat sangat lucu disaat ia gugup.
"Eh, lo mau minum?" Anin mencoba untuk mengubah arah pembicaraan karena bila diterus pipinya akan memanas.
"Kok lo sih."
"Terus?"
"Kan aku-kamu."
"Ok, kamu mau minum?" tanyanya kembali, Anin harus mengalah bila tidak maka akan dipastikan akan lebih memancing emosinya.
"Iya aku haus."
Anin langsung mengambil segelas air yang sudah disediakan diatas nakas.
Dan membantu Angga duduk dan membantu untuk meminumkannya.Setelah air tinggal setengah, Anin kembali meletakkannya diatas nakas.
"Kamu belum pulang?" tanya Angga sambil menatap seragam yang masih menempel di tubuhnya. Anin menggeleng, ia sebenarnya agak canggung dengan cara memanggil aku-kamu terlebih terhadap Angga.
"Kamu pulang aja gih, istirahat," suruh Angga yang melihat raut wajah Anin yang terlihat lelah.
"Nggak kok, nggak papa," tolak Anin, jujur saja ia masih ingin melihat Angga.
"Kamu capek loh," bujuknya lagi, sebenarnya ia juga masih mau berada didekat Anin, tapi raut wajah Anin terlihat lelah, itu juga membuat Angga khawatir.
"Nggak, aku nggak capek kok," Anin menolaknya kembali, dan Angga hanya menghela nafasnya pelan.
"Mau buah?" lanjut Anin, yang menunjuk separsel buah yang ia bawa bersama Tania tadi.
Angga mengangguk, "kamu yang bawa tadi?"
"Iya, sama Tania juga," Anin mulai mengupas buahnya dengan perlahan.
"Nih makan," Anin menyodorkan piring yang berisi beberapa jenis buah.
"Suapin," ujar Angga dengan nada manja.
Sedangkan Anin hanya tersenyum menurutinya saja."Nih aaa," Anin menyuruh Angga untuk membuka mulutnya.
Setelah beberapa suap Anin menyodorkan Angga minum tapi tak diambil olehnya."Minumin dong," ujar Angga dengan nada meminta.
"Masak megang gelas aja nggak bisa," Anin mau tak mau harus meminumkannya, dan melanjutkan menyuapi Angga sampai tak tersisa.
"Kamu mau tidur?" tanya Anin yang membereskan peralatan bekas makanan.
Angga menggeleng dan masih terduduk dengan menyenderkan punggungnya di kepala brangkar."Kamu pulang aja kalau capek," ucap Angga yang memecah keheningan beberapa menit yang lalu.
"Emang aku nggak boleh disini?" tanya Anin dengan nada sedikit sedih.
"Boleh. Boleh banget malah, tapi kamu capek, ya minimal ganti baju atau mandi,"
"Nanti mama kesini kok, sekalian bawa baju ganti buat aku, jadi mandi disini aja," Anin kembali menatap kearah layar tv yang sedang ia tonton di dalam ruang rawat Angga.
Tak lama suara knop pintu yang terbuka, dan di balik pintu tersebut ternyata Ayudia bersama dengan Brahma.
"Ma, kok baru sampek sih," kesal Anin yang sudah menunggu sedikit lama.
"Maaf sayang tadi macet," Ayudia berjalan mendekat kearah Anin dan memberikan pakaian ganti untuk Anin.
Anin mengambilnya dan berjalan menuju ke kamar mandi pribadi yang terdapat diruangan itu, jadi tak perlu ke kamar mandi umum.Setelah beberapa menit lamanya Anin yang terlihat lebih segar dan cerah. Rambutnya ia cepol agak berantakan tapi itu malah membuatnya semakin imut.
Anin mendekat kearah Angga lagi."Kamu nggak makan lagi?" tanya Anin soalnya hari sudah mulai sore.
"Nggak masih kenyang," Angga tak memperhatikan Anin dan malah sibuk dengan game di ponselnya.
"Kalo sakit jangan main hp," tegur Anin yang tidak mendapat respon dari yang di tegur.
"Angga."
"Ga,"
"ANGGARA PUTRA ADINATA!" panggil Anin dengan nada yang sudah meninggi.
"Hm, apa sih Nin, tunggu nanggung nih," Anin yang sudah mulai jengah langsung merebut ponsel Angga dan menaruhnya di atas nakas.
"Kamu ini, habis koma beberapa hari bukannya istirahat malah main game. Kalo sakit lagi gimana? Hah?! Dibilangin kok nggak mau dengerin," omel Anin dengan wajah yang sedikit mengerikan.
"Aduh sakit ...,"
Bersambung ...
Jangan lupa
~Voment~
Happy reading guys
😊😉Tekan 🌟
⬇
KAMU SEDANG MEMBACA
Always There For Me
Roman pour AdolescentsBagaimana perasaanmu bila orang yang engkau sukai malah menyukai orang lain dan membenci dirimu. Apakah sakit ? Maybe yes. Tapi apakah engkau akan terus berjuang untuk mendapatkannya atau malah menyerah, dan meninggalkannya. Mungkin sebagian kalian...