01 : Awal

919 95 151
                                    

Seandainya waktu itu aku menahanmu untuk tetap menunggu
Tak kan mungkin di sini aku diam meringkuk pilu menahan rindu

Seandainya waktu itu aku menahanmu untuk tetap menungguTak kan mungkin di sini aku diam meringkuk pilu menahan rindu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ptak!!!

"Sumpah ya, nih doi makin hari makin ganteng, woi. Pas hamil dia, emaknya pasti ngidam kertas ganteng."

Ara, anak gadis yang tengah membuka aplikasi sosial media menampilkan foto seorang anak laki-laki itupun melempar handphonenya secara kasar. "Gagal move on gue jadinya! Padahal udah ada niat mau pindah haluan lagi, ish!"

Acha, teman sebangku Ara pun tersentak kaget mendapati reaksi berlebihan temannya hanya karena sebuah foto yang diunggah melalui instastory seseorang.

"Nggak usah dibanting juga kali hapenya. Dia nggak bakalan ganti otak lo yang rusak gegara liatin muka dia."

"Kalo rusak, ya, tinggal beli di pasar, banyak otak-otak. Yang susah tu ambil hati dia, masa gue mutilasi dulu?"

Acha memutar kedua bola mata malas. "Bisa mikir nggak sih lo?"

"Nggak. 'Kan dia yang bikin gue nggak bisa mikir berujung nggak waras," jawab Ara menggeleng.

"Siapa sih yang lo maksud?" tanya Acha penasaran. Tangan kanannya bergerak menjumput sedotan minumannya.

"Nih, nih, liat!" Ara mengambil kembali handphone yang sebelumnya ia lempar di atas meja kantin, menunjukkan gambar yang ia maksud. "Liat nggak? Ganteng, woi."

Kedua bola mata anak itu tergerak menatap layar ponsel yang Ara sondorkan ke arahnya. "Oh." Begitulah reaksi anak tersebut, terlihat biasa saja baginya.

"Oh doang?!" pekik Ara.

Acha mengangguk. "Ya, emang gue harus jawab apa?"

"Bilang, 'whaa, ternyata ganteng banget ya si Renjun!' gitu!" celetuk Ara tidak terlalu nyaring, takut menjadi sorotan, apalagi bahan gibahannya itu adalah tentang anak laki-laki yang sangat populer di sekolahnya.

"Hah, Renjun?"

"Iyalah. Lo kira siapa? Leonjwin NCT DREAM? Saking gantengnya?"

Acha menggeleng polos, "Siapa sih Renjun tuh?"

"H-hah?" Ara mengejapkan matanya berkali-kali, apa ia salah dengar? "L-lo bilang apa tadi?" tanya Ara.

Jari kelingking Ara sekarang ia masukkan ke salah satu telinganya. "Wah, pulang sekolah gue kudu ke dokter THT atau ke psikolog deh kali aja gue habis halusinasi sampai timbul suara-suara aneh nggak masuk akal dan tidak bisa terpercaya."

Mendengar hal itu, Acha menghela pelan lalu berdecak, "Ck, berlebihan lo. Gue tanya, Renjun itu siapa?" ulang Acha.

"Beneran nggak tau lo? Masa?"

April | RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang