06 : Perpustakaan

233 38 8
                                    

"Katanya lo pinter apalagi di Kimia, Cha," ujar Renjun basa-basi. Ia menaruh dan menyusun buku paket itu secara perlahan di rak buku.

"Kalo iya kenapa, kalo nggak kenapa."

"Nggak sih. Gue cuman pengen pintar kimia juga, supaya pas ada yang ngedeketin doi gue, gue rakitin bom atau nggak gue ngeracik sianida."

Acha yang berada di sebelah Renjun yang juga menyusun buku itu memukul lengan Renjun. "Gila lo?"

"Nggak lha, ya kali gue beneran. Berdosa ntar gue."

"Tapi..." Renjun menghadap ke arah Acha. "Lo sekarang mau nolongin gue nggak?"

"Apaan? Jangan yang aneh-aneh!" jawab Acha tanpa menoleh ke arah Renjun sekalipun.

Renjun menggeleng, "Nggak. Kalau gue aneh-aneh kita nggak pacaran. Kalo nggak aneh-aneh kita pacaran."

"APAAN?! MENDING GUE NOLONGIN LO YANG ANEH-ANEH DEH AJA KALO GITU!" gerutu Acha terdengar kasar, tapi tidak nyaring.

"Yaudah, kalo yang aneh-aneh, lo jadi cewek gue."

"Sinting." Acha memutar kedua bola matanya, memasang ekspresi datar.

"Becanda, yaelah, gemes gue!" Renjun mencubit pipi Acha gemas, bahkan ingin Renjun gigit saking gemasnya.

"Nggak usah cubit-cubit! Ngeganggu orang nyusun aja! Gue tabok mau?!"

"Jangan galak-galak dong." Renjun mempoutkan bibir, membuat Acha kegelian melihatnya.

Melihat tingkah Acha yang kegelian atas tingkahnya, Renjun tertawa. "Iya-iya, aduh, Cha, jangan galak gitu. Beneran kalo lo galak, bikin gemesin, gue jadi makin suka."

"Buaya."

"Bapaaya."

"Diem atau gue gampar?" Acha mengepalkan tangannya di depan wajah Renjun.

"Serem amat, nyai." Renjun menurunkan tangan Acha yang berada di hadapannya. "Iya, gue serius nih. Tapi, beneran mau diseriusin?"

"Lo sekali lagi ngomong kebelit-belit, gue tinggalin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lo sekali lagi ngomong kebelit-belit, gue tinggalin."

"E-eh jangan. Iya, gue beneran serius minta tolong, nggak aneh-aneh."

"Sini." Renjun menarik Acha ke meja pengunjung perpustakaan, tak lupa buku paket Kimia di tangannya yang entah kapan Renjun mengambilnya.

"Gue cuman mau diajarin Kimia bab Koloid," kata Renjun sesudah mereka berdua duduk.

"Kenapa mesti harus di gue sih? Disaat temen lo, atau fans lo ada yang pinter juga kenapa nggak sama mereka?"

"Karna cuman lo yang terlintas di pikiran gue, dan gue juga malas sama para fans, bukannya ngajarin malah minta foto terus curhat. Buang waktu."

"Hm, kelas gue pengajarnya sering nggak masuk, keseringan ada halangan. Ntahlah, halangan apa juga gue nggak tau. Temen-temen pada seneng banyak jamkos, tapi guenya malah nggak seneng," sambung Renjun.

April | RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang