02 : Mariposa

393 68 80
                                    

Njun,
Dari semua rasa yang ada, apakah semesta akan memberi izinnya padaku, si pembawa duka.
Yang meminta kesempatan bertemu hanya untuk sekedar menyapa,
"Hai, apa rasa yang pernah untukku masih ada?"

Yang meminta kesempatan bertemu hanya untuk sekedar menyapa, "Hai, apa rasa yang pernah untukku masih ada?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kejadian di kantin tadi tidak dibahas oleh Acha maupun Ara, keduanya tampak enggan memikirkan hal itu. Sebenarnya, Ara ingin sekali bertanya bagaimana bisa seorang Huang Renjun menghampiri teman sebangkunya yang sama sekali tidak memiliki hubungan apapun. Namun, Ara memilih diam sebab ia sudah tahu kalau Acha tidak mau membahas tentang itu. Pikir mereka itu bukanlah sesuatu hal yang perlu dibahas, mereka menganggap itu hanya angin yang berlalu saja.

"Acha duluan ya, Ra," pamit Acha pada teman sebangkunya sambil memasang tas pada kedua bahunya.

"Oki, Hati-hati, jaga hati, anaknya Mami!" teriak Ara yang dibalas anggukan dan acung jempol dari Acha kemudian anak itu berlalu saja di hadapan Ara.

Sesampainya Acha di depan kelas, ia di kejutkan pada sosok lelaki memakai hoodie kuning dengan masker hitam menutupi wajahnya serta topi kuning terpasang di kepalanya sedang berdiri menghadap pintu kelas sambil menundukkan kepalanya.

"A-ASTAGA! KAGET!" pekik Acha terkejut sedikit berteriak, mengelus dadanya. Sedetik kemudian ia membuang muka kala sosok itu mendongak dan menyeringai dari balik masker hitamnya.

"Mau ngapain kesini? Cari Mark? Dia sudah pulang duluan, sisa anak yang piket doang sama Ara."

Anak laki-laki itu tersenyum, lalu sedikit menurunkan maskernya kemudian menggeleng. "Bukan, aku ke sini untuk jemput kamu, kita pulang bareng, ya. Sekalian mau lama-lama bisa natap kamu."

Acha berdecih, kembali membuang muka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Acha berdecih, kembali membuang muka. "Kalau itu tujuan lo ke sini, sorry, gua udah dijemput."

"Sama siapa?"

"Kakak gue lah, siapa lagi."

"Aku kira sama pacar kamu. Oh, ya, kan kamu belum punya pacar."

Acha memutar bola matanya malas.

"Tapi tenang, suatu saat Acha jadi pacar Renjun, kok."

Mendengar hal itu, sontak saja Acha membelalakkan matanya. "Dasar sinting!" teriak Acha tak peduli dengan orang yang berlalu-lalang sengaja ataupun tak sengaja melihat Acha dan Renjun. 

April | RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang