05 : Buku Paket

183 37 5
                                    

Pusing gue nginget doi😭

Pusing gue nginget doi😭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





























Melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya, Acha memperkirakan jam pelajaran akan selesai lima belas menit lagi.

"Ra, habis jam pelajaran ini ikut ke perpus?" tanya Acha sedikit berbisik, takut tertangkap basah oleh guru pengajar sedang berbincang. Terlebih guru pengajar sekarang adalah guru yang terkenal dingin dan garang.

"Hm. Boleh, mau ngadem sekalian nge-wifi buat nge-download drakor. Kan mayan gratis."

"Pemerasan lo nggak biasa. Meras wifi sekolah sendiri."

"Tuan negara gue bayar uang SPP buat apa kalau anaknya nggak make wifi sekolah."

"Wifi kelas kan ada."

Ara menggeleng. "Lo pikir, manusia di kelas ini ada berapa orang? Wifinya satu pulak. Lebih cepat boros dibanding wifi perpus, soalnya jarang orang ke perpus kan?"

"Hm."

Menghela napas, Ara meletakkan bolpoinnya yang sedaritadi di tangannya untuk menulis, sedikit mengeliat. "Tapi, sebelum ke perpus kita mampir ke kantin dulu. Nge-stok lha, kali aja jadi gembel pas di perpus gegara kelaparan."

"Dasar otak makanan."

"Yew, tapi lo suka minta juga!" Ara menyolot.

"Ya, gimana jelasin ya, Ra. Makan makanan yang minta dari temen tuh rasanya lebih nikmat daripada beli sendiri."

"Karna yang minta makanannya tuh nggak ada beban idup sama sekali. Yang beli kesian, rasa nggak ikhlas ada juga gegara ngeluarin uang, yang dikira buat ngenyangin perut sendiri, eh, jatuhnya malah diminta temen. Kurang ajar!"

"Ara!"

Mampus.

Akibat tak sengaja mengerutu dengan nada bicara yang semakin menaik, Ara ditegur oleh sang guru pengajar dan menatapnya dengan tatapan elang membuat ia menjadi pusat sorotan anak di kelas.

"Guru lagi ngejelasin pelajaran, kamu malah ngomong! Kamu kalau nggak memperhatikan penjelasan saya, jadinya kamu sendiri kebingungan akibat nggak mendengarkan apa kata saya. Berakhir nilai kamu di bawah rata-rata ketuntasan, emang kamu mau?!"

Ara meneguk air lidahnya sendiri, gugup, lalu menggeleng. "N-nggak, Bu."

"Memang kamu ngomongin apa waktu saya ngejelasin."

"Acha tadi yang ngajak saya ngomong duluan, Bu." Ara menunjuk ke arah Acha yang di sebelahnya.

Acha terkejut. Padahal, ia hanya sekedar mengajak saja, bukan berbincang membahas hal tak bermutu. Kenapa mesti berujung ditunjuk???

Ia hanya bisa mendengus pasrah, ia sudah tahu kalau Ara sedang berbuat kesalahan dia tidak mau ingin sendirian. Ara akan menyeret orang yang terlibat dalam masalahnya.

April | RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang