Rara sudah sampai rumah, ia memasuki rumahnya dan memberi salam.
"Assalamu'alaaikum."
"Wa'alaikumussalam." jawab ibu dan dua adik perempuannya.
"Udah pulang, nak? Gimana tadi di sekolah?" tanya Lidya, ibu Rara.
"Alhamdulillah tadi lancar, Bu. Temen-temen sama guru-guru nya juga ramah. Baik-baik juga."
"Alhamdulillah kalo gitu. Yaudah kamu mandi dulu sana, habis itu makan. Kalau ada tugas kerjain, ya."
"Iya, bu."
Setelah berbincang dengan ibunya, Rara segera menuju kamarnya lalu ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Selesai mandi, ia ke ruang makan untuk makan bersama keluarga nya.
"Ra, gimana tadi di sekolah?" tanya Rian, ayah Rara.
"Alhamdulillah lancar, Yah."
"Alhamdulillah kalo gitu. Semoga kamu betah, ya, di sekolah baru kamu."
"Aamiin." Rara tersenyum.
"Kak, temen kakak baik-baik ga?" tanya Marissa dan Manda, dua adik perempuan Rara.
"Baik-baik, de."
"Berarti kalo temen-temen kakak ke sini, kita bisa main sama temen-temen kakak dong?"
"Iya dong, kan mereka baik." jawab Rara diiringi senyuman. Rara memang menyukai anak kecil, beruntung ia memiliki dua adik perempuan yang menggemaskan. Walaupun ada sedikit keinginan di dalam hatinya untuk memiliki kakak laki-laki.
Selesai makan, Rara pamit kepada ayah dan ibunya untuk ke kamarnya.
"Yaudah, Yah, Bu, Rara ke atas dulu, ya. Mau ngerjain tugas."
Sampai di kamarnya, Rara duduk di meja belajar. Ia membuka buku diary, di mana ia selalu menulis keseharian dan puisi-puisi di sana. Saat hendak menulis puisi, seketika muncul Andy di dalam pikirannya.
"Andy baik juga, ya. Dia juga ganteng. Eh, kok jadi mikirin dia, ya?"
"Udah deh, mending gue ngerjain tugas aja." Rara menggeleng.
Di sebrang sana, Andy juga tengah memikirkan Rara. Ia bukan tipe lelaki yang mudah jatuh hati. Namun saat bertemu Rara, ia merasakan kenyamanan di hatinya. Terutama saat di dalam mobil, ketika Andy hendak mengantarkan Rara pulang, entah kenapa ia merasa bahagia. Ia seperti kembali menemukan kebahagiaan yang telah lama hilang.
"Rara, dia baik. Cantik juga. Ramah, pinter.."
Saat Andy sedang memikirkan Rara, ada yang mengetuk pintu kamarnya. Tok tok tok.
"Andy..."
"Andy, makan dulu!" dia Nisya, kakak perempuan Andy.
Berkali-kali Nisya memanggil Andy, namun tak kunjung ada jawaban, ia pun masuk ke dalam kamar adiknya.
"Hei! Dipanggil ga ngejawab!"
"Astaghfirullah! Ngagetin mulu. Apa, Teh?"
"Ayo makan dulu, Randy Wardana Prima.." Nisya memutar bola mata malas.
"Ohh, makann.. Yaudah ayo, Teh."
Sedari tadi gue kok kepikiran Rara mulu, ya? Aneh banget. Batin Andy lalu menggelengkan kepalanya.
"Bengong mulu kamu. Mikirin cewe, ya?"
"Sok tau!"
"Kalo sewot tuh biasanya iya." goda Nisya.
"Ga jelas jadi kakak." Andy kesal.
Andy dan Rara sama-sama merasakan kenyamanan saat sedang bersama. Sebenarnya, sebelum mereka berdua bertemu, mereka sempat berpacaran. Namun pada akhirnya mereka harus sama-sama merelakan.
Namun apakah sebuah rasa yang dirasakan Rara sama dengan yang dirasakan Andy?
———
Kalian gini juga ngga nih, waktu awal-awal suka sama doi? Kepikiran mulu. Btw maaf, ya, kalo ceritanya ga jelas, namanya juga baru pertama kali bikin cerita gini. Jangan bosen baca, ya. Makasih yang udah baca❤.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE LESSON [1 OF 3M]
Teen Fiction•FIRST STORY OF 3M• Ini adalah kisah perjalanan hidup seorang Maranda Artyani Farhan, yang akrab dengan panggilan Rara. Di sini, kisahnya dimulai dari Rara yang pindah sekolah dan rumah ke Jakarta. Di sana, ia dipertemukan dengan orang-orang baik...