36. Sampai Sini

25 9 19
                                    

“Kita gak pernah tau siapa jodoh kita nanti. Kamu atau siapapun, salah satu yang perlu disiapin ya taqwa. Supaya nanti cintanya bukan lagi karena manusia, tapi karena Allah.”

•Maranda Artyani Farhan•

—🌷—

Glenn berbalik. Otaknya mencoba untuk tenang sekaligus mencerna apa yang tadi ia dengar. Benarkah? Devan yang melakukan itu? Tapi kenapa?

"Ini minumnya, tapi gak ada rasa jeruk, adanya ras—hei? Kamu kenapa ngelamun?" Glenn menoleh. Menangkap raut bingung dari kekasihnya, Syasya.

"Kenapa ngelamun? Hm?" ulang Syasya.

Glenn menggeleng. "Hm, gak pa-pa."

Syasya menatap Glenn curiga. Tidak biasanya pacarnya ini terlihat bingung begitu. "Kenapa sih? Ada apa? Cerita dong."

Glenn menatap Syasya. "Tadi aku denger … Devan sama temennya ngobrol," jawab Glenn, menggantung.

Syasya mengangkat alis. "Terus?"

"Sebelumnya, Devan ditonjok. Terus temennya bilang kenapa Devan nabrak Rara," ujar Glenn. Sontak membuat Syasya terkejut.

"Tapi habis itu, Devan bilang kalau itu bukan dia, tapi orang lain. Dia bilang, dia gak bisa kontrol orang yang nabrak Rara. Aku gak paham. Tapi tadi, keliatan banget kalo Devan ngerasa bersalah."

Syasya memejamkan matanya. Tiba-tiba saja merasa pusing setelah mendengar penjelasan yang diberikan Glenn.

Syasya membuka matanya. "Kalo emang bukan Devan yang nabrak Rara, kenapa temennya nonjok dia? Terus … kenapa temennya nuduh dia?"

Glenn mengangguk setuju. "Itu juga yang aku pikirin."

Syasya mengangkat pandang. "Kita harus kasih tau Andy, Rara, sama yang lain."

Glenn menggeleng tegas. "Jangan."

Alis Syasya bertaut. Seakan bertanya kenapa?

"Semuanya belum jelas, Sya. Aku takut kalo ternyata emang bukan Devan pelakunya," jelas Glenn.

Syasya mengangguk kecil. Iya juga.

"Iya udah. Nanti aku pikirin lagi masalah ini. Kita pulang dulu, ayo naik," ajak Glenn.

Syasya mengangguk sebagai jawaban. Lantas menaiki motor Glenn. Selanjutnya Glenn menyalakan mesin motor, dan melajukan motornya meninggalkan parkiran sekolah.

| • |

"Ra?" panggil Andy.

Rara yang sedang menulis materi di bukunya menoleh. "Dy? Ada apa?"

Andy memainkan bibirnya. "Mmm, jadi kan, ke cafe?" tanya nya.

Rara mengangguk. "Jadi. Kamu duluan aja, aku masih nyatet materi dari bu Rika tadi," katanya.

"Ehm … oke. Aku duluan, ya?" pamit Andy. Rara mengangguk sembari tersenyum.

"Assalamualaikum," salam Andy.

LOVE LESSON [1 OF 3M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang