Sudah satu minggu Rara menjalani hari-hari nya tanpa kehadiran kakeknya. Tanpa semangat dan juga do'a dari kakeknya. Sesungguhnya Rara sangat merindui kakeknya. Bagi Rara, kakek itu spesial di hidup Rara. Kenapa? Karena kakek tidak pernah mengecewakan dirinya. Karena kakek selalu mencintainya. Karena kakek selalu mengerti dirinya.
Banyak sekali teman-teman dan sahabat-sahabat Rara yang menguatkan Rara, karena belakangan ini ia tak se-ceria biasanya. Banyak yang menghiburnya guna menghilangkan kesedihan di hati Rara. Salah satu dari mereka adalah Andy.
Suatu hari, selepas pulang sekolah Rara sedang duduk di bangku taman sekolahnya. Andy pun menghampiri Rara.
"Rara.."
"Iya, Dy?"
"Jangan sedih lagi." Andy mengelus punggung tangan Rara.
Rara melihat tangan Andy yang mengelus punggung tangannya, kemudian tersenyum.
"Udah, ya, Ra.. Kita pulang yuk?"
"Gue ga mau langsung pulang."
"Mau ke tempat yang tenang ga? Gue juga biasanya kalo lagi ada masalah, lagi seakan hancur, lagi ga karuan, suka ke tempat itu."
"Di mana?"
"Ada dehh.. Mau?"
"Tempatnya enak?"
"Enak dong! Asri, sunyi, tenang. Tempat favorit gue. Mau?"
"Mau.."
"Ayo!"
Mereka segera berdiri dan meninggalkan taman sekolah. Kemudian mereka segera menaiki mobil dan pergi ke tempat tujuan mereka.
"Selama ini, gue doang yang tau tempat itu. Gue ga pernah ngasih tau ke orang lain. Bahkan keluarga gue juga ga tau."
"Kenapa? Kenapa lo ga ngasih tau keluarga lo?" Rara heran.
"Karena gue ga mau, di saat gue lagi rapuh dan pergi tanpa alasan, terus nangis di tempat itu, keluarga gue nyamperin." Andy menjelaskan kemudian tersenyum manis kepada Rara.
"Tapi kenapa lo ngasih tau gue? Gimana kalo lo lagi mau nenangin diri di sana, terus gue tiba-tiba nyamperin lo dan ganggu waktu lo di saat lo butuh waktu sendiri?"
"Lo ga pernah ganggu waktu gue, Ra." Andy tersenyum.
"Kenapa? Kok bisa?"
"Gue pikir, kayaknya di saat gue down, gue bener-bener butuh lo."
Rara menunjukkan raut muka heran.
Andy butuh gue di saat dia down? Kenapa? Kenapa sama? Andai lo tau, Dy, gue juga bener-bener butuh lo di kala gue lagi down. Gue berharap lo selalu ada di sisi gue. Gue sayang sama lo, Andy. Batin Rara sendu.
"Gue tau lo itu penasehat yang baik. Gue tau lo pendengar yang baik. Gue tau lo cewe kuat, tangguh, dan lo cewe yang teguh pendirian. Gue jarang ketemu bahkan punya sahabat kaya lo. Gue bersyukur karena Tuhan temuin gue sama lo, Ra." Andy kembali tersenyum. Ia mengacak-acak gemas rambut Rara.
"Gue juga bersyukur Tuhan temuin gue sama lo. Gue beruntung punya sahabat kaya lo. Makasih, Dy."
"Sama sama."
Andy dan Rara saling melempar senyum.
Kini Rara sudah menyadari perasaannya kepada Andy. Ia sadar, bahwa ia memang menyayangi Andy. Ia berharap, Andy pun merasakan hal yang sama. Ia berharap, Andy dan dirinya diizinkan Tuhan untuk menjadi pasangan. Kini ia hanya dapat menerbangkan ‘aamiin’ tanpa ada yang tahu selain dirinya sendiri dan Sang Pencipta.
Setelah menempuh perjalanan menuju tempat tujuan mereka yang cukup jauh dari sekolah mereka, akhirnya Andy dan Rara pun sampai di tempat tujuan.
Sungguh, tempatnya sangat indah. Itu adalah danau yang jernih, masih asri, tenang, dan memang tidak banyak orang tahu akan tempat tersebut.
"Dy.. Ini bukan mimpi kan? Gila bagus banget!" Rara terkagum-kagum.
"Ya engga lah, Ra. Lo ga mimpi. Gimana lo suka?"
"Suka bangett! Gue sukaa!" seketika tingkah Rara seperti anak kecil. Ia berlari ke sana ke mari kemudian berputar-putar. Nampaknya, ia sudah kembali menemukan bahagianya.
Saat itu hari masih siang karena sekolah dipulangkan lebih cepat. Pemandangan yang menakjubkan itu lebih indah di lihat saat siang hari di kala mentari sedang memberi cahaya indahnya ke bumi. Tidak begitu panas, karena banyak pohon yang memberi kesan teduh.
"Jangan lari-lari, Ra! Nanti lo jatuh!"
"Gapapa lah, Dy. Tempatnya luas, bagus juga, gue sukaaaa."
Lo lucu, Ra. Batin Andy kemudian tersenyum.
"Ra, udah dulu lari-lari nya. Kita duduk dulu, yuk."
Rara menghampiri Andy yang sudah lebih dahulu duduk di bangku dekat danau.
"Ra, lo bisa ke sini saat suasana hati lo lagi ga baik."
"Boleh?"
"Boleh lah. Lagipula alam raya ini bukan punya gue kok." Andy dan Rara tertawa bersama.
"Dy, lo jadi ga mau ngomong?"
"Oh itu, nanti aja deh.."
"Kenapa ga sekarang aja?"
"Nanti aja, gue mau liat lo kaya anak kecil dulu."
"Ih kenapa?"
"Lo tu lucu kalo lagi kaya anak kecil. Lo lucu kalo lagi manja." Andy mencubit pipi Rara.
Andy, lelaki yang tak pernah henti-hentinya membuat jantung Rara berdebar tak normal.
"Apaan sih lo, Dy! Emang gue manja? Engga perasaan."
"Manja, kalo sama orang yang lo sayang."
"So tau!"
"Emang gue tau."
"Ngawur!" mereka tertawa bersama.
"Ra,"
"Ya?"
"Gue boleh sayang sama lo ga?"
Lagi dan lagi, debaran itu muncul lagi.
"Tanya aja sama orang tua gue."
"Serius."
"Iya boleh."
"Makasih." Andy tersenyum. Rara membalas senyuman manis Andy.
Mereka menikmati ketenangan yang disuguhkan tempat indah tersebut. Sampai senja menghampiri, mereka segera pulang dan meninggalkan tempat tersebut.
———
Pengen banget ga sih punya temen kaya Andy? Apalagi kalo temen hidup:( Duhh pengen bangett yaa. Hahaha. Btw makasih buat yang selalu nungguin aku up part baru❤✨.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE LESSON [1 OF 3M]
Teen Fiction•FIRST STORY OF 3M• Ini adalah kisah perjalanan hidup seorang Maranda Artyani Farhan, yang akrab dengan panggilan Rara. Di sini, kisahnya dimulai dari Rara yang pindah sekolah dan rumah ke Jakarta. Di sana, ia dipertemukan dengan orang-orang baik...