24. Who?

50 14 2
                                    

Sumilir angin malam berhembus melewati sekaligus menyambut para makhluk bumi yang masih memenuhi jalanan Ibu Kota. Dinginnya angin malam menusuk hingga ke tulang.

Sekarang jam delapan malam lebih sembilan menit (20.09), Rara dan Andy masih dalam perjalanan menuju ke rumah Rara. Kali ini Rara dan Andy duduk bersebelahan dengan jendela mobil sebelah kiri yang terbuka. Rara sedang melihat ke arah luar. Menikmati ramainya jalanan. Ya sudahlah, Rara memang sering seperti itu. Selain suka senja, ia juga suka malam. Dan Rara, adalah salah seorang yang lebih menyukai suhu udara yang dingin dibandingkan panas. Jika dipikir-pikir, memang siapa yang menyukai suhu udara yang panas? Karena itu, kesukaannya akan malam sangat cocok dan saling berkaitan dengan kesukaannya terhadap suhu udara yang dingin.

"Tutup jendela nya, Ra. Dingin, gimana kalo nanti kamu sakit?" titah Andy. Ya, Andy memang sudah lebih bawel dibanding kemarin-kemarin. Wajar saja, Rara kan, kekasihnya.

"Kamu kedinginan?" tanya Rara dengan matanya yang tak lepas memandang jalanan.

"Engga."

"Yaudah engga usah ditutup. Aku ga kedinginan kok."

"Beneran ga dingin?"

"Engga."

"Kamu suka dingin?" tanya Andy.

"Iya."

"Kalo aku yang dingin ke kamu gimana?" canda Andy.

Rara mendelik sinis ke arah Andy kemudian memanyunkan bibirnya sebal. Andy tertawa melihat ekspresi Rara seperti itu—menurutnya itu lucu. Andy mengacak pelan rambut hitam Rara.

"Becanda."

"Ngga lucu becanda nya."

"Iya, maaf."

"Hm." Rara berdeham sebagai jawaban 'iya'.

"Jangan cemberut dong, nanti kalo Ayah liat kamu cemberut dikiranya aku ngapa-ngapain kamu lagi. Ud—"

Drtt drtt, belum selesai Andy berbicara, ponselnya berbunyi tanda telepon masuk.

"Bentar, ya."

"Iya, angkat aja." ucap Rara. Meskipun Rara masih kesal dengan Andy, percayalah, ia tak se-egois itu untuk lebih mementingkan dirinya dibanding orang lain. Ah ralat, kali ini bukan orang lain. Melainkan kekasihnya.

Andy tersenyum ke arah Rara kemudian mengangkat teleponnya.

"Halo?"

"Andy!"

"Siapa, ya?"

"Parah lo! Lo lupa sama gue?"

"Siapa?"

"Yaelah, temen masa kecil lo!"

Andy terlihat sedang mengingat-ingat.

"Masih belom inget juga?"

"Ih, lama lo jawabnya! Yaudah biar lo inget besok kita ketemu di taman sekolah."

"Taman sekolah?"

"Iya, taman SMA Muda Mudi."

"Hah?"

"Gue sekolah di sana. Sesekolah sama lo."

"Oh."

"Oke ya? Besok di taman, jam istirahat kedua."

"Iya."

"Yaudah, bye!"

Andy langsung menutup sambungan telepon secara sepihak. Raut wajahnya terlihat penasaran sekarang.

LOVE LESSON [1 OF 3M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang