33. Karena Tak Ada yang Sempurna

48 7 31
                                    

Rumah.
Satu kata beribu makna, beribu luka.

Ketika mereka bercengkrama dengan cinta,
aku menangis dengan rasa kecewa.

•Citra Armalyana•

-🌃-

Menit-menit berlalu. Semua yang masih berada di rumah sakit itu duduk dengan cemas. Lidya masih menangis dalam diam. Sedangkan Nazwa dan Vira sudah lebih tenang sekarang.

Kini, Lidya, Rian, Marissa dan Manda sedang duduk di kursi sembari berdo'a memohon keselamatan untuk Rara. Begitu juga dengan Andy, Nazwa, Vira, Panji, Bobby, Eric, dan Zarina. Sedangkan Zaidan belum juga kembali setelah tadi pamit ke musala untuk menunaikan salat maghrib.

Nazwa, Vira, Panji, Eric dan Bobby beranjak dari duduknya, "Om, Tante, kita pamit pulang, ya." pamit Eric.

Rian yang masih setia menggenggam tangan sang istri mendongak, "Oh, iya. Terimakasih, ya, sudah ikut menjenguk."

Mereka semua mengangguk.

"Sama-sama, Om." jawab Bobby, mewakili.

"Om, kami mohon infonya mengenai kondisi Rara, ya ..." ujar Nazwa.

Rian mengangguk. "Iya. Nanti kalau dokter sudah kasih info, Om kabari kalian."

"Terimakasih, Om. Kami pamit pulang. Assalamu'alaikum." ucap Eric.

"Wa'alaikumussalam." jawab Rian.

Setelahnya, Nazwa, Vira, Eric, Panji dan Bobby pun melangkah untuk segera ke luar dan pulang. Sampai akhirnya mereka benar-benar hilang dari pandangan, dokter membuka pintu ruangan kemudian melangkah ke luar.

Membuat Rian, Lidya, Marissa, Manda, Andy dan Zarina segera berdiri.

"Bagaimana keadaan anak saya, Dok?" tanya Lidya parau.

Sang dokter terlihat menghela napas. Sampai pada akhirnya membuka suara, "Pasien mengalami koma. Hal itu disebabkan karena adanya benturan yang cukup keras pada bagian kepala, dan kondisi tubuh pasien yang kurang fit."

Hal itu membuat Lidya semakin menangis dan menenggelamkan kepalanya di dada sang suami yang mendekapnya erat.

"Dok, kenapa bisa kondisi tubuh teman saya kurang fit, ya?"

"Tubuh pasien kurang fit karena pasien baru saja sembuh dari sakit. Bukan begitu, Pak?" tanya dokter tersebut kepada Rian. Memastikan dugaannya benar.

Mendengar pertanyaan dari dokter, membuat Rian mengangguk.

Kedua mata Andy berkaca-kaca. Andy ingat, Rara baru sembuh dari sakitnya. Dan kini, Rara harus merasakan sakit lagi. Rasa sakit yang lebih parah dibandingkan rasa sakit sebelumnya.

Andy kembali mendudukkan dirinya di kursi. Lelaki itu mengacak rambutnya frustasi. Bagaimana bisa ia lalai dalam menjaga sang kekasih? Bagaimana bisa ia tidak berada di samping Rara tadi?

"Sekarang pasien sudah kami tangani. Kemungkinan koma nya tidak akan terlalu lama. Ya, semoga. Kita hanya perlu berdo'a, semoga hal yang tidak diinginkan tidak akan terjadi."

Rian mengangguk, "Terimakasih, Dok."

Dokter lelaki yang masih tampak masih muda itu mengangguk seraya tersenyum. "Kalau begitu, saya permisi."

"Silakan." jawab Rian.

Dokter itu mengangguk ramah. Kemudian berjalan untuk segera undur diri.

LOVE LESSON [1 OF 3M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang