Eps 6: Si Humoris Beraksi

534 68 33
                                    

Pagi yang cerah membangunkan Adel dari tidurnya dengan malas. Matahari yang memancarkan sinarnya menembus tirai jendela kamar membuatnya terjaga.

"Hmm...udah pagi aja, padahal masih ngantuk," gerutunya, mengusap mata dengan tangan yang masih berat.

Setelah bersiap, Adel menuju ke ruang makan. Ia memeluk ibunya dan berkata dengan nada ceria namun terburu-buru, "Bu, aku berangkat dulu ya."

"Iya nak, hati-hati di jalan," jawab ibunya dengan penuh kasih sayang, memberikan senyuman hangat.

"Iya bu," sahut Adel sambil melambaikan tangan, lalu langsung menaiki sepedanya dengan semangat.

Sesampai di sekolah, Adel menyapa teman-temannya dengan suara ceria, "Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam," jawab mereka serempak dengan senyuman.

Bel sekolah berbunyi, dan pengumuman yang menyatakan bahwa semua guru sedang rapat dan jadwal pelajaran hari itu dikosongkan. "Jamkos!" teriak Adel senang, menghirup udara segar dari kebebasan yang tiba-tiba.

"Eh, Hil, kenapa setiap pagi selalu main game?" tanya Adel dengan penasaran, melihat Sahil yang sibuk dengan ponselnya.

"Santai aja, Del, main game itu seru," jawab Sahil tanpa mengalihkan pandangan dari layarnya, tampak sangat fokus.

Adel mengernyitkan dahi dan menyela, "Sejak kapan kamu main seruling?"

Sahil menatapnya dengan bingung, "Bukan seruling, Del, tapi seru."

"Hmm, oh gitu ya," ucap Adel sambil mengangguk, sedikit bingung tapi tetap penasaran.

Sementara itu, Sahil semakin tenggelam dalam permainan, begitu fokus sehingga hampir tidak menyadari sekelilingnya.

"Pumpung, Sahil ngegame, aku telepon aja biar mati," batin Adel, memutuskan untuk mengganggu Sahil. Ia segera mengeluarkan ponselnya dan menekan tombol panggil.

Tepat saat itu, ponsel Sahil berdering. Ia memandang layar dengan marah, "DASAR GORILA NYASAR!"

"Kenapa, Hil?" tanya Adel dengan nada santai, seperti tidak ada yang terjadi.

"KENAPA KAMU TELPON AKU!" Sahil teriak kesal, tangannya memegang ponsel dengan erat.

Adel menjelaskan dengan tenang, "Cuma ngecek aja, nomormu masih aktif atau tidak."

Sahil frustasi, "Kamu tahu apa yang kamu lakukan?"

"Tau," jawab Adel dengan santai.

"Apa?" tanya Sahil, masih kesal dan penasaran.

"Mengagalkan kemenanganmu," ucap Adel dengan senyuman nakal.

Sahil menatapnya dengan bingung, "Kenapa kamu selalu menggangguku, Del?"

Adel menyindir, "Siapa yang menunggumu?"

"Mengganggu, Del, bukan menunggu," Sahil menjelaskan dengan nada frustrasi.

Adel berkata dengan nada menggoda, "Menunggu yang tidak pasti."

"Halah, kata-kata mutiara keluar," sahut Sahil dengan nada kesal.

Adel menambahkan, "Menunggu yang tidak bisa jadi kenyataan."

Sahil hanya bisa berdehem tanpa kata, tampak bingung dengan percakapan ini.

"Deham deham aja terus," kata Adel dengan nada santai, sambil tertawa ringan.

"Emangnya nunggu apaan?" Sahil bertanya, semakin bingung.

"Nunggu pohon jeruk tumbuh semangka," jawab Adel sambil tertawa.

"Lah..gak mungkin banget," Sahil menggeleng-gelengkan kepala, tidak bisa menahan tawa kecil.

SI HUMORISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang